178
menunjukkan bahwa setiap pengeluaran biaya produksi pada usahatani rambutan sebesar Rp 1, akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,47. Demikian pula
dengan komoditas buah-buahan lainnya, dengan nilai RC ratio masing-masing 1,45 untuk komoditas mangga, 1,46 untuk komoditas durian, dan 0,49 untuk
komoditas pisang.
9.3.2. Model Pengembangan Tanaman Hortikultura Buah-Buahan Zona
Agroekologi pada Elevasi 700 m dpl di Hulu DAS Jeneberang
Model pengembangan tanaman hortikultura buah-buahan di hulu DAS Jeneberang dibangun melalui logika hubungan antara komponen-komponen yang
saling terkait dan berinteraksi. Model pengembangan tanaman hortikultura buah- buahan berbasis agroekologi di hulu DAS Jeneberang dibangun melalui 3
submodel. Gambaran keterkaitan antar komponen-komponen dalam submodel, dan keterkaitan antara komponen antar submodel disajikan pada Gambar 35.
Simulasi model dilakukan untuk menentukan besar erosi yang terjadi, produktivitas hortikultura buah-buahan, dan nilai rupiah dari penjualan komoditas
buah-buahan. Hasil simulasi model pengembangan tanaman hortikultura buah- buahan disajikan pada Gambar 36.
Gambar 35. Struktur model dinamik pengembangan tanaman hortikultura buah- buahan berbasis agroekologi di hulu DAS Jeneberang.
~ R
K LS
C P
E KLAS EROSI
Tanaman Konservasi
Luas Total Luas Per Komoditi
Produktifitas Produksi
Total e
Pola Tanam Harga Per Komoditi 2
Nilai Rupiah Total Nilai Rupiah dibawah 700
Sistem Tanam Pupuk
Produktifitas 2 Pestisida
Amelioran RC Rasio
Total Nilai Rupiah diatas 700 Erosi
Input
Kelembagaan Penyuluhan Output
Kelompok Tani Koperasi
Produksi Total Masuk
Keluar Jumlah Penyuluh
Penyuluhan Pemupukan
Skor Pemupukan Pola sistem Tanam
Skor Pola Sistem Tanam G
Produksi diatas 700 Skor Kelembagaan
Sub Model Produksi Holtikultura Sub Model Pengendalian Erosi
Sub Model Kelembagaan dan Penyuluhan
179
Gambar 36. Simulasi total erosi yang terjadi, produksi tanaman buah-buahan, dan total pendapatan usahatani buah-buahan.
Simulasi Skenario Model Untuk Komoditas Rambutan
Skenario model untuk komoditas rambutan disusun berdasarkan komponen-komponen yang berperanan penting pada masing-masing submodel.
Komponen-komponen yang diskenariokan adalah jenis pupuk, amelioran, pestisida, sistem penanaman, usaha konservasi, intensitas penyuluhan, jumlah
penyuluh, jumlah koperasi, dan jumlah kelompok tani. Kombinasi antara komponen-komponen ini menghasilkan tiga skenario pengembangan tanaman
hortikultura berbasis agroekologi, yaitu: 1 skenario pesimis: penggunaan pupuk anorganik, tidak menggunakan
amelioran, pestisida sintesis, sistem penanaman monokultur, dan tanpa teras, penanaman sistem alley cropping, jumlah penyuluh 3 orang,
intensitas penyuluhan satu kali 6 bulan, tidak ada koperasi, jumlah kelompok tani 10.
2 skenario moderat: penggunaan pupuk organik dan anorganik, penggunaan amelioran, sistem penanaman monokultur, dan
pembuatan teras bangku, jumlah penyuluh 5 orang, intensitas penyuluhan satu kali sebulan, jumlah koperasi dua unit, jumlah
kelompok tani 20.
11:19 22 Nop 2011 Page 1
0.00 2.50
5.00 7.50
10.00 Y ears
1: 1:
1:
2: 2:
2:
3: 3:
3:
100 200
300
4.55e+011 4.7e+011
4.85e+011
57500000 60000000
62500000 1: Total erosi dibawah 700 m dpl
2: Total pendapatan petani buah buahan 3: Produksi komoditas buah buahan
1 1
1 1
2
2 2
2 3
3 3
3
180
3 skenario optimis: penggunaan pupuk organik dan anorganik, penggunaan amelioran, sistem penanaman tumpang sari, dan
pembuatan teras bangku dengan saluran drainase, jumlah penyuluh 7 orang, intensitas penyuluhan satu kali sebulan, jumlah koperasi dua
unit, jumlah kelompok tani 30. Oleh karena komoditas rambutan merupakan komoditas unggulan dengan
nilai LQ paling tinggi, maka komoditas ini yang dipilih mewakili buah-buahan dalam analisis simulasi skenario model pengembangannya. Hasil simulasi model
pengembangan tanaman rambutan untuk setiap skenario menunjukkan bahwa skenario pesimis memberikan besar erosi relatif hampir sama dengan kondisi
eksisting dan lebih besar dibandingkan skenario moderat dan optimis Gambar 37. Pada tahun 2010, erosi yang terjadi pada skenario pesimis yaitu 8,26
tonhatahun, lebih besar dari kondisi eksisting yaitu 8,25 tonhatahun, skenario moderat sebesar 7,49 tonhatahun, dan skenario optimis sebesar 5,73
tonhatahun. Pada tahun 2020, erosi yang terjadi pada semua skenario mengalami penurunan, skenario pesimis yang tertinggi yaitu 3,70 tonhatahun, kondisi
eksisting sebesar 3,69 tonhatahun, skenario moderat sebesar 3,35 tonhatahun, dan skenario optimis sebesar 2,56 tonhatahun.
Gambar 37. Prediksi erosi yang terjadi pada pertanaman hortikultura buah-buahan hasil simulasi skenario sampai tahun 2020.
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00 9,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 E
ro si
to n
h a
tah u
n
Tahun
Eksisiting Pesimis
Moderat Optimis
181
Gambar 38. Perkiraan produktivitas rambutan hasil simulasi skenario tahun 2010 sampai tahun 2020.
Gambar 39. Perkiraan pendapatan petani rambutan hasil simulasi skenario dari tahun 2010 sampai tahun 2020.
Hasil simulasi model untuk parameter produktivitas dan pendapatan petani rambutan untuk setiap skenario disajikan pada Gambar 38 dan Gambar 39. Untuk
skenario pesimis pada tahun 2010, produktivitas rambutan sebesar 6.116,0 kgha dan pendapatan petani sebesar Rp. 33.715.000, sama dengan kondisi eksisting
dan dua skenario lainnya. Produksi rambutan tertinggi dicapai pada tahun 2020,
6060,0 6080,0
6100,0 6120,0
6140,0 6160,0
6180,0 6200,0
6220,0 6240,0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pr o
d u
kt iv
itas k
g h
a
Eksisting Optimis
Moderat Pesimis
33200000 33400000
33600000 33800000
34000000 34200000
34400000 34600000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pen d
ap atan
R p
h a
Eksisting Optimis
Moderat Pesimis
182
yaitu pada skenario optimis dan skenario moderat sebesar 6.222,3 kgha dengan pendapatan petani sebesar Rp. 34.512.298, skenario pesimis sebesar 6.116,0 kgha
dengan pendapatan petani sebesar Rp. 33.715.000, dan kondisi eksisting sebesar 6.202,3 kgha dengan pendapatan petani sebesar Rp. 34.312.298. Artinya dengan
penerapan model ini pada pertanaman rambutan khususnya skenario optimis dan moderat, maka dapat menurunkan degradasi lahan erosi tanah dan meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani rambutan.
9.3.3. Analisis Kelayakan Usahatani Rambutan sesuai dengan Model Pengembangannya