166
hortikultura berbasis agroekologi agar sumberdaya alam pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang dapat dikelola secara terpadu dan berkelanjutan. Jumlah
responden pakar pada in depth interview sebanyak 10 orang yang dipilih menggunakan metode simple random sampling, terdiri dari pakar agroklimat,
pengelolaan lahan berlereng, agribisnis pertanian, sosiologi kemasyarakatan dan perencanaan kebijakan.
Data sosial dan ekonomi yang dikumpulkan meliputi : umur, pendidikan, pemilikan lahan, jumlah keluarga, jumlah usia produktif, curahan tenaga kerja,
upah tenaga kerja, penggunaan sarana produksi, peralatan pertanian, biaya hidup, produktivitas, harga sarana produksi, harga hasil komoditas, pendapatan
usahatani, buruh tani, pendapatan non-usahatani, jumlah penduduk, luas lahan usahatani, mata pencaharian, fasilitas penunjang usahatani, fasilitas umum,
mobilitas penduduk, ketersediaan teknologi, sumber penyedia teknologi, cara memperoleh teknologi, pelayanan penyuluhan, pelayanan swadaya dalam
penyuluhan teknologi ramah lingkungan. Sedangkan data kelembagaan meliputi : sumber penyediaan sarana produksi, jenis sarana produksi yang dibutuhkan,
jumlah sarana produksi yang dibutuhkan, sumber penyedia modal usahatani, besarnya modal yang dibutuhkan, bunga bank, pemasaran hasil, sistem penjualan,
penanganan hasil usahatani
9.2.2. Metode Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian yang berorientasi tujuan goal oriented
, sehingga menggunakan pendekatan sistem yaitu menggunakan pemodelan. Pendekatan sistem digunakan untuk menganalisis suatu kumpulan
subsistem dari pertanian tanaman hortikultura dan setiap subsistem terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi dan berhubungan untuk membangun
sebuah sistem pertanian tanaman hortikultura berbasis agroekologi. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam analisis sistem adalah analisis kebutuhan,
identifikasi sistem, formulasi masalah, dan pemodelan pengembangan tanaman hortikultura berbasis agroekologi.
167
Analisis Kebutuhan
Tahap analisis kebutuhan yaitu menentukan komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam sistem pertanian tanaman hortikultura berbasis
agroekologi. Kebutuhan setiap komponen atau pelaku berbeda sesuai dengan tujuan dan tingkat kepentingan masing-masing, saling berinteraksi satu sama lain
dan berpengaruh terhadap sistem pertanian tersebut. Analisis kebutuhan dari sistem pengembangan tanaman hortikultura berbasis agroekologi di lahan
berlereng tertera dalam Tabel 30.
Formulasi Masalah
Formulasi masalah disusun berdasarkan adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki atau adanya perbedaan kepentingan diantara stakeholders untuk
mencapai tujuan dari sistem tersebut. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, maka terdapat beberapa kebutuhan yang kontradiktif antar stakeholders yaitu :
- Kebutuhan petani hanya berorientasi pada peningkatan produksi dan pendapatan, sedangkan Pemerintah dan masyarakat disekitarnya selain dapat
meningkatkan produksi dan pendapatan juga dapat mencegah atau meminimalkan terjadinya degradasi lahan dan sedimentasi, sehingga
pemanfaatan sumberdaya lahan lestari dan berkelanjutan. - Petani membutuhkan penyuluhan yang intensif untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya, sementara jumlah dan pendidikan penyuluh belum memadai untuk memenuhi kebutuhan petani.
- Petani membutuhkan teknologi usahatani yang mudah diterapkan dengan biaya rendah, sedangkan Pemerintah dan penyuluh menginginkan petani cepat
mengadopsi teknologi usahatani yang sesuai dengan kondisi lapang meskipun memerlukan biaya yang tinggi.
- Petani menginginkan harga sarana produksi rendah, sedangkan lembaga penyedia saprodi menginginkan harga tinggi.
- Petani menginginkan harga produksi usahatani tinggi dan stabil, sedangkan lembaga pemasaran menginginkan harga rendah.
Perbedaan kebutuhan yang kontradiktif tersebut perlu dicarikan solusi agar tujuan dari rancangan model pengembangan tanaman hortikultura yang dapat
168
melestarikan kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan serta pendapatan petani tercapai. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan teknologi usahatani berbasis
agroekologi sehingga membangkitkan motivasi petani menjaga dan melestarikan sumberdaya lahan dan terbangunnya lembaga pendukung usahatani berkelanjutan
yang mampu menyediakan informasi teknologi, penyediaan saprodi, permodalan dan pemasaran hasil usahatani.
Tabel 30. Kebutuhan stakeholders sistem pertanian hortikultura berbasis agroekologi di hulu DAS Jeneberang
No. Stakeholders
Kebutuhan
1. Petani
- Peningkatan produktivitas dan pendapatan - Sarana produksi tersedia dengan harga murah
- Modal usahatani mudah diperoleh dan bunga
rendah - Ada pasar untuk penjualan hasil usahatani
- Harga produk usahatani tinggi dan stabil - Penyuluhan yang intensif
- Teknologi usahatani
2. Lembaga
Pemasaran - Kualitas produksi baik
- Kontuinitas produksi usahatani - Harga beli produksi usahatani rendah
- Harga jual ke konsumen tinggi
3. Konsumen
- Harga produk pertanian murah - Mudah diperoleh dan kontuinitas
- Kualitas produksi baik
4. Petugas Penyuluh
- Diseminasi informasi teknologi - Target produksi tinggi dan kualitas baik
- Usahatani berkelanjutan
5. Lembaga Penyedia
Modal - Peningkatan produksi dan pendapatan
- Pengembalian pinjaman lancar 6.
Lembaga penyedia saprodi
- Peningkatan produksi dan pendapatan - Daya beli saprodi oleh petani tinggi
- Harga jual saprodi tinggi
7. Masyarakat
- Kualitas lingkungan terjaga - Terciptanya peluang kerja dan usaha
- Kesejahteraan meningkat
8. Pemerintah
- Kualitas lingkungan terjaga - Target program daerah tercapai
- Kepentingan pencapaian program pangan nasional - PAD meningkat
169
Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus
diselesaikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Hubungan tersebut digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat causal loop seperti
pada Gambar 33.
Gambar 33. Diagram lingkar sebab akibat causal loop model pengembangan tanaman hortikultura berbasis agroekologi.
Selanjutnya diagram lingkar sebab akibat tersebut diinterpretasi ke dalam diagram input-output seperti tertera dalam Gambar 34.
Rancangan Model Pengembangan Tanaman Hortikultura Berbasis Agroekologi di Hulu DAS Jeneberang
Berdasarkan analisis kebutuhan, formulasi masalah, dan identifikasi sistem maka rancangan model pengembangan tanaman hortikultura berbasis agroekologi
dibangun melalui 3 submodel, yaitu : a. Submodel produksi tanaman hortikultura; komponennya adalah jenis
komoditas unggulan, pola tanam, sistem penanaman, pemupukan, pestisida dan amelioran.
Laju erosi sedimentasi
Tindakan konservasi
Tingkat kesuburan tanah
Pemilihan komoditas
yang sesuai
Saprodi
Modal usahatani
Sistem penanaman
Pola tanam Penyuluhan
Produktivitas
+
+ +
+ +
+ -
-
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+
Kelembagaan
Kesesuaian Lahan
Pendapatan Harga
produksi
+
+ +
+
170
b. Submodel pengendalian erosi; komponennya adalah iklim, jenis tanah, panjang dan kemiringan lereng, faktor tanaman, pengelolaan lahan,
dan tindakan konservasi. c. Submodel kelembagaan dan penyuluhan; komponennya adalah
kelembagaan petani, jumlah penyuluhan, dan intensitas penyuluhan.
Analisis Untuk Menyusun Alternatif Rancangan Model Pengembangan Tanaman Hortikultura Berbasis Agroekologi pada Lahan Berlereng
Analisis data yang digunakan untuk menyusun alternatif rancangan model pengembangan tanaman hortikultura berbasis agroekologi secara rinci tersaji
dalam Tabel 31. Perumusan rancangan alternatif atau skenario model pengembangan tanaman hortikultuta berbasis agroekologi yang dibangun dari tiga
Input tak terkendali : - Agroklimat
- Produktivitas - Harga Saprodi
- Harga Komoditas - Tingkat Suku Bunga
Input terkendali : - Jenis Komoditas
- Pola Tanam - Sistem Penanaman
- Tindakan Konservasi - Kesuburan Tanah
- Modal Usahatani - Saprodi
- Informasi Teknologi Input Lingkungan :
- Peraturan Pemerintah - Kondisi Sosial Ekonomi
Model Pengembangan Tanaman Hortikultura
Berbasis Agroekologi Output dikehendaki :
- Sumberdaya lahan dan lingkungan lestari secara
berkelanjutan - Meningkatkan
produktivitas lahan - Meningkatkan
Pendapatan Petani
Output tidak dikehendaki : - Laju erosi dan
sedimentasi meningkat - Degradasi lahan dan
lingkungan meningkat - Produktivitas menurun
- Pendapatan menurun
Pengelolaan lahan, tanaman, dan
kelembagaan pertanian Gambar 34. Diagram input-output model pengembangan tanaman hortikultura.
171
submodel yaitu submodel produksi tanaman hortikultura, submodel pengendalian erosi, dan submodel kelembagaan dan penyuluhan akan menggunakan analisis
program Stella versi 9.0.2. Tabel 31. Metode analisis data yang digunakan dalam menyusun alternatif
rancangan model pengembangan tanaman hortikultura berbasis agroekologi pada lahan berlereng.
No. Jenis Kegiatan
Metode Analisis Data 1.
Pemilihan komoditas yang sesuai Metode Perbandingan Eksponensial
MPE 2.
Penyusunan pola tanam Metode data curah hujan tahunan
3. Penyusunan sistem penanaman
Metode Bayes
dan Metode
Composite Performance Index CPI 4.
Pemilihan tindakan konservasi Metode Perbandingan Eksponensial
MPE 5.
Pemilihan jenis pupuk, pestisida dan amelioran
Metode Bayes 6.
Analisis kelayakan finansial RC ratio, BC ratio, NVP, IRR
7. Penyuluhan dan partisipatori
Participatory Rural
Appraisal PRA
9.3. Hasil dan Pembahasan