Kampung Fanindi Bengkel Tan

Luas Lahan Pertanian Masyarakat di Kampung Manggoapi 40 40 20 0.5 ha 1 ha 1 ha Gambar 11. Luas Lahan Pertanian Masyarakat Kampung Manggoapi Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat banyak yang diusahakan diluar kampung Manggoapi seperti daerah Pantai Utara kabupaten Manokwari, Anggori maupun di daerah Rumah Bencana. Rata-rata pendapatan masyarakat di kampung ini dari sektor pertanian adalah Rp. 143 650,- per bulan. Masyarakat yang berasal dari Anggi dan Minyambow mulai melakukan migrasi pada tahun 2000, hal ini dapat dilihat dari rata-rata lama tinggal masyarakat di daerah ini adalah 7 tujuh tahun. Alasan mereka melakukan migrasi adalah untuk memasarkan hasil pertanian dan untuk pendidikan anak-anak mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok masyarakat yang berasal dari Anggi dan Minyambow mengatakan bahwa ijin untuk memanfaatkan lahan di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja diperoleh dari salah seorang pemilik hak ulayat Esau Mandacan dan setelah dikonfirmasikan dengan pemilik hak ulayat ternyata hal itu benar karena adanya hubungan kekerabatan antara pemilik hak ulayat dengan masyarakat yang berdiam di kawasan tersebut.

6.1.4 Kampung Fanindi Bengkel Tan

Kampung Fanindi merupakan wilayah yang tidak terlalu luas dengan beragam suku. Suku mayoritas di kampung ini adalah suku Toraja yang memiliki mata pencaharian di sektor swasta tukang kayu dan tukang bangunan. Selain itu suku-suku lain yang terdapat di kampung ini adalah suku Biak, Serui, Manado, Jawa, Maluku dan Bugis. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Kampung Fanindi Yakobus Banga mengatakan bahwa ketergantungan masyarakat di daerah ini terhadap Taman Wista Alam Gunung Meja hanya berupa air bersih yang diperoleh dari sumur galian dan mata air. Lebih lanjut dikatakan bahwa ada beberapa warga masyarakat yang membuka lahan di dalam kawasan ini yang berasal dari Anggi namun mereka tidak pernah melapor ke kepala RT. Mereka membuka lahan mulai tahun 2000 saat dimulainya tuntutan ganti rugi terhadap kawasan ini. Kondisi ini menyebabkan konflik antara warga lama dan warga baru. Persoalan utamanya adalah air, dimana warga baru masyarakat Anggi mulai membuka lahan di daerah sekitar mata air yang selama ini digunakan oleh warga lama untuk kebutuhan air bersih. Untuk menyelesaikan masalah ini maka pihak aparat kampung dan masyarakat lama memberikan kompensasi berupa uang kepada pemilik hak ulayat agar kawasan mata air tersebut tidak diberikan kepada masyarakat dari Anggi untuk dijadikan kebun. Kondisi bangunan di kampung ini ada yang permanen dan semi permanen namun masih terdapat rumah kaki seribu masyarakat Anggi. Lahan yang dimiliki oleh masyarakat digunakan untuk membangun rumah dan tidak untuk kegiatan pertanian. Rata-rata masyarakat di kampung Fanindi telah tinggal selama 23 tahun dengan tingkat pendidikan terendah adalah SD dan yang tertinggi adalah perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat kampung mengatakan bahwa hampir 50 masyarakat di kampung ini bekerja di sektor swasata, 30 bekerja sebagai PNS, dan sisanya sebagai petani, dan PolisiTNI serta pensiunan PNS. Masyarakat yang berasal dari Anggi memiliki mata pencaharian sebagai petani. Rata-rata pendapatan masyarakat di kampung Fanindi Bengkel Tan dari sektor pertanian adalah Rp. 244 500,- per bulan.

6.1.5 Kampung Brawijaya