pengetahuan teknis kehutanan secara khusus hutan tropis di Papua. Informasi yang dilaporkan oleh Badan Pemangku Hutan Pemerintah Belanda menyatakan
bahwa kebun-kebun masyarakat yang terdapat dalam kawasan adalah milik masyarakat Suku Biak dan pendatang dari luar Manokwari. Kelompok peladang
ini, diduga adalah para sipil yang ikut bersama pasukan Sekutu ataupun Jepang, kemudian tinggal di bagian Pantai Utara Manokwari dan memanfaatkan lahan di
sekitar kawasan Hutan Gunung Meja. Selain itu, pemerintah Belanda juga membangun pondokanrumah pos jaga bagi para petugas polisi kehutanan untuk
berpatroli sepanjang hutan lindung hidrologis Gunung Meja, namun setelah beralih ke pemerintah Republik Indonesia pos patroli ini dimanfaatkan sebagai
rumah tinggal oleh para pegawai Kehutanan hingga saat ini. Masyarakat Pegunungan Arfak yang berasal dari kelompok Suku Hatam
dan Sough, mulai melakukan migrasi dan mobilisasi dari daerah pegunungan Arfak ke wilayah pusat kota Manokwari. Menurut informasi yang didapatkan
dilapangan mengatakan bahwa proses ini berlangsung karena adanya peristiwa penting yang terjadi di pengunungan Arfak sumber tidak menceritakan dengan
detail peristiwa apa yang terjadi sehingga untuk menyelamatkan diri, masyarakat Arfak melakukan migrasi ke kota Manokwari. Suku Arfak yang pertama kali tiba
di kota Manokwari bermukim di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja yaitu di daerah Fanindi dan Ayambori. Kampung Fanindi meliputi daerah
Amban, Manggoapi, Fanindi, Brawijaya dan sekitarnya. Sedangkan, Ayambori meliputi wilayah Borarsi, Kampung Ambon, Pasir Putih, Ayambori dan Inamberi.
Kemudian masyarakat suku Arfak membangun pemukiman mereka di sekitar sumber mata air yang ada di kawasan ini yaitu daerah Indoki, Ayambori dan
Inamberi.
5.2.2 Kependudukan
Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja secara administrasi berbatasan langsung dengan empat kelurahan, yaitu kelurahan Amban, kelurahan
Padarni, kelurahan Manokwari Barat, dan kelurahan Manokwari Timur, dengan jumlah kepala keluarga masing-masing kampung dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Kepala Keluarga Pada Kelurahan dan Kampung Yang Berbatasan Langsung Dengan Taman Wisata Alam Gunung Meja.
Lokasi Jumlah Kepala Keluarga
KK Jumlah
Penduduk jiwa
Kelurahan Amban 1 134
9 402 Kelurahan Padarni
1 679 10 271
Kelurahan Manokwari Timur 1 201
6 627 Kelurahan Manokwari Barat
2 550 13 765
Sumber: BPS Kabupaten Manokwari, 2007; Monografi masing-masing Kelurahan, 2007.
Dari empat kelurahan diatas terdapat sembilan kampung yang berdekatan langsung dengan Taman Wisata Alam Gunung Meja yaitu kampung Ayambori,
Aipiri, Susweni, Anggori, Manggoapi, Fanindi, Brawijaya, Misi dan kampung Ambon Atas. Etnik yang bermukim di kampung-kampung tersebut umumnya
bersifat heterogen, yaitu suku-suku Manokwari, suku-suku dari dalam Papua dan Papua Barat, serta suku-suku dari luar Papua dan Papua Barat. Suku-suku yang
berasal dari Manokwari yaitu suku Hatam, Mole, Sough, dan Meyakh, sedangkan suku-suku dari dalam Papua berasal dari Sorong, Biak, Serui, Jayapura, dan
Nabire. Sedangkan suku-suku yang berasal dari luar Papua umumnya suku Toraja, Makasar, Ambon, Buton, Flores, Batak, dan Jawa. Deskripsi masing-masing
lokasi sebagai berikut:
1. Kelurahan Amban
Kelurahan Amban memiliki jumlah penduduk sebanyak 9 402 jiwa yang terdiri dari 4 781 laki-laki dan 4 621 perempunan, dengan batas administrasi
sebagai berikut: Sebelah Utara
: Lautan Pasifik Sebelah Selatan : Kelurahan Manokwari Barat
Sebelah Timur : Kelurahan Manokwari Timur
Sebelah Barat : Kelurahan Manokwari Utara
Mata pencaharian utama masyarakat di kelurahan Amban adalah sebagai karyawan, dimana sebagian besar bekerja di Universitas Negeri Papua UNIPA.
