171
submodel yaitu submodel produksi tanaman hortikultura, submodel pengendalian erosi, dan submodel kelembagaan dan penyuluhan akan menggunakan analisis
program Stella versi 9.0.2. Tabel 31. Metode analisis data yang digunakan dalam menyusun alternatif
rancangan model pengembangan tanaman hortikultura berbasis agroekologi pada lahan berlereng.
No. Jenis Kegiatan
Metode Analisis Data 1.
Pemilihan komoditas yang sesuai Metode Perbandingan Eksponensial
MPE 2.
Penyusunan pola tanam Metode data curah hujan tahunan
3. Penyusunan sistem penanaman
Metode Bayes
dan Metode
Composite Performance Index CPI 4.
Pemilihan tindakan konservasi Metode Perbandingan Eksponensial
MPE 5.
Pemilihan jenis pupuk, pestisida dan amelioran
Metode Bayes 6.
Analisis kelayakan finansial RC ratio, BC ratio, NVP, IRR
7. Penyuluhan dan partisipatori
Participatory Rural
Appraisal PRA
9.3. Hasil dan Pembahasan
9.3.1. Tahapan Rancangan Model Pengembangan Tanaman Hortikultura
Buah-Buahan, Zona Agroekologi pada Elevasi 700 m dpl
Rancangan model pengembangan tanaman hortikultura buah-buahan berbasis agroekologi di hulu DAS Jeneberang dirumuskan berdasarkan hasil
analisis parsial setiap komponen yang berpengaruh pada masing-masing submodel.
a. Submodel Produksi Hortikultura Buah-Buahan
Pemilihan Jenis Komoditas Buah-Buahan yang Sesuai
Jenis tanaman hortikultura buah-buahan yang dikembangkan di hulu DAS Jeneberang yaitu rambutan, mangga, durian, pisang, jeruk, nangka, dan cempedak.
Jenis tanaman yang dipilih untuk menyusun alternatif model usahatani hortikultura buah-buahan sebanyak 4 tanaman yaitu rambutan, mangga, durian,
172
dan pisang. Keempat komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan di dataran rendah hulu DAS Jeneberang ketinggian 700 m dpl sesuai dengan
hasil analisis Location Quotient LQ dengan nilai LQ 1 Tabel 12. Hasil perhitungan matriks keputusan dengan metode MPE Tabel 32
diperoleh bahwa jenis tanaman rambutan menduduki peringkat pertama, diikuti tanaman mangga, durian, dan terakhir tanaman pisang. Tanaman rambutan yang
ditanam oleh petani sudah mengintroduksi teknik budidaya yang benar tapi belum seluruhnya. Masih banyak petani yang menanam seadanya tanpa adanya
pemeliharaan yang intensif. Selain itu, masih banyak petani menanam bibit rambutan yang dibibitkan sendiri tanpa mengetahui sumber benihnya.
Tabel 32. Matriks keputusan setiap alternatif komoditas hortikultura buah-buahan berdasarkan hasil perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial
MPE Alternatif
Komoditas Kriteria
Nilai Keputusan
Peringkat A
B C
D E
Rambutan 4
4 3
4 4
109 1
Mangga 4
3 4
4 3
108 2
Pisang 2
3 4
2 2
35 4
Durian 3
4 3
2 2
48 3
Bobot Kriteria 3
1 2
2 2
Keterangan : A = Kemampuan menahan erosi B = Kesesuaian dengan iklim
C = Pemeliharaan D = Produktivitas
E = Pendapatan petani
Sistem Penanaman Tanaman Buah-Buahan
Sistem penanaman tanaman buah-buahan di hulu DAS Jeneberang yang diterapkan oleh petani yaitu monokultur, tumpangsari, dan kebun campuran. Hasil
analisis CPI pada Tabel 33 menunjukkan bahwa sistem penanaman yang diterapkan dan menduduki peringkat satu adalah sistem kebun campuran, kedua
adalah tumpangsari, dan ketiga adalah monokultur. Sistem penanaman kebun campuran merupakan penanaman tanaman lebih dari satu jenis pada lahan dan
waktu yang bersamaan. Pada sistem kebun campuran dapat mengurangi resiko
173
gagal panen untuk komoditas yang ditanam, mengurangi penyebaran serangan hama dan penyakit, dan penutupan lahan cover crop lebih rapat karena tajuk
atau morfologi tanaman lebih rapat. Tabel 33. Matriks keputusan setiap alternatif sistem penanaman komoditas
hortikultura buah-buahan berdasarkan hasil perhitungan Metode Composite Performance Index CPI
Alternatif Sistem
Penanaman Kriteria
Nilai Keputusan
Peringkat A
B C
D E
F Monokultur
1 3
1 3
2 3
135 3
Tumpangsari 2
2 3
2 3
3 180
2 Kebun
campuran 3
2 3
1 3
2 190
1 Bobot Kriteria
0,3 0,1
0,1 0,1
0,2 0,2
Keterangan : A = Kemampuan menahan erosi B = Pengolahan tanah
C = Serangan hama dan penyakit D = Penggunaan pupuk dan amelioran
E = Produktivitas F = Pendapatan petani
b. Submodel Pengendalian Erosi