Pengembangan Tanaman Hortikultura TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kemampuan Lahan

37 biaya sosial. Contoh kegiatan ini antara lain pembangunan insfrastruktur, keanekaragaman hayati, structural adjustment, dan privatisasi. Significant uncertainty or risk. Suatu kebijakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang bentuk penyelesaiannya belum jelas dan tidak cukup tersedia informasi dan komitmen dari kelompok sasaran. Contoh kegiatan ini antara lain intervensipembangunan wilayah pasca konflik. Large number of beneficiaries and few social cost. Suatu kebijakan atau kegiatan yang jumlah penerima manfaat atau dampaknya sangat besar tetapi hanya sedikit menimbulkan biaya sosial. Contoh kegiatan ini antara lain pembangunan kesehatan, pendidikan, penyuluhan pertanian, dan desentralisasi. Targeted assistance . Suatu kebijakan atau kegiatan yang kelompok dan jumlah penerima manfaat atau dampaknya telah terdefinisikan secara jelas. Contoh kegiatan ini yaitu penanggulangan kemiskinan di suatu wilayah, penanganan pengungsi, reformasi kelembagaan institutional reform, dan korban bencana alam.

2.10. Pengembangan Tanaman Hortikultura

Hortikultura merupakan salah satu ragam pertanian yang dikelola intensif yang membudidayakan beraneka macam tanaman. Secara umum hortikultura mencakup pembudidayaan tanaman bunga, tanaman buah, tanaman sayuran, dan tanaman penyegar Ashari, 2006. Pengembangan tanaman hortikultura khususnya tanaman sayuran, buah-buahan dan tanaman hias sangat ditentukan oleh kondisi agroklimat, ketinggian tempat dan jenis tanah suatu daerah. Beberapa alternatif penggunaan lahan pada ketinggian lebih dari 700 m dari permukaan laut, iklim basah dan kemiringan lereng 15 – 30 yaitu dengan penanaman komoditas jagung, ubi jalar, kentang, wortel, kubis, tomat, buncis, bunga-bungaan, atau tembakau. Pada kemiringan lereng 31 - 45 dapat diusahakan komoditas teh, kopi, kayu manis, avokad, vanili dan markisa, yang mana penanamannya menurut kontur Sabiham, 2008. Pengembangan kawasan pertanaman hortikultura nantinya akan diterapkan berdasarkan komoditi dan jenis usaha tani. Komoditi di sektor agrobisnis hortikultura itu meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman 38 biofarmaka obat-obatan. Pengembangan kawasan hortikultura itu, antara lain, dilakukan melalui perbaikan kawasan yang sudah ada maupun pembentukan kawasan baru. Dalam kawasan itu akan dibuat usaha besar-besaran yang dilengkapi fasilitas dan faktor pendukung lainnya. Jumlah komoditi hortikultura saat ini telah mencapai 323 varietas, yang terdiri dari 80 varietas sayuran, 60 varietas buah-buahan, 117 varietas tanaman hias, dan 66 varietas tanaman biofarmaka. Sejatinya, rencana pemerintah membentuk kawasan agrobisnis hortikultura, juga didorong oleh besarnya potensi bisnis di sektor ini. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, ekspor komoditi di sektor ini mengalami peningkatan selama kurun waktu 2001- 2005. Pada tahun 2001, volume ekspor tanaman hortikultura tercatat sebesar 340.337 ton. Dan pada tahun 2005, volume ekspor meningkat menjadi 354.642 ton. Dari sisi nilai ekspor menunjukkan peningkatan, dimana pada tahun 2001 nilai ekspor hortikultura baru sebesar US172 juta, kemudian meningkat menjadi US 206,6 juta pada 2005. Negara tujuan ekspor komoditi hortikultura Indonesia, antara lain ke Singapura, Taiwan Cina, Jepang, Singapura, Amerika Serikat, dan sejumlah negara eropa lainnya. Volume dan nilai ekspor hortikultura dipicu oleh semakin membaiknya produksi tanaman hortikultura. Produksi buah-buahan, dalam lima tahun terakhir 2001-2005 secara konsisten menunjukkan peningkatan, dengan skala pertumbuhan rata-rata mencapai 10 per tahun. Pada 2001, produksi buah- buahan sekitar 9.959.032 ton. Dan pada 2005 skalanya meningkat menjadi 14.313.101 ton. Produksi sayuran dalam lima tahun terakhir 2001-2005 juga cenderung meningkat, dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,43 per tahun. Pada tahun 2001, produksi sayuran sebanyak 7.425.861 ton, dan meningkat menjadi 9.011.417 ton pada tahun 2005. Hal yang sama juga terjadi pada produksi tanaman hias. Selama lima tahun terakhir 2001-2005, secara umum mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14 per tahun. Jika pada 2001 produksi tanaman hias mencapai 102.774.319 tangkai, pada 2005 produksinya meningkat menjadi 159.309.068 tangkai. Begitu pula produksi tanaman biofarmaka, dalam kurun waktu 2001-2005 produksinya menunjukkan peningkatan dengan rata-rata laju 39 peningkatan sebesar 6,5 per tahun. Jika pada 2001 produksinya sekitar 193.018 ton, pada tahun 2005 produksinya telah mencapai 282.204 ton. Jika ditotal secara keseluruhan, produksi hortikultura selama 2001-2005 menunjukkan peningkatan sebesar rata-rata 9,49 per tahun. Produksi tanaman hortikultura menunjukkan grafik peningkatan, hal ini didukung oleh semakin meningkatnya luas lahan panen komoditi hortikultura. Luas panen buah-buahan selama lima tahun terakhir 2001-2005 cenderung meningkat. Pada tahun 2001, luas tanaman buah-buahan yang menghasilkan sebesar 482.942 hektar, meningkat menjadi 673.062 hektar pada tahun 2005. Peningkatan luas panen itu sejalan dengan peningkatan produktivitas pada periode yang sama. Luas panen sayuran selama lima tahun terakhir 2001- 2005 juga cenderung meningkat, yakni dari 768.700 hektar pada tahun 2001 menjadi 1.031.896 hektar pada tahun 2005. Luas panen tanaman hias pada periode 2001-0005 juga meningkat. Rata-rata peningkatan sebesar 54,86 per tahun. Untuk tanaman biofarmaka luas panennya berfluktuasi dan mengalami peningkatan yang tidak signifikan BEI, 2007. 41

III. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Keadaan Fisik dan Penggunaan Lahan