Pendahuluan EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG

79

VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG

6.1. Pendahuluan

Tanaman hortikultura buah-buahan dan sayuran merupakan tanaman komoditas unggulan di Kabupaten Gowa yang bisa mendatangkan devisa bagi pendapatan asli daerah PAD. Tanaman hortikultura merupakan salah satu penyumbang pendapatan asli daerah PAD terbanyak di Kabupaten Gowa. Sekitar 40 persen PAD pada tahun 2010 berasal tanaman tersebut BPS Kab. Gowa, 2010. Tanaman hortikultura memiliki prospek yang baik, karena banyak dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Bagian hulu DAS Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa memiliki potensi untuk pengembangan pertanian khususnya tanaman hortikultura. Luas lahan kering di Kabupaten Gowa mencapai 143.047 ha dan hanya sekitar 32.173 ha yang merupakan tanah sawah. Ada 25,7 dari luas lahan kering dimanfaatkan untuk tegalan dan ladang yang merupakan lahan berpotensi untuk pengembangan pertanian hortikultura BPS Kab. Gowa, 2008. Tipologi lahan dimanfaatkan secara optimal. Mengacu pada potensi lahan dan pengembangan wilayah, maka perlu dikembangkan prioritas komoditas pertanian khususnya tanaman hortikultura yang berbasis agroekologi. Peningkatan produksi tanaman hortikultura memerlukan penerapan teknologi budidaya yang tepat, perbaikan mutu produksi, dan peluang pasar dengan tetap mengacu pada kesesuaian lahan dan iklim berdasarkan agroekologinya. Produktivitas tanaman hortikultura tergantung pada kualitas lahan yang ditanami. Jika ada pemilihan lahan pada awal penanaman tanaman yang tidak produktif tidak disisihkan, maka akan terjadi kerugian finansial yang cukup besar. Penentuan jenis budidaya tanaman hortikultura yang sesuai untuk ditanami pada suatu lahan tertentu dapat dilakukan dengan membandingkan data-data yang ada di lapangan biofisik lahan dengan kriteria persyaratan tumbuh untuk tanaman hortikultura tertentu. Keberhasilan penanaman suatu jenis tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik lokasi yang akan ditanami. Seberapa jauh tingkat kesesuaiannya tergantung dari kecocokan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kondisi biofisik lokasi penanaman Bydekerke et al., 1998. Kondisi biofisik yang tidak 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut tidak menguntungkan FAO, 1993 dalam Sicat, Carranza, dan Nidumolu, 2005. Karakteristik lahan dan iklim di kawasan lahan kering hulu DAS Jeneberang sesuai untuk pengembangan tanaman hortikultura. Keberhasilan penanaman suatu jenis tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik lokasi yang akan ditanami. Seberapa jauh tingkat kesesuaiannya tergantung dari kecocokan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kondisi biofisik lokasi penanaman. Kondisi biofisik yang tidak sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut tidak menguntungkan. Selain itu daerah tersebut sebagian besar merupakan daerah perbukitan yang mempunyai lereng yang cukup curam dan curah hujan yang tinggi. Berdasar hal tersebut maka perlu dikaji kembali tingkat kesesuaian lahannya untuk jenis tanaman hortikultura. Meskipun secara sosial ekonomi tanaman hortikultura ini dapat diterima masyarakat dan menguntungkan, serta lokasi ini telah menjadi tempat studi banding bagi daerah lain, namun informasi tentang kesesuaian lahan penting untuk dilakukan dan untuk diketahui. Dengan diketahuinya tingkat kesesuaian lahan, maka informasi ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan secara teknis bagi pengembangan tanaman hortikultura di Kabupaten Gowa khususnya di hulu DAS Jeneberang. Suatu jenis tanaman dapat hidup meskipun produktivitasnya rendah, dan dapat masuk pada kelas tidak sesuai, tergantung dari faktor-faktor dalam menentukan kelas kesesuaian lahan. Meskipun secara fisik tidak sesuai tetapi kenyataannya secara sosial dapat dianggap sesuai oleh masyarakat setempat.

6.2. Metode Penelitian