Analisis Binary Logistic Regression.

kerja; 2 meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; dan 3 mendorong pendayagunaan produksi nasional Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990. Dengan kata lain, pengembangan pariwisata pada suatu daerah dengan tujuan wisata akan selalu memperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak Yoeti, 1997. Pernyataan ini didukung oleh gagasan sebelumnya yang dikemukakan oleh Spillane 1985 yang mengemukakan bahwa berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap berbagai sektor lainnya, seperti sektor pertanian, peternakan, industri kerajinan rakyat, dan kegitan lainnya yang bersifat temporer. Analisis deskriptif peranan dibagi menjadi dua topik pembahasan yaitu peranan ekonomi dan ruang “spasial”. Untuk topik pembahasan tentang peranan ekonomi akan dikaji sub-sub topik antara lain: 1 nilai ekonomi dari hasil-hasil pertanian; 2 nilai ekonomi dari hasil-hasil perkebunan; 3 nilai ekonomi dari hasil buah-buahan; 4 nilai ekonomi dari hasil kayu; dan 5 potensi penerimaan pemerintah daerah kabupaten Manokwari jika memanfaatkan sumber air yang terdapat di dalam kawasan ini. Sedangkan untuk topik peranan ruang akan mengkaji bagaimana peranan kawasan ini terhadap pemanfaatan ruang untuk berbagai kegiatan.

4.4.2 Analisis Binary Logistic Regression.

Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap kelembagaan land tenure pada kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja. Model regresi logistik digunakan untuk variabel yang bersifat prediksi predictor variable, yang mana dapat berupa variabel kategorik. Dengan kata lain, model regresi ini didesain untuk menjelaskan peluang-peluang dengan nilai dari variabel respon Departement of Statistics IPB, 2005. Salah satu keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah ukuran asosiasi atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Berdasarkan tipe peubah kategori peubah independent Y, analisis regresi logistik dapat dibagi menjadi tiga jenis, sebagai berikut: a. Regresi Logistik Biner b. Regresi Logistik Nominal c. Regresi Logistik Ordinal Dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran asosiasi atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah odds ratio. Odds sendiri diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon. Adapun odds ratio mengindikasikan seberapa lebih mungkin munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya. Jika odds ratio kurang dari 1 berarti kelompok B memiliki odds ratio yang lebih besar dibandingkan kelompok A yang berarti kelompok B memiliki peluang lebih besar berkaitan dengan munculnya kejadian sukses dibandingkan kelompok A, dan sebaliknya apabila nilai odds ratio lebih dari 1 berarti kelompok A memiliki odds ratio yang lebih besar dibandingkan kelompk B yang artinya kelompok A memiliki peluang lebih besar berkaitan dengan munculnya kejadian sukses dibandingkan kelompok B. Sedangkan, nilai odds ratio sama dengan 1 mengindikasikan kedua kelompok tersebut memiliki peluang yang sama besar berkaitan dengan munculnya kejadian sukses. Penelitian ini menggunakan regresi logistik biner binary logistic regression untuk melihat bagaimana faktor-faktor sosial ekonomi dari responden mempengaruhi keputusan pemilihan bentuk kelembagaan kepemilikan lahan land tenure pada Taman Wisata Alam Gunung Meja, dengan formula sebagai berikut: 9 9 2 2 1 1 2 1 ..... log x b x b x b a P P + + + = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ Dimana : = peluang munculnya kelembagaan land tenure formal 1 P = peluang munculnya kelembagaan land tenure informal 2 P = intersep a 9 1 b b − = koefisien regresi 9 1 x x − = faktor-faktor sosial ekonomi umur, lama tinggal, pendapatan, batas wilayah, hak akses dan pemanfaatan, hak pengelolaan, hak pembatasan, hak pelepasan, dan suku. Umur Umur adalah usia responden yang dihitung sejak dia lahir sampai penelitian ini dilakukan dan dinyatakan dalam tahun. Dimana pembulatan ke atas dilakukan apabila umur responden melebihi 6 bulan dan pembulatan ke bawah dilakukan apabila kurang dari 6 bulan. Lama Tinggal Lama tinggal adalah waktu tinggal responden di dalam dan sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja dan dinyatakan dalam tahun. Dimana pembulatan ke atas dilakukan apabila lama tinggal responden melebihi 6 bulan dan pembulatan ke bawah apabila kurang dari 6 bulan. Pendapatan Pendapatan adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan responden dari pemanfaatan sumberdaya di Taman Wisata Alam Gunung Meja dan dinyatakan dalam rupiah per tahun Rp.tahun. Selain itu, pendapatan responden juga dihitung berdasarkan nilai dari mata pencaharian utama responden PNS, TNI, POLRI, wiraswasta, dll. Sedangkan pendapatan yang diperoleh atau diterima dari seluruh anggota keluarga yang bekerja dari berbagai sumber baik dari mata pencaharian utamapokok maupun dari mata pencaharian sampingan tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. Batas Wilayah Batas wilayah adalah batas yang diakui oleh pemerintah de jure maupun masyarakat adat Arfak de facto. Batas secara de jure didasarkan pada sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanahan Daerah maupun Nasional sedangkan secara de facto dapat berupa cerita, tanda-tanda alam dan bukti-bukti fisik lainnya. Batas wilayah dinyatakan dalam bentuk dummy variable yaitu jika terdapat batas yang jelas antara pemerintah de jure dengan masyarakat adat Arfak de facto diberi nilai 1 dan tidak ada batas yang jelas diberi nilai 0. Hak Akses dan Pemanfaatan Hak akses dan pemanfaatan adalah hak untuk memasuki dan mengambil sesuatu atau untuk memanen suatu hasil dari Taman Wisata Alam Gunung Meja seperti sumberdaya lahan, kayu, flora, fauna, buah-buahan dan obat-obatan. Hak akses dan pemanfaatan dinyatakan dalam bentuk dummy variable dimana jika hak akses dan pemanfaatan berada pada tangan pemerintah maka diberi nilai 1 dan apabila hak tersebut berada pada khalayak umum maka diberi nilai 0. Hak Pengelolalaan Hak pengelolaan adalah hak untuk mengatur pola pemanfaatan internal dan merubah sumberdaya yang ada di Taman Wisata Alam Gunung Meja untuk tujuan meningkatkan hasil atau produksi. Hak pengelolaan dinyatakan dalam bentuk dummy variable yaitu jika hak pengelolaan dipegang oleh pemerintah diberi nilai 1 dan apabila hak tersebut berada ditangan masyarakat adat Arfak diberi nilai 0. Hak Pembatasan Hak pembatasan adalah hak untuk menentukan siapa saja yang dapat memperoleh hak atas akses atas sumberdaya yang terdapat di Taman Wisata Alam Gunung Meja dan membuat aturan pemindahan hak atas akes dari seseorang ke orang lainnya atau lembagakelompok lain. Hak pembatasan dinyatakan dalam bentuk dummy variable dimana jika hak pembatasan berada di tangan pemerintah maka akan diberi nilai 1 dan apabila berada di tangan masyarakat adat Arfak akan diberi nilai 0. Hak Pelepasan Hak pelepasan adalah hak untuk menjual atau menyewakan atau kedua- duanya terhadap sumberdaya yang terdapat di Taman Wisata Alam Gunung Meja. Hak pelepasan dinyatakan dalam bentuk dummy variable dimana jika hak pelepasan berada ditangan pemerintah dan masyarakat adat Arfak maka akan diberi nilai 1 dan apabila hanya berada ditangan masyarakat adat Arfak maka akan diberi nilai 0. Suku Suku adalah asal mula seseorang berasal. Dimana suku yang ada di dalam dan sekitar Taman Wisata Alam Gunung Meja ada yang berasal dari suku Arfak Hatam, Sough, Moile, dan Meyakh, suku Papua dan Papua Barat Jayapura, Biak, Serui, Nabire, Sorong, Fak-fak, Wamena, Merauke, dll, serta suku non Papua dan Papua Barat Jawa, Sumatera, Sulawesi, dll. Suku-suku tersebut dibagi menjadi dua yaitu suku Arfak dan suku non Arfak. Suku dinyatakan dalam bentuk dummy variable dimana jika responden berasal dari suku Arfak maka diberi nilai 1 dan non adat Arfak diberi nilai 0.

4.4.3 Analisis 4R Rights, Resposibilities, Revenues, Relationships