Selain itu masyarakat di kelurahan ini juga masih menggantungkan hidupnya pada
kegaitan pertanian. Distribusi masyarakat berdasarkan mata pencaharaian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Penduduk Kelurahan Amban Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006.
Mata Pencaharian Jumlah
Persentase
Karyawan 1 293
62.98 Wiraswasta 84
4.10 Tani 561
27.33 Pertukangan 5
0.24 Nelayan 98
4.77 Jasa 12
0.58
Jumlah 2 053
100
Sumber: Monografi Kelurahan Amban, 2007
Bentuk kegiatan pertanian masyarakat di keluruhan Amban bervariasi mulai berladang berpindah maupun tetap. Berdasarkan pengamatan di lapangan
bahwa masyarakat yang melakukan kegiatan perladangan berpindah adalah masyarakat asli Manokwari masyarakat yang berasal dari suku Hatam, Sough,
Meyak, dan Mole, sedangkan masyarakat yang melakukan kegiatan perladangan tetap berasal dari masyarakat asli Papua masyarakat yang berasal dari luar suku
besar pegunungan Arfak dan masyarakat luar Papua Toraja, Palu, Buton, Jawa, Makasar dan NTT. Letak kebun dari masyarakat ada yang berada jauh diluar
kawasan TWAGM, ada yang dekat, dan ada yang berada di dalam kawasan. Umumnya lokasi pertanian mereka berada jauh dari kawasan yaitu daerah
Susweni, Bremi, Mandopi dan daerah pantai utara Pantura.
2. Kelurahan Padarni
Kelurahan Padarni adalah salah satu kelurahan yang berada di pusat Kota Manokwari dengan jumlah penduduk sebesar 10 271 orang yang terdiri dari 5 007
laki-laki dan 5 264 perempuan. Kelurahan ini memiliki batas administarasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Jl. Gunung Saju Kelurahan Amban
Sebelah Selatan : Teluk Sawaibo Teluk Dorei Sebelah Timur
: Jl. Kota Baru Kelurahan Manokwari Timur Sebelah Barat
: Kelurahan Manokwari Barat Jumlah kepala keluarga yang terdapat di kelurahan Padarni sebesar 1 679
KK dengan mata pencaharian utama adalah sebagai petani. Sebaran penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Penduduk Kelurahan Padarni Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006.
Mata Pencaharian Jumlah
Persentase
Karyawan: -
PNS -
ABRI -
Swasta 345
90 675
9.00 2.35
17.61 Wiraswasta 500
13.05 Tani 1
264 32.98
Pertukangan 35 0.91
Buruh Pelabuhan 135
3.52 Nelayan 789
20.58
Jumlah 3 833
100
Sumber: Monografi Kelurahan Padarni, 2007.
Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat di kelurahan Padarni ada berada jauh di luar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja dan ada juga
yang berada dekat dengan kawasan ini. Kebun yang berada dekat dan didalam kawasan ini dimiliki oleh masyarakat yang berasal dari Minyambow dan Anggi.
Jumlah keluarga yang melakukan pertanian di dalam kawasan hanya sekitar 5 KK tetapi pada waktu-waktu tertentu menjadi banyak karena kunjungan kerabat
mereka yang berasal dari daerah asalnya. Berdasarkan diskusi dengan aparat pemerintah setempat dikatakan bahwa kawasan ini sekarang sudah sangat
memprihatinkan karena debit air sudah mulai menurun. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada tahun 1980-an sampai tahun 1990 kawasan ini memiliki banyak kayu-
kayu yang berdiameter besar tetapi sekarang kayu-kayu tersebut sudah mulai jarang ditemukan. Alasan penebangan kayu oleh masyarakat adalah kekawatiaran
mereka apabila kayu tersebut tumbang akan mengenai rumah mereka karena letak rumah mereka yang jaraknya dekat sekali dengan pohon-pohon tersebut.
3. Kelurahan Manokwari Barat
Jumlah penduduk yang berada di kelurahan ini sebanyak 13 765 orang yang terdiri dari 6 432 laki-laki dan 7 333 perempuan. Kelurahan ini terletak di
tengah kota Manokwari dimana secara adminstrasi dibatasi oleh: Sebelah Utara
: Kelurahan Amban Sebelah Selatan : Kelurahan Sanggeng
Sebelah Timur : Kelurahan Padarni
Sebelah Barat : Kelurahan Wosi
Mata pencaharian utama masyarakat di kelurahan ini sudah tidak tergantung pada sektor pertanian tetapi pada sektor jasa dan pemerintahan.
Dimana sebagian besar masyarakat bekerja di kantor-kantor pemerintahan maupun di sektor informal yang merupakan ciri dari masyarakat perkotaan.
Keragaman suku di kelurahan ini sangat tinggi dimana jumlah penduduk asli Manokwari mulai tersaingi dengan jumlah penduduk yang berasal dari dalam
Papua dan Papua Barat maupun luar Papua dan Papua Barat. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai kelurahan mengatakan bahwa persentase
masyarakat asli Manokwari dengan masyarakat pendatang sebesar 80:20. Kondisi kawasan Tanam Wisata Alam Gunung Meja yang berbatasan
dengan kelurahan Manokwari Barat sebagian telah mengalami kerusakan. Kasus yang sering dijumpai menurut laporan BKSD Wilayah 1 Manokwari adalah
penebagang pohon oleh masyarakat baik untuk kayu bakar maupun untuk kayu gergajian seperti balok dan papan. Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat yang
berasal dari pinggiran pantai sering mengambil jenis kayu tertentu untuk tiang rumah mereka. Disamping itu, dibagian utara kelurahan ini terdapat beberapa
kepala keluarga yang telah mendirikan rumah di dalam kawasan dan melakukan kegiatan pertanian. Menurut hasil wawancara dengan salah seorang kepala
keluaraga yang bermukim di daerah tersebut mengatakan bahwa mereka telah
mendapat ijin dari pemilik hak ulayat. Masyarakat tersebut umumnya berasal dari daerah Anggi dan Minyambow.
4. Kelurahan Manokwari Timur
Kelurahan Manokwari Timur memiliki jumlah penduduk sebesar 6 627 orang yang terdiri dari 3 507 laki-laki dan 3 120 perempuan. Luas kelurahan ini
adalah 57 km
2
dan secara administrasi kelurahan ini berbatasan langsung dengan: Sebelah Utara
: Desa Ayambori Sebelah Selatan : Teluk Dorei
Sebelah Timur : Kelurahan Pasir Putih
Sebelah Barat : Kali Indoki
Jarak kelurahan ini dengan ibu kota kabupaten Manokwari yaitu 3 km, sehingga mata pencaharian utama masyarakat di kelurahan ini umumnya sebagai
pegawai negeri sipil, Polisi, TNI, dan karyawan di sektor informal. Komposisi masyarakat asli Papua asli Manokwari dan Papua dengan masyarakat pendatang
masyarakat luar Papua menurut informasi dari aparat kelurahan adalah 70:30. Dari hasil wawancara dengan beberapa warga di kelurahan ini
mengatakan bahwa ada beberapa warga dari masayarakat Paniai dan Ayamaru yang melakukan pembukaan lahan pertanian dan pemukiman di dalam kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Meja.
5. Kampung Ayambori
Kampung Ayambori dengan jumlah penduduk 166 jiwa telah bermukim lama dan menetap sejak tahun 1970-an. Penduduk di kampung ini terdiri dari dua
suku asli yaitu Hatam dan Sough dan suku pendatang yaitu Biak, Ayamaru, Meyakh, Jawa, dan Toraja. Berdasarkan informsi dari aparat pemerintah di
kampung ini dikatakan bahwa persentase penyebaran etnis adalah sebagai berikut dimana suku Hatam sebesar 77, suku Sough 9 dan suku pendatang sebesar
14. Suku Hatam dan Sough berasal dari distrik Minyambow yang ikut dalam proses migrasi pada tahun 1970-an serta kerabat-kerabat mereka yang melakukan
migrasi sekitar tahun 2000 setelah adanya isu tentang otonomi daerah.
6. Kampung Susweni
Letak kampung ini di sebelah Timur Taman Wisata Alam Gunung Meja yang memiliki penduduk yang sangat heterogen. Menurut informasi dari aparat
pemerintah bahwa ada sekitar 300 kepala keluarga yang berdomisili di kampung Susweni dengan mata pencaharian utama mereka dari kegiatan pertanian. Suku-
suku yang terdapat di kampung ini adalah suku Meyakh, Hatam, Sough, Mole, Biak, Jawa, Bugis, Buton, dan Toraja. Suku-suku pendatang seperti Jawa, Bugis,
Buton, dan Toraja umumnya mereka bekerja di sektor informal sebagai pedagang keliling, pedagang pengumpul, supir, dan mendirikan kios.
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Masyarakat di Sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja
Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja dikelilingi oleh empat kelurahan yang memiliki karakteristik penduduk yang beragam. Jumlah kampung
yang berdekatan dengan kawasan ini ada sembilan yaitu kampung Ayambori, Aipiri, Susweni, Anggori, Manggoapi, Fanindi, Brawijaya, Misi dan kampung
Ambon Atas. Namun yang dalam penelitian ini hanya diteliti sebanyak tujuh kampung dengan karakteristik disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Karakteristik Kampung di Sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja
Kampung Asal Suku
Rata-rata Lama Tinggal
Responden tahun
Mata Pencaharian
Rata-rata Pendapatan
Petani Rp. Bulan
Pemanfaatan TWAGM
Kelembagaan Land Tenure
Ayambori Hatam, Sough,
Moile, Meyakh, Biak dan Toraja
30 Petani 156
700 Kebun,
tanaman obat-obatan,
perumahan, dan sumber
air bersih Adat Arfak
Susweni Meyakh, Biak,
Serui, Nabire, Jawa, dan
Bugis 22 Petani,
nelayan dan pedagang
289 050 Sumber air
bersih Adat Arfak
Manggoapi Dowansiba, Jawa, Toraja,
Biak, Serui, Ambon, Nabire
dan Sorong 7 PNS,
petani, dan
wiraswasta 143 650
Kebun, perumahan,
dan sumber air bersih
Adat Arfak dan
Pemerintah
Fanindi Bengkel Tan
Toraja, Biak, Serui, Manado,
Jawa dan Bugis 24 PNS,
petani, dan
wiraswasta 244 500
Kebun dan sumber air
bersih Pemerintah
Brawijaya Mandacan, Dowansiba,
Biak, Serui, Nabire,
Jayapura, Jawa, Ambon, Bugis,
Toraja dan Manado
39 PNS, petani,
nelayan dan wiraswasta
- Sumber air
berish Adat Arfak
dan Pemerintah
Misi Hatam, Sough,
Meyakh, Moile, Biak, Nabire,
Jawa, Toraja dan Bugis
28 PNS, petani,
nelayan dan wiraswasta
192 100 Kebun dan
sumber air berish
Adat Arfak dan
Pemerintah
Ambon Atas Bugis, Jawa,
Sorong, Biak, Nabire, Serui,
Jayapura, Manado,
Ambon, dan Toraja
23 PNS, TNI,
Polri, petani, dan
wiraswasta 250 000
Kebun dan sumber air
berish Pemerintah
Sumber: Data Primer, 2007diolah