182
yaitu pada skenario optimis dan skenario moderat sebesar 6.222,3 kgha dengan pendapatan petani sebesar Rp. 34.512.298, skenario pesimis sebesar 6.116,0 kgha
dengan pendapatan petani sebesar Rp. 33.715.000, dan kondisi eksisting sebesar 6.202,3 kgha dengan pendapatan petani sebesar Rp. 34.312.298. Artinya dengan
penerapan model ini pada pertanaman rambutan khususnya skenario optimis dan moderat, maka dapat menurunkan degradasi lahan erosi tanah dan meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani rambutan.
9.3.3. Analisis Kelayakan Usahatani Rambutan sesuai dengan Model Pengembangannya
Analisis kelayakan suatu usahatani dapat didekati dengan beberapa kriteria finansial seperti BC-ratio Benefit Cost Ratio, NPV Net Present Value, dan IRR
Internal Rate of Return. Hasil perhitungan BC-ratio, NPV, dan IRR pada usahatani komoditas rambutan untuk masing-masing scenario disajikan pada
Tabel 37. Tabel 37. Nilai BC-ratio, NPV, dan IRR untuk usahatani rambutan dengan modal
pinjaman bank dan tingkat diskonto atau nilai bunga bank 17 untuk masing-masing scenario dan kondisi eksisting
Skenario BC
NPV IRR
Pesimis 3,26
25.611.111 0,59
Moderat 3,58
29.203.900 0,64
Optimis 3,60
29.390.380 0,65
Eksisting 3,56
29.001.880 0,64
Hasil perhitungan pada Tabel 37 menunjukkan bahwa dari ketiga skenario dan kondisi eksisting usahatani rambutan dinyatakan layak untuk dilakukan
menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai BC-ratio1, NPV0, dan IRR17 untuk semua skenario dan kondisi eksisting. Namun demikian besaran
nilainya berbeda antar skenario, skenario optimis mempunyai nilai bersih usahatani rambutan tertinggi yaitu Rp. 29.390.380, dan skenario pesimis
mempunyai nilai terendah yaitu Rp. 25.611.111. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh adanya introduksi teknologi pada skenario optimis, yaitu pada
183
pemeliharaan tanaman pemupukan, ameliorasi, pengendalian hama penyakit tanaman, penerapan konservasi tanah dan air, serta adanya penyuluhan yang
intensif dari lembaga yang terkait.
9.3.4. Kelayakan Usahatani Hortikultura Rambutan Dinilai dari Pemenuhan Kebutuhan Hidup Minimum KHM dan Kebutuhan Hidup Layak
KHL
Penilaian kelayakan usahatani hortikultura khususnya komoditas rambutan tidak hanya cukup dihitung dari keuntungan yang diperoleh secara finansial, tetapi
yang lebih penting adalah kelayakannya dalam mencukupi kebutuhan hidup petani dan keluarganya. Hasil analisis tingkat erosi, produksi, pendapatan petani, KHM,
dan KHL pada masing-masing skenario disajikan pada Tabel 38. Tabel 38. Tingkat erosi, produksi, dan pendapatan petani rambutan dibandingkan
dengan kebutuhan hidup minimum KHM dan kebutuhan hidup layak KHL di Kecamatan Parangloe pada masing-masing skenario
Skenario Erosi tonhatahun
Produksi kghatahun
Pendapatan Petani Rphatahun
Pesimis 8,26
6.116,0 33.715.000
Moderat 7,49
6.222,3 34.512.298
Optimis 5,73
6.222,3 34.512.298
KHM = Rp. 13.893.000tahun ; KHL = Rp. 34.732.500tahun Hasil analisis pada Tabel 38 menunjukkan bahwa pendapatan petani untuk
semua skenario pesimis, moderat, dan optimis lebih kecil dari nilai kebutuhan hidup layak KHL, akan tetapi lebih besar dari kebutuhan hidup minimum
KHM keluarga petani dengan rata-rata 5,05 anggota keluarga. Seorang petani dengan memiliki lahan seluas 1 ha, apabila diterapkan skenario moderat atau
optimis maka produksi rambutan sekitar 6.222,3 kghatahun dengan pendapatannya sekitar Rp. 34.512.298 per tahun. Erosi yang terjadi pada skenario
optimis lebih rendah 5,73 tonhatahun dari erosi yang terjadi pada skenