Kampung Ayambori Karakteristik Masyarakat di Sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja

6.1.1 Kampung Ayambori

Kampung Ayambori merupakan kampung pertama yang memanfaatkan lahan di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja. Kampung ini memiliki keragaman suku yang terdiri dari suku Hatam, Sough, Moile, Biak, dan Toraja. Rata-rata lama tinggal masyarakat di kampung ini adalah 30 tahun sehingga masyarakat benar-benar mengetahui sejarah kepemilikan lahan land tenure di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja. Tingkat pendidikan masyarakat di kampung ini juga beragam, dimana tingkat pendidikan terendah adalah tidak pernah mengenyam pendidikan serta yang tertinggi adalah tamat Sekolah Menegah Umum SMU. Mata pencaharian utama masyarakat kampung Ayambori adalah sektor pertanian. Masyarakat di kampung ini menanam umbi-umbian ubi jalar, keladi, dan ubi kayu, sayur-sayuran sawi, terong dan ketimun, buah-buahan pisang, pepaya, durian, matoa, langsat, dan rambutan, tanaman musiman jagung, sawi, cabe dan tomat, maupun tanaman jangka panjang seperti kakao dan cengkeh. Pengusahaan tanaman oleh masyarakat sebagian besar dilakukan di dalam kawasan dan ada juga yang mengusahakannya di luar kawasan. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan seperti kayu bakar, kayu untuk pagar tanaman, dan kayu sebagai penyanggah rumah masih sangat tergantung pada kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja. Luas lahan pertanian masyarakat kampung Ayambori di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja yang digunakan untuk kegiatan pertanian berkisar antara 0,5 ha sampai 1 ha, dengan distribusi sebagai berikut: Luas Lahan Pertanian Masyarakat Kampung Ayambori 40 40 20 0.5 ha 1 ha 1 ha Gambar 9. Luas Lahan Pertanian Masyarakat Kampung Ayambori. Hasil pertanian umbi-umbian dan sayur-sayuran yang dihasilkan oleh masyarakat kampung Ayambori cenderung untuk memenuhi kebutuhan konsumtif mereka. Sedangkan untuk hasil buah-buahan, tanaman musiman maupun tanaman jangka panjang cenderung untuk dijual. Rata-rata pendapatan masyarakat di kampung Ayambori dari penjualan hasil-hasil pertanian per bulannya adalah sebesar Rp. 156 700,-. Pendapatan ini digunakan untuk membeli kebutuhan lain seperti: beras, minyak goreng, minyak tanah, garam dan pakaian. Perumahan masyarakat yang terdapat di Kampung Ayambori masih berbentuk rumah kaki seribu 10 , semi permanen, dan permanen. Rumah kaki seribu merupakan jenis rumah tradisional masyarakat Arfak. Rumah tersebut berbentuk rumah panggung dengan tiang-tiang penyangga yang jumlahnya mencapai puluhan tiang. Rumah semi permanen yang terdapat di kampung ini merupakan bantuan dari Dinas Sosial kabupaten Manokwari. Sedangkan rumah permanen hanya dimiliki oleh beberapa orang saja yang dibangun atas biaya perseorangan atau individu.

6.1.2 Kampung Susweni