50
Dengan membandingkan pola penggunaan lahan sekarang dengan pola penggunaan lahan menurut anjuran dengan pendekatan agroekologi dapat
disusun bentuk-bentuk intervensi dan dirancang evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan, analisis keberlanjutan dari masing-masing zona agroekologi,
serta pemodelan pengembangan tanaman hortikultura di daerah hulu DAS Jeneberang untuk dapat mendukung pertanian maju, tangguh dan
berkelanjutan.
4.3.2. Evaluasi Kemampuan Lahan
Pengamatan dan pengambilan data sifat-sifat tanah dan lahan untuk keperluan evaluasi kemampuan lahan dilakukan pada setiap zona agroekologi.
Sifat-sifat tanah dan lahan yang digunakan dalam evaluasi kemampuan lahan meliputi sifat-sifat fisik dan morfologi tanah dan lahan yang dapat langsung
diamati di lapang. Kelas kemampuan lahan di dasarkan pada potensinya untuk pertanian umum tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang
Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007 . Adapun sifat-sifat fisik dan morfologi yang diamati untuk tingkat kelas adalah kemiringan lereng, kepekaan terjadinya
erosi, kedalam solum, struktur tanah, keadaan tergenang, drainase, adanya batuan di permukaan, dan salinitas atau kandungan natrium. Klasifikasi kemampuan
lahan yang akan digunakan yaitu kelas dan subkelas. Pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat. Lahan dikelompokkan dalam
delapan kelas yaitu kelas I sampai VIII. Untuk pembagian sub kelas, maka yang diamati adalah bahaya erosi e, genangan air w, penghambat terhadap perakaran
tanaman s, dan iklim c.
4.3.3. Penentuan Komoditas Unggulan dan Evaluasi Kesesuaian Lahan
Untuk Tanaman Hortikultura
Penentuan komoditas unggulan menggunakan data sekunder. Data sekunder meliputi jenis komoditas hortikultura, produktivitas, luas tanam dan luas
panen di tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan. Pengamatan dan pengambilan data sifat-sifat tanah dan lahan untuk keperluan evaluasi kesesuaian lahan
dilakukan pada peta satuan lahan unit lahan yang dihasilkan dari overlay peta dasar pada masing-masing zona agroekologi. Pengambilan contoh tanah
51
menggunakan Stratified Random Sampling untuk masing-masing unit lahan. Jumlah contoh tanah untuk keperluan analisis sifat kimia dan fisik tanah sangat
tergantung pada banyaknya satuan lahan. Contoh tanah untuk analisis sifat fisik menggunakan ring sampel. Untuk analisis sifat kimia, setiap satuan unit lahan
dipilih secara acak sebanyak lima contoh tanah, kemudian dikompositkan. Pengambilan contoh tanah untuk analisis kimia tanah menggunakan bor tanah
sedalam lapisan olah 0 – 30 cm dari permukaan tanah. Contoh tanah tersebut
kemudian dianalisis di Laboratorium. Analisis sifat kimia tanah meliputi kapasitas tukar kation, pH, N-total, P-tersedia, K dapat ditukar, C-organik, salinitas dan
kejenuhan basa. Analisis sifat fisik tanah meliputi tekstur dan permeabilitas tanah. Pengamatan untuk sifat fisik-kimia tanah di lapang dilakukan dengan
mengukur beberapa variabel meliputi drainase, kedalaman efektif, kemiringan lereng, panjang lereng, jenis komoditas, dan tutupan vegetasi. Pengukuran
kedalaman efektif, kedalaman solum, menggunakan metode minipit, yaitu dengan cara menggali tanah berukuran : panjang, lebar dan kedalaman masing-masing 60
cm, kemudian diukur setiap lapisankedalamannya menggunakan meteran. Pengukuran panjang lereng dan kemiringan lereng menggunakan alat abney level.
Satuan panjang lereng adalah meter dan kemiringan lereng adalah persen . Data iklim yang diperlukan untuk analisis kesesuaian lahan adalah curah hujan
sepuluh tahun terakhir. Analisis komoditas unggulan menggunakan metode penilaian location
quotient LQ berbasis luas tanam. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan
dilakukan dengan menggunakan sistem evaluasi yang diadopsi dari FAO dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh
komoditas tanaman berbasis lahan. Komoditas yang terpilih untuk ditentukan kelas kesesuaian lahannya adalah komoditas unggulan. Kriteria yang digunakan
disajikan pada Tabel Lampiran 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12.
4.3.4. Prediksi Erosi