Analisis 4R Rights, Resposibilities, Revenues, Relationships

Suku Suku adalah asal mula seseorang berasal. Dimana suku yang ada di dalam dan sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja ada yang berasal dari suku Arfak Hatam, Sough, Moile, dan Meyakh, suku Papua dan Papua Barat Jayapura, Biak, Serui, Nabire, Sorong, Fak-fak, Wamena, Merauke, dll, serta suku non Papua dan Papua Barat Jawa, Sumatera, Sulawesi, dll. Suku-suku tersebut dibagi menjadi dua yaitu suku Arfak dan suku non Arfak. Suku dinyatakan dalam bentuk dummy variable dimana jika responden berasal dari suku Arfak maka diberi nilai 1 dan non adat Arfak diberi nilai 0.

4.4.3 Analisis 4R Rights, Resposibilities, Revenues, Relationships

Analisis The Four Rs Empat R adalah alat analisis yang digunakan untuk memperjelasmemetakan peran yang dimainkan berbagai stakeholder dan karakter hubungan di antara mereka. Analisis Empat R berusaha untuk menjadikan istilah ”peranan” lebih operasional dengan menerjemahkannya ke dalam rights hak, responsibilities tanggung jawab, revenues manfaat yang diterima para stakeholder, dan relationships hubungan diantara para stakeholders. Suporahardjo 2005 mengatakan bahwa analisis ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a. Mengeksplorasi kekuatan relatif antar stakeholder. b. Menjajagi hubungan mutual antar stakeholder c. Menyediakan landasan bagi negosiasi peranan dengan membangun dialog dan kesepakan antar stakeholder. Kerangka kerja Empat R menyediakan langkah-langkah yang diperlukan untuk menginternalisasi dan memperkuat peran stakeholder dengan cara: pertama, mengungkapkan ”peran” atas komponen-komponen ”rights” hak-hak para stakeholder, ”responsibilities” tanggung jawab para stakeholder, dan ”revenues” manfaat atau keuntungan yang diperoleh para stakeholder, dan kemudian mengindentifikasi ”relationships” hubungan atau relasi di antara para stakeholder itu.

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Taman Wisata Alam Gunung Meja 5.1.1 Sejarah Taman Wisata Alam Gunung Meja Hutan Gunung Meja dalam bahasa Belanda disebut Tafelberg ditetapkan sebagai kawasan pelestarian atau kawasan lindung sejak bulan Agustus 1953 oleh Tim Kehutanan Pemerintah Belanda yang teridiri dari Ir. J.F.V. Zieck Kepala Seksi Inventarisasi Hutan, Ir. J. Fokkinga Ketua Komisi Pertanian dan H. Schrijn Kepala Pemangkuhan Hutan. Pada saat itu telah disepakati bahwa areal hutan primer sebesar 100 ha dan hutan sekunder seluas 360 ha yang kemudian akan diusulkan menjadi Hutan Lindung Hidrologis. Setelah Irian Jaya yang sekarang menjadi Papua dan Papua Barat bergabung ke Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI terjadi perubahan fungsi Hutan Gunung Meja dari Hutan Lindung menjadi Hutan Wisata c.q Taman Wisata dengan fungsi perlindungan. Tabel 5. Profil Sejarah Hutan Gunung Meja dari Tahun 1950-2003 Tahun Urian Kegiatan Legalitas 1950 Larangan melakukan penebagan di hutan Gunung Meja Instruksi Kepala Pemangkuhan Hutan 1953 Kunjungan Kepala Seksi Inventarisasi Hutan, Kepala Seksi Pemangkuhan Hutan dan Ketua Komisi Pertanian ke hutan Gunung Meja Kesepakatan luas areal yang diusulkan sebagai kawasan lindung, yaitu 360 ha. 1954 Pendaftaran Hutan Gunung Meja pada Ordonansi Perlindungan Tanah Lembaran Negara Nomor 73 Tahun 1954 1957 Penetapan Hutan Gunung Meja sebagai Hutan Lindung dengan fungsi Hidrologis seluas 358.50 Ha Surat Keputusan Gubernur Nederland Nieuw Guinea Nomor 158 Tanggal 25 Mei 1957 1963 Hutan Gunung Meja sebagai Hutan Lindung Hidrologis telah berlaku dengan luasan 468,50 Ha Surat Keputusan Gubernur Irian Barat Nomor 44GIB1963 tanggal 10 September 1963 1980 Hutan Lindung Gunung Meja dirubah menjadi Hutan Wisata Alam dengan luas 500 Ha Keputusan Menteri Pertanian No. 19KptsUm. I1980 tanggal 12 Januari 1980 Sumber: Tim Fasilitas Perencanaan Multipihak Pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Meja Kabupaten Manokwari, tahun 2004.