Kampung Susweni Karakteristik Masyarakat di Sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja

Hasil pertanian umbi-umbian dan sayur-sayuran yang dihasilkan oleh masyarakat kampung Ayambori cenderung untuk memenuhi kebutuhan konsumtif mereka. Sedangkan untuk hasil buah-buahan, tanaman musiman maupun tanaman jangka panjang cenderung untuk dijual. Rata-rata pendapatan masyarakat di kampung Ayambori dari penjualan hasil-hasil pertanian per bulannya adalah sebesar Rp. 156 700,-. Pendapatan ini digunakan untuk membeli kebutuhan lain seperti: beras, minyak goreng, minyak tanah, garam dan pakaian. Perumahan masyarakat yang terdapat di Kampung Ayambori masih berbentuk rumah kaki seribu 10 , semi permanen, dan permanen. Rumah kaki seribu merupakan jenis rumah tradisional masyarakat Arfak. Rumah tersebut berbentuk rumah panggung dengan tiang-tiang penyangga yang jumlahnya mencapai puluhan tiang. Rumah semi permanen yang terdapat di kampung ini merupakan bantuan dari Dinas Sosial kabupaten Manokwari. Sedangkan rumah permanen hanya dimiliki oleh beberapa orang saja yang dibangun atas biaya perseorangan atau individu.

6.1.2 Kampung Susweni

Kampung Susweni berada di sebelah timur dari Taman Wisata Alam Gunung Meja. Masyarakat yang berdiam di kampung ini memiliki ketergantungan akan sumber air bersih dari kawasan ini. Menurut penuturan Kepala Kampung Susweni Marten Meidodga bahwa dalam beberapa tahun terakhir debit air di sumber air mulai mengalami penurunan dan apabila musim kemarau yang panjang datang maka sumber air tersebut akan kering. Suku-suku yang terdapat dikampung ini antara lain Meyakh, Biak, Serui, Nabire, Buton, Toraja dan Jawa. Dimana rata-rata lama tinggal masyarakat di kampung ini adalah 22 tahun. Bentuk rumah di kampung ini terdiri dari rumah kaki seribu, semi permanen dan permanen. Rumah kaki seribu dihuni oleh masyarakat suku Arfak, sedangkan rumah semi permanen yang mendominasi bentuk perumahan di kampung ini dihuni oleh masyarakat Arfak dan masyarakat lainnya. 10 Dalam bahasa Hatam disebut Imbeni Mata pencaharian utama masyarakat di kampung Susweni adalah sebagai petani dan nelayan. Namun antara masyarakat pribumi Papua dan Papua Barat dengan masyarakat yang berasal dari luar kedua provinsi tersebut terdapat perbedaan dalam kegiatan pertanian. Masyarakat pribumi mengusahakan tanaman-tanaman yang dapat menunjang kebutuhan pangan mereka dan dalam skala yang kecil. Tanaman-tanaman pertanian yang diusahakan oleh petani pribumi adalah ubi jalar, keladi, dan ubi kayu. Sedangkan petani non Papua dan Papua Barat mengusahakan tanaman-tanaman komersial seperti cabe, tomat, sawi, jagung, bayam, kacang, dan ketimun. Luas lahan untuk pengusahaan kegiatan pertanian di kampung ini dapat dilihat pada gambar berikut. Luas Lahan Pertanian Masyarakat di Kampung Susweni 30 60 10 0.5 ha 1 ha 1 ha Gambar 10. Luas Lahan Pertanian Masyarakat Kampung Susweni Hasil pertanian yang dihasilkan oleh masyarakat ini dijual ke pasar terdekat seperti pasar Sanggeng dan pasar Wosi. Namun kadangkala mereka juga menjual kepada para pedagang pengumpul. Apabila dijual ke pasar, masyarakat akan mendapat keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika dijual ke pedagang pengumpul. Rata-rata pendapatan masyarakat di kampung Ayambori per bulannya adalah sebesar Rp. 289 050,-. Interaksi masyarakat pribumi Papua dan Papua Barat dengan masyarakat pendatang non Papua dan Papua Barat dalam kegiatan pertanian sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi pertanian masyarakat pribumi secara umum. Dimana masyarakat pribumi mulai mengusahakan tanaman bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif saja tetapi juga untuk komersial. Selain itu masyarakat pendatang juga memperoleh pengetahuan tentang kondisi alam di sekitar kampung ini sehingga dalam menentukan waktu tanam dilakukan dengan tepat. Permasalahan yang ada dikampung ini adalah tidak adanya bangunan sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Sehingga anak-anak usia sekolah harus bersekolah ke kampung-kampung tetangga seperti Ayambori, Anggori atau Aipiri. Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi maka harus melanjutkan sekolah ke kota Manokwari yang jaraknya sekitar 30 km atau ke kelurahan Amban yang jaraknya 15 km.

6.1.3 Kampung Manggoapi