120
dan pembuatan teras. Nilai untuk tindakan konservasi tanah Faktor P disajikan pada Tabel Lampiran 19.
7.2.2.2. Penentuan Erosi yang dapat Ditoleransikan E
tol
Penentuan erosi yang dapat ditoleransikan E
tol
dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Wood dan Dent 1983 dalam Hardjowigeno
dan Widiatmaka 2007 dengan rumus sebagai berikut : D
e
– D
min
E
tol
= + LPT 7.6 UGT
Dimana : D
e
: kedalaman ekuivalen Arsyad, 2006 : kedalaman efektif tanah mm x faktor kedalaman tanah
D
min
: kedalaman tanah minimum mm yang ditoleransikan UGT : umur guna tanah yaitu 300 tahun untuk pemakaian secara terus-menerus
dan intensif. LPT : laju pembentukan tanah, sebesar 1,00 mmtahun Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2007. Penentuan degradasi lahan akibat terjadinya erosi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara jumlah tanah yang tererosi dengan jumlah tanah tererosi yang dapat ditoleransikan. Apabila jumlah tanah yang tererosi lebih besar dari
jumlah tanah tererosi yang dapat ditoleransikan maka akan terjadi degradasi lahan, tetapi apabila jumlah tanah yang tererosi sama atau lebih kecil dari erosi yang
dapat ditoleransikan maka tidak terjadi degradasi erosif.
7.2.2.3. Penentuan Tingkat Bahaya Erosi TBE
Tingkat bahaya erosi TBE ditentukan berdasar atas perbandingan antara jumlah tanah yang tererosi dengan kedalaman efektif tanah tanpa
memperhatikan jangka waktu kelestarian yang diharapkan, jumlah erosi yang diperbolehkan maupun kecepatan proses pembentukan tanah. Untuk menentukan
tingkat bahaya erosi, Departemen Kehutanan 1986 menggunakan pendekatan tebal solum tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasar Hardjowigeno
121
dan Widiatmaka, 2007. Penilaian tingkat bahaya erosi berdasar atas tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi jumlah erosi maksimum, A
Tebal Solum cm Erosi Maksimum A tonhatahun
15 15
– 60 60
– 180 180
– 480 480
90 60
– 90 30
– 60 30
SR R
S B
S B
SB SB
S B
SB SB
B SB
SB SB
SB SB
SB SB
Keterangan : SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang, B = berat, SB = sangat berat Sumber: Departemen Kehutanan, 1986 dalam
Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007.
7.3. Hasil dan Pembahasan