Prediksi Erosi Tanah pada Lahan Berlereng di Daerah Hulu DAS

124 Panjang lereng di daerah penelitian berkisar dari 20 m - 150 m. Aliran permukaan pada bagian atas lereng akan lebih kecil dibandingkan aliran permukaan pada ujung bawah lereng. Sehingga erosi yang terjadi pada bagian atas lereng lebih kecil dari pada bagian ujung bawah lereng. Semakin panjang suatu lereng maka semakin besar jumlah erosi yang terjadi Arsyad, 2006.

7.3.2. Prediksi Erosi Tanah pada Lahan Berlereng di Daerah Hulu DAS

Jeneberang Prediksi erosi dilakukan untuk mengetahui jumlah tanah yang hilang melalui erosi dan menganalisis teknologi konservasi tanah yang perlu dilakukan petani pada pertanaman hortikultura buah-buahan dan sayuran di daerah penelitian. Prediksi erosi dilakukan berdasarkan curah hujan, sifat-sifat fisik tanah, panjang dan kemiringan lereng, kualitas teras dan pola tanam yang diterapkan petani. Hasil prediksi erosi pada setiap satuan lahan disajikan dalam Tabel 22. Hasil perhitungan prediksi erosi menggunakan persamaan Smith, et al. 2007 dengan rumus persamaan 7.1 diperoleh besarnya tanah yang tererosi seperti terdapat pada Tabel 22. Data pada Tabel 23 menunjukkan bahwa erosi yang terjadi pada lahan di hulu DAS Jeneberang termasuk kategori rendah, sedang, berat, dan sangat berat. Hal ini dibadingkan dengan standar tingkat bahaya erosi dari Departemen Kehutanan 1986, dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007, yaitu pada tanah dengan tebal solum 60 – 90 cm, erosi rendah 15 tonhatahun, sedang 15-60 tonhatahun, berat 60-180 tonhatahun, dan sangat berat 180 tonhatahun. Perhitungan erosivitas hujan R dilakukan menggunakan rumus hubungan antara EI 30 dengan curah hujan tahunan Lenvain 1975, dalam Bols, 1978 sebagaimana tertera dalam persamaan rumus 7.3. Data pada Tabel 18 menunjukkan bahwa hasil perhitungan erosivitas hujan R pada hulu DAS Jeneberang yaitu 1398,60 dan 1562,10. Daerah yang berada pada zona agroekologi elevasi 700 m dpl erosivitas hujannya 1398,60 mm lebih kecil dari daerah yang berada pada zona agroekologi elevasi ≥700 m dpl 1562,10 mm. Hal ini disebabkan karena curah hujan tahunan di daerah ketinggian 700 m dpl yaitu 125 2525 mm lebih rendah dari daerah yang berada pada ketinggian ≥ 700 m dpl dengan curah hujan tahunan sebesar 2670 mm. Tabel 22. Prediksi erosi yang terjadi pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang Satuan Lahan R K LS C P Erosi tonhatahun Zona Agroekologi pada Elevasi 700 m dpl PL1 1398,60 0,11 0,25 0,4 0,50 7,38 PL2 1398,60 0,38 1,20 0,2 0,40 50,60 PL3 1398,60 0,13 4,25 0,4 0,40 124,06 PL4 1398,60 0,04 0,25 0,4 0,50 2,57 PL5 1398,60 0,10 1,20 0,4 0,40 26,10 PL6 1398,60 0,41 4,25 0,1 0,40 96,45 PL7 1398,60 0,28 9,50 0,1 0,40 149,04 PL8 1398,60 0,28 9,50 0,1 0,40 149,32 Zona Agroekologi pada Elevasi ≥ 700 m dpl SP1 1562,10 0,10 0,25 0,7 0,40 10,47 SP2 1562,10 0,14 1,20 0,4 0,40 40,93 SP3 1562,10 0,17 4,25 0,4 0,40 181,88 SP4 1562,10 0,16 9,50 0,4 0,90 837,92 SP5 1562,10 0,58 0,25 0,4 0,40 36,12 SP6 1562,10 0,43 1,20 0,4 0,75 241,76 SP7 1562,10 0,27 4,25 0,4 0,75 535,86 SP8 1562,10 0,45 9,50 0,4 0,40 1.061,43 SP9 1562,10 0,49 12,00 0,7 0,90 5.764,82 SP10 1562,10 0,52 1,20 0,4 0,75 293,33 SP11 1562,10 0,38 4,25 0,4 0,75 764,50 SP12 1562,10 0,49 9,50 0,4 0,90 2.638,15 SP13 1562,10 0,48 0,25 0,7 0,40 52,44 SP14 1562,10 0,26 1,20 0,7 0,40 136,54 SP15 1562,10 0,11 4,25 0,7 0,75 398,06 SP16 1562,10 0,38 9,50 0,8 0,40 1.822,69 SP17 1562,10 0,25 0,25 0,4 0,50 19,34 SP18 1562,10 0,09 1,20 0,4 0,75 51,99 SP19 1562,10 0,06 4,25 0,4 0,40 65,41 SP20 1562,10 0,04 9,50 0,4 0,40 101,90 Berdasarkan rumus perhitungan nilai erodibilitas tanah K yang dikemukakan dalam persamaan 7.4, diperoleh nilai erodibilitas tanah pada daerah penelitian berkisar dari 0,04 sangat rendah sampai 0,58 sangat tinggi. 126 Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas tanah menahan air, dan sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi, dan pengikisan oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan Arsyad, 2007. Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan konservasi dan pengelolaan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. Veiche 2002 menyatakan bahwa konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya merupakan suatu hal yang bersifat kompleks atau tidak sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat tanah. Hasil penelitian Kurnia dan Suwardjo 1984 dalam Dariah et al. 2004 menunjukkan nilai erodibilitas beberapa jenis tanah di Pulau Jawa yaitu Oksisol 0,03 – 0,09 sangat rendah, Ultisol 0,10 – 0,16 sangat rendah – rendah, Entisol 0,14 rendah, Alfisol 0,22 – 0,23 sedang, dan Vertisol 0,27 sedang. Penentuan nilai faktor LS menggunakan pendekatan seperti tertera pada Tabel Lampiran 15, dan diperoleh nilai faktor LS pada daerah hulu DAS Jeneberang yaitu berkisar dari 0,25 sampai 12,00. Kemiringan dan panjang lereng merupakan dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Makin curam lereng, maka memperbesar jumlah dan kecepatan aliran permukaan dengan demikian memperbesar energi angkut air. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi per satuan luas menjadi 2,0 – 2,5 kali lebih banyak Arsyad, 2006. Faktor C atau vegetasi penutup tanah bernilai 0,1 sampai 0,8. Vegetasi penutup tanah sangat besar pengaruhnya terhadap aliran permukaan dan erosi. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat melalui intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air, pengaruh akar dan kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah, dan transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang Arsyad, 2006. Nilai P atau faktor pengelolaan bernilai 0,4 – 0,9. Faktor pengelolaan sangat ditentukan oleh manusia atau petani yang mengelola lahan. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan merawat serta 127 mengusahakan tanahnya secara bijaksana sehingga menjadi lebih baik dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Faktor-faktor tersebut meliputi luas tanah pertanian yang diusahakan, sistem pengusahaan tanah, status penguasaan tanah, tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi, harga hasil usahatani, perpajakan, ikatan hutang, pasar dan sumber keperluan usahatani, dan infrastruktur dan fasilitas kesejahteraan Arsyad, 2006. Hasil perhitungan prediksi erosi disajikan pada Tabel 22. Besarnya erosi yang terjadi pada pertanaman hortikultura di hulu DAS Jeneberang berkisar dari 2,57 tonhatahun sampai 5.764,82 tonhatahun. Berdasarkan nilai tingkat bahaya erosi TBE Tabel 23, maka erosi yang terjadi pada lahan di hulu DAS Jeneberang yaitu lahan dengan tingkat bahaya erosi sangat berat paling luas arealnya yaitu 34,37, lahan dengan tingkat bahaya erosi berat sekitar 19,90, dan lahan dengan tingkat bahaya erosi sedang sekitar 22,48, dan lahan dengan tingkat bahaya erosi rendah yaitu 23,25 dari total luas lahan yang ditanami tanaman hortikultura. Tabel 23. Tingkat bahaya erosi dan luasannya di hulu DAS Jeneberang Tingkat Bahaya Erosi TBE Satuan Lahan Luas ha Persen Rendah 15 tonhatahun PL1, PL4, SP1 2.377,64 23,20 Sedang 15-60 tonhatahun PL2, PL5, SP2, SP5, SP13, SP17, SP18 2.026,05 19,77 Berat 60-180 tonhatahun PL3, PL6, PL7, PL8, SP14, SP19, SP20 2.836,67 27,66 Sangat Berat 180 tonhatahun SP3, SP4, SP6, SP7, SP8, SP9, SP10, SP11, SP12, SP15, SP16 3.010,26 29,37 Jumlah 10.250,62 100,00 Lahan yang mengalami tingkat bahaya erosi rendah yaitu PL1, PL4 dan SP1 dengan luasan 2.377,64 ha 23,20. Lahan yang mengalami erosi sedang yaitu PL2, PL5, SP2, SP5, SP13, SP17, dan SP18 dengan luas lahan 2.026,05 ha 19,77. Lahan yang mengalami erosi berat yaitu PL3, PL6, PL7, PL8, SP14, SP19, dan SP20 dengan luas lahan 2.836,67 ha 27,66. Sedangkan lahan yang 128 mengalami erosi sangat berat yaitu SP3, SP4, SP6, SP7, SP8, SP9, SP10, SP11, SP12, SP15, dan SP16 dengan luas lahan 3.010,26 ha 29,37. Lahan yang mengalami erosi sangat berat yang paling luas dengan tingkat erosi lebih besar dari 180 tonhatahun. Penyebaran lahan yang mengalami erosi sedang, berat, dan sangat berat di hulu DAS Jeneberang dapat di lihat pada Gambar 18. Peta penyebaran erosi berdasarkan tingkat bahaya erosi di hulu DAS Jeneberang Gambar 18 memperlihatkan bahwa lahan yang mengalami erosi sangat berat penyebarannya berada pada bagian atas hulu DAS Jeneberang. Lahan yang mengalami erosi berat penyebarannya berada pada bagian tengah hulu DAS Jeneberang, sedangkan lahan yang mengalami erosi sedang penyebarannya berada pada bagian bawah hulu DAS Jeneberang.

7.3.3. Erosi Yang Dapat Ditoleransikan