Erosi Yang Dapat Ditoleransikan

128 mengalami erosi sangat berat yaitu SP3, SP4, SP6, SP7, SP8, SP9, SP10, SP11, SP12, SP15, dan SP16 dengan luas lahan 3.010,26 ha 29,37. Lahan yang mengalami erosi sangat berat yang paling luas dengan tingkat erosi lebih besar dari 180 tonhatahun. Penyebaran lahan yang mengalami erosi sedang, berat, dan sangat berat di hulu DAS Jeneberang dapat di lihat pada Gambar 18. Peta penyebaran erosi berdasarkan tingkat bahaya erosi di hulu DAS Jeneberang Gambar 18 memperlihatkan bahwa lahan yang mengalami erosi sangat berat penyebarannya berada pada bagian atas hulu DAS Jeneberang. Lahan yang mengalami erosi berat penyebarannya berada pada bagian tengah hulu DAS Jeneberang, sedangkan lahan yang mengalami erosi sedang penyebarannya berada pada bagian bawah hulu DAS Jeneberang.

7.3.3. Erosi Yang Dapat Ditoleransikan

Erosi yang dapat ditoleransikan merupakan jumlah tanah hilang yang diperbolehkan per tahun agar produktivitas lahan tidak berkurang sehingga tanah tetap produktif secara lestari. Wischmeier dan Smith 1978 dalam Hardjowigeno 2007 menyatakan bahwa dalam menentukan erosi yang dapat ditoleransikan harus mempertimbangkan ketebalan lapisan tanah atas top soil, sifat fisik tanah, pencegahan terjadinya erosi gully, penurunan kandungan bahan organik, dan kehilangan unsur hara tanaman. Tanah yang mempunyai solum dalam, memiliki nilai erosi yang dapat ditoleransikan lebih besar dari tanah yang bersolum dangkal. Berdasarkan metode perhitungan erosi yang dapat ditoleransikan sebagaimana disajikan pada persamaan 7.6, besarnya erosi yang dapat ditoleransikan pada lokasi penelitian hulu DAS Jeneberang disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Erosi yang dapat ditoleransikan pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang Jenis Tanah Satuan Lahan Etol tonha Inseptisol PL1,PL2,PL3,SP5,SP6,SP7,SP8,SP9,SP10,SP11,SP12 16,50 Ultisol PL4, PL5, PL6, PL7, PL8, SP13, SP14, SP15, SP16 16,80 Alfisol SP1, SP2, SP3, dan SP4 17,33 Oksisol SP17, SP18, SP19, dan SP20 13,50 129 Gambar 18. Peta tingkat bahaya erosi di hulu DAS Jeneberang. 130 Gambar 19. Pola penanaman tanaman dan pembuatan bedengan searah lereng yang diterapkan oleh petani hortikultura sayuran di hulu DAS Jeneberang. Hasil perhitungan prediksi erosi yang terjadi pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang Tabel 20 dengan kemiringan lereng 7 sampai 78 landai sampai sangat curam, dan panjang lereng 20 m sampai 150 m Tabel 19, menunjukkan bahwa prediksi erosi yang terjadi rata-rata melebihi erosi yang dapat ditoleransikan, kecuali satuan lahan PL1, PL4, dan SP1. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa untuk pengelolaan lahan yang memiliki lereng landai sampai sangat curam pada hulu DAS Jeneberang, teknologi konservasi yang diterapkan oleh petani masih sangat minim sehingga belum mampu menekan laju kerusakan lahan yang diakibatkan oleh erosi. Penanaman tanaman dan pembuatan bedengan yang dilakukan oleh petani yaitu searah lereng Gambar 19. Semakin besar kemiringan lereng maka semakin cepat aliran permukaan yang menyebabkan erosi semakin meningkat.

7.4. Kesimpulan