Permasalahan yang ada dikampung ini adalah tidak adanya bangunan sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Sehingga anak-anak usia sekolah harus
bersekolah ke kampung-kampung tetangga seperti Ayambori, Anggori atau Aipiri. Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi maka harus
melanjutkan sekolah ke kota Manokwari yang jaraknya sekitar 30 km atau ke kelurahan Amban yang jaraknya 15 km.
6.1.3 Kampung Manggoapi
Masyarakat di kampung Manggoapi terdiri dari berbagai suku seperti suku Dowansiba, Jawa, Toraja, Biak, Serui, Ambon, Nabire, dan Sorong. Menurut
penuturan Kepala Kampung Kampung Manggoapi Kosmadi bahwa ada masyarakat dari Anggi dan Minyambow yang membuka lahan di dalam kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Meja. Jumlah mereka sebanyak lima keluarga namun pada waktu-waktu tertentu jumlah mereka banyak karena ada kunjungan
keluarga mereka dari daerah asalnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pembukaan lahan di kawasan ini menyebabkan debit air mulai menurun. Penurunan debit air
dirasakan setelah tahun 2000 dimana masyarakat mulai menebang pohon-pohon besar di dalam kawasan ini. Hal ini disebabkan adanya tuntutan masyarakat adat
terhadap ganti rugi kawasan ini. Mata pencaharian utama masyarakat di kampung ini adalah pada sektor
informal atau jasa seperti kios, bengkel, supir taxi, tukang kayu, tukang bangunan, dan penyewaan rumah kos. Selain itu ada beberapa masyarakat yang masih
menggantungkan hidup mereka pada sektor pertanian. Namun kegiatan pertanian yang diusahakan masih bersifat konsumtif. Apabila ada kelebihan dari pemenuhan
kebutuhan konsumtif mereka maka kelebihan tersebut akan dijual. Luas lahan pertanian masyarakat di kampung ini sangat terbatas karena sudah ditentunkan
oleh pemilik ulayat.
Luas Lahan Pertanian Masyarakat di Kampung Manggoapi
40
40 20
0.5 ha 1 ha
1 ha
Gambar 11. Luas Lahan Pertanian Masyarakat Kampung Manggoapi Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat banyak yang
diusahakan diluar kampung Manggoapi seperti daerah Pantai Utara kabupaten Manokwari, Anggori maupun di daerah Rumah Bencana. Rata-rata pendapatan
masyarakat di kampung ini dari sektor pertanian adalah Rp. 143 650,- per bulan. Masyarakat yang berasal dari Anggi dan Minyambow mulai melakukan
migrasi pada tahun 2000, hal ini dapat dilihat dari rata-rata lama tinggal masyarakat di daerah ini adalah 7 tujuh tahun. Alasan mereka melakukan
migrasi adalah untuk memasarkan hasil pertanian dan untuk pendidikan anak-anak mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok masyarakat yang berasal
dari Anggi dan Minyambow mengatakan bahwa ijin untuk memanfaatkan lahan di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja diperoleh dari salah seorang pemilik
hak ulayat Esau Mandacan dan setelah dikonfirmasikan dengan pemilik hak ulayat ternyata hal itu benar karena adanya hubungan kekerabatan antara pemilik
hak ulayat dengan masyarakat yang berdiam di kawasan tersebut.
6.1.4 Kampung Fanindi Bengkel Tan