Kelembagaan Usahatani TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kemampuan Lahan

30

2.6. Kelembagaan Usahatani

Kelembagaan atau institusi dapat digunakan sebagai salah satu sudut pandang untuk menelaah sesuatu, situasi atau kondisi, sehingga apabila dipergunakan untuk memecahkan masalah dalam usahatani, maka akan menghasilkan rekomendasi pemecahan masalah yang sangat khas. Oleh karena itu rumusan dan batasan serta kegunaan kelembagaan sebagai instrument untuk memecahkan masalah juga beragam, sangat tergantung pada tujuan serta jenis permasalahan yang dihadapi. Kontribusi utama kelembagaan dalam proses pembangunan adalah mengkoordinasikan para pemilik input dalam proses transformasi dari input menjadi output dan pada saat yang bersamaan juga mengkoordinasikan distribusi output kepada para pemilik input. Pemilik input tersebut dapat berupa individu, organisasi, pemerintah, dan lain-lain, tergantung dari satuan analisis yang digunakan. Kemampuan suatu kelembagaan mengkoordinasikan, mengendalikan, atau mengontrol interdependensi antar pihak-pihak sangat ditentukan oleh kemampuan kelembagaan tersebut mengendalikan sumber interdependensi dari “goods” yang dikelola Kartodihardjo, Murtilaksono, dan Sudadi, 2004. Menurut Syahyuti 2006, suatu kelembagaan merupakan pemantapan perilaku yang hidup pada suatu kelompok orang, merupakan sesuatu yang stabil, mantap, dan berpola. Kelembagaan berfungsi untuk tujuan-tujuan tertentu dalam masyarakat dan ditentukan oleh sistem sosial tradisional dan modern, atau bisa berbentuk tradisional dan modern. Juga dapat mengefisienkan kehidupan sosial. Dengan demikian kelembagaan adalah kelompok-kelompok sosial yang dijalankan masyarakat, dan semua pihak mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk mewujudkan aturan main diantara mereka, termasuk kesepakatan dalam penggunaan input, sehingga masing-masing pihak mempunyai kepastian hubungan yang sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Kelembagaan yaitu suatu jaringan yang terdiri dari sejumlah orang dan lembaga untuk tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur. Ada tujuh bentuk kelembagaan usahatani yaitu kelembagaan penyedia saprodi, kelembagaan penyedia permodalan, kelembagaan pemenuhan tenaga 31 kerja, kelembagaan penyedia lahan dan air irigasi, kelembagaan pengolahan hasil pertanian, kelembagaan pemasaran hasil pertanian, dan kelembagaan penyedia informasi.

2.7. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Agroekologi