Klasifikasi Kemampuan Lahan di Hulu DAS Jeneberang

68 Drainase tanah di lahan berlereng hulu DAS Jeneberang berkisar dari baik sampai agak baik. Drainase baik artinya tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh tanah dari atas sampai ke bawah berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu. Drainase agak baik artinya tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah. Ketersedian air tanah menunjukkan jumlah air yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhannya. Ketersediaan air di area hulu DAS Jeneberang berkisar dari sedang sampai baik, artinya air cukup tersedia bagi tanaman. Namun di musim kemarau berkepanjangan, air yang tersedia tidak mencukupi bagi kebutuhan tanaman. Batuan di permukaan merupakan bahan kasar atau batuan kecil berdiameter 7,5 cm sampai 25 cm jika berbentuk bulat, atau sumbu panjangnya berukuran 15 cm sampai 40 cm jika berbentuk gepeng. Banyaknya batuan kecil di permukaan tanah di area penelitian berkisar dari sedikit sampai sedang. Batuan di permukaan kategori sedikit artinya jumlah batuan berkisar 0 sampai 15 volume tanah, sedangkan kategori sedang artinya jumlah batuan dipermukaan tanah berkisar 15 sampai 50 volume tanah. Pada kategori sedang, dapat berpengaruh pada pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman agak terganggu. Batuan tersingkap merupakan batuan yang sebagian kecil muncul dipermukaan dan sebagian besar terdapat dalam tanah. Batuan tersingkap pada area hulu DAS Jeneberang berkisar dari tidak ada sampai sedikit. Kategori tidak ada artinya kurang dari 2 permukaan tanah tertutup oleh batuan yang muncul dipermukaan tanah. Sedangkan kategori sedikit artinya 2 sampai 10 permukaan tanah tertutup oleh batuan tersingkap, sehingga agak mengganggu pengolahan tanah dan penanaman.

5.3.4. Klasifikasi Kemampuan Lahan di Hulu DAS Jeneberang

Berdasarkan karakteristik fisik dan morfologi lahan yang terdapat pada Tabel 7, dan matriks keriteria klasifikasi kemampuan lahan dari USDA yang dimodifikasi Arsyad, 2006 yang tertera dalam Tabel Lampiran 5, maka lahan di 69 hulu DAS Jeneberang termasuk dalam kategori kelas II, III, IV, VI, dan VII, dengan faktor pembatas penghambat terhadap perakaran s, ancaman kelebihan air w, dan ancaman terjadinya erosi e. Klasifikasi kemampuan lahan untuk masing-masing unit lahan disajikan pada Tabel 8. Penyebaran kelas kemampuan lahan di hulu DAS Jeneberang dapat dilihat dalam Gambar 6. Tabel 8. Kelas kemampuan lahan pada setiap satuan lahan wilayah hulu DAS Jeneberang Satuan lahan Kelas Subkelas Luas ha Zona Agroekologi pada Elevasi 700 m dpl PL1 II IIs 2.232,33 PL2 III IIIw 396,04 PL3 IV IVe 106,94 PL4 II IIw 4.044,18 PL5 III IIIe 3.563,59 PL6 IV IVe 4.295,81 PL7 VI VIe 149,96 PL8 VI VIe 53,15 Zona Agroekologi pada Elevasi ≥ 700 m dpl SP1 II IIw 934,86 SP2 III IIIs 1.532,61 SP3 IV IVe 397,10 SP4 VI VIe 72,05 SP5 II IIw 323,55 SP6 III IIIe 1.438,33 SP7 IV IVe 1.713,96 SP8 VI VIe 1.311,41 SP9 VII VIIe 138,94 SP10 III IIIe 2.030,35 SP11 IV IVe 2.102,28 SP12 VI VIe 429,35 SP13 II IIw 501,34 SP14 III IIIe 1.128,17 SP15 IV IVe 602,25 SP16 VI VIe 425,08 SP17 II IIw 459,16 SP18 III IIIw 197,26 SP19 IV IVe 260,65 SP20 VI VIe 178,90 Keterangan faktor pembatas: s: penghambat perakaran, w: ancaman kelebihan air, dan e: ancaman terjadinya erosi. Lahan dengan kelas kemampuan II merupakan lahan dengan kemiringan landai sampai berombak 3 – 8 danatau telah mengalami erosi ringan 25 - 67 lapisan atas telah hilang, kedalaman sedang 50 – 90 cm. Lahan dengan kelas kemampuan II sesuai untuk berbagai macam penggunaan, meliputi penggunaan untuk tanaman semusim, tanaman tahunan, padang rumput, hutan produksi, dan sebagainya. Oleh sebab itu apabila digunakan untuk pertanian tanaman semusim, agar lahannya tidak rusak, maka memerlukan tindakan konservasi tanah yang ringan seperti pergiliran tanaman, penggunaan mulsa, dan guludan bersaluran. Luas areal lahan kelas II di hulu DAS Jeneberang yaitu 8.495,42 ha 27,39 . Lahan kelas II dengan faktor pembatas drainase w subkelas IIw seluas 6.263,09 ha 20,19 dan lahan dengan faktor pembatas hambatan daerah perakaran subkelas IIs yaitu 2.232,33 ha 7,20 Tabel 8. Kelas kemampuan lahan III merupakan lahan yang terletak pada lereng dengan kemiringan agak miring atau bergelombang 8 – 15 , dan kedalaman tanah dangkal 25 – 50 cm, peka terhadap erosi atau telah mengalami erosi agak berat. Lahan dengan kelas kemampuan III masih sesuai untuk pertanian tanaman semusim, tanaman tahunan, padang rumput, hutan produksi, atau hutan lindung. Jika digunakan untuk pertanian tanaman semusim, agar tidak mengalami kerusakan dan kehilangan fungsi hidrologinya, maka memerlukan tindakan konservasi yang cukup berat seperti pembuatan guludan bersaluran, teras berdasar lebar, atau kombinasi beberapa metode vegetatif. Data pada Tabel 9 menunjukkan luas areal lahan kelas III di hulu DAS Jeneberang yang terluas yaitu 10.286,35 ha 33,16. Lahan kelas III dengan faktor pembatas drainase w subkelas IIIw seluas 593,30 ha 1,91 , lahan dengan faktor pembatas hambatan daerah perakaran subkelas IIIs yaitu 1.532,61 ha 4,94 , dan lahan dengan faktor pembatas erosi subkelas IIIe seluas 8.160,44 ha 26,31 . Kelas kemampuan lahan IV merupakan lahan yang terletak pada lereng miring atau berbukit 15 – 30 , dan kedalaman tanah dangkal 25 – 50 cm, telah mengalami erosi agak berat lebih dari 75 lapisan atas telah hilang. Lahan dengan kelas kemampuan IV digunakan untuk tanaman semusim, tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah baik, padang rumput, hutan produksi, atau hutan lindung. Jika digunakan untuk tanaman semusim, untuk menghindari kerusakan dan kehilangan fungsi tanah, maka diperlukan tindakan konservasi 68 yang lebih berat seperti pembuatan teras bangku, rorak, dan kombinasi beberapa metode vegetatif. Luas areal lahan kelas IV di hulu DAS Jeneberang yaitu 9.478,99 ha 30,55 , dengan faktor pembatas adalah erosi subkelas IVe. Tabel 9. Kelas kemampuan lahan, subkelas kemampuan lahan dan luasannya di hulu DAS Jeneberang Kelas Kemampuan Lahan Subkelas Kemampuan Lahan Luas ha Persentase II IIw 6.263,09 20,19 IIs 2.232,33 7,20 III IIIw 593,30 1,91 IIIs 1.532,61 4,94 IIIe 8.160,44 26,31 IV IVe 9.478,99 30,55 VI VIe 2.619,90 8,45 VII VIIe 139,94 0,45 Keterangan faktor pembatas: s: penghambat perakaran, w: ancaman kelebihan air, dan e: ancaman terjadinya erosi. Kelas kemampuan lahan VI adalah lahan yang terletak pada lereng agak curam 30 – 45 , dan kedalaman tanah sangat dangkal 25 cm, telah mengalami erosi agak berat lebih dari 25 lapisan bawah telah hilang. Lahan kelas kemampuan VI tidak sesuai untuk tanaman semusim, tapi sesuai untuk tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah baik, padang rumput tidak intensif, hutan produksi, atau hutan lindung. Apabila solum tanahnya dalam dapat digunakan untuk produksi tanaman semusim dan tanaman tahunan, dengan metode pencegahan erosi yang berat seperti pembuatan teras bangku dan kombinasi beberapa metode vegetatif. Luas areal lahan kelas VI di hulu DAS Jeneberang yaitu 2.619,90 ha 8,45 , dengan faktor pembatas adalah erosi subkelas VIe. Lahan dengan kelas kemampuan VII adalah lahan yang terletak pada lereng curam 45 – 65 , dan kedalaman tanah sangat dangkal 25 cm, telah mengalami erosi sangat berat erosi parit. Lahan kelas kemampuan VII tidak sesuai untuk tanaman semusim, tapi dapat digunakan untuk padang 69 rumputpengembalaan terbatas, hutan produksi dengan upaya pencegahan erosi, dan peruntukan terbaik adalah hutan lindung atau suaka alam. Luas areal lahan kelas VII di hulu DAS Jeneberang yaitu 139,94 ha, dengan faktor pembatas adalah erosi subkelas VIIe.

5.3.5. Kelas Kemampuan Lahan pada Kawasan Areal Penggunaan Lain