83
kedalaman efektif, kedalaman solum, menggunakan metode minipit, yaitu dengan cara menggali tanah berukuran : panjang, lebar dan kedalaman masing-masing 60
cm, kemudian diukur setiap lapisankedalamannya menggunakan meteran. Pengukuran panjang lereng dan kemiringan lereng menggunakan alat abney level.
Satuan panjang lereng adalah meter dan kemiringan lereng adalah persen . Data sekunder yang diperlukan untuk analisis kesesuaian lahan yaitu curah hujan,
luas panen komoditas hortikultura buah-buahan dan sayuran tingkat kabupaten dan kecamatan.
Pengamatan komoditas dominan yang ditemukan di lapangan pada setiap satuan lahan dilakukan untuk data dasar dalam melaksanakan analisis kesesuaian
lahan dan prediksi erosi yang terjadi. Setiap satuan lahan dari komoditas dominan di plotkan dalam areal di hulu DAS Jeneberang, kemudian dibuatkan peta
dominansi relatif tutupan lahan untuk komoditas hortikultura buah-buahan dan sayuran.
6.2.2.2. Metode Analisis Data
Analisis evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap hasil dari analisis komoditas unggulan tanaman hortikultura. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan
akan dilakukan dengan menggunakan sistem evaluasi yang diadopsi dari FAO dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan
tumbuh komoditas tanaman berbasis lahan. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan melalui dua tahap Sitorus, 2004. Tahap pertama adalah menilai persyaratan
tumbuh tanaman yang akan diusahakan atau mengetahui sifat-sifat tanah dan lokasi yang pengaruhnya bersifat negatif terhadap tanaman. Tahap kedua
mengidentifikasi dan membatasi lahan yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan tetapi tanpa sifat-sifat lain yang tidak diinginkan.
Klasifikasi kesesuaian penggunaan lahan yang akan digunakan ada dua kategori, yaitu kelas dan subkelas. Kesesuaian lahan pada tingkat kelas terdiri
dari : 1 Kelas S1 ; sangat sesuai Highly Suitable, 2 Kelas S2 ; cukup sesuai Moderately Suitable, 3 Kelas S3 ; sesuai marginal Marginally Suitable, 4
Kelas N1 ; tidak sesuai pada saat ini Currently not Suitable, dan 5 Kelas N2 ; tidak sesuai permanen Permanently not Suitable. Subkelas ditentukan
84
berdasarkan kualitas dan sifat-sifat lahan yang menjadi faktor pembatas terberat Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007.
Kriteria kesesuaian lahan yang digunakan berpedoman pada kriteria yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Djaenudin et al.,
2000 sebanyak 13 faktor, yaitu temperatur, curah hujan, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, KTK, kejenuhan basa, pH, C-organik, lereng, bahaya
erosi, dan batuan dipermukaan.
6.3. Hasil dan Pembahasan
6.3.1. Analisis Komoditas Unggulan Hortikultura di Hulu DAS Jeneberang
Penentuan komoditas unggulan suatu daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisien untuk meraih
keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang
mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas
dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas
unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar Syafaat dan Supena, 2000. Kondisi sosial ekonomi mencakup penguasaan teknologi, kemampuan
sumberdaya manusia, infrastruktur, dan kebiasaan petani setempat. Menurut Hood 1998 dalam Hendayana 2003, LQ adalah suatu alat
pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum
digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi
relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Metode LQ merupakan salah satu metode pendekatan yang dapat
digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metoda dalam
menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran produksi atau populasi. Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman hortikultura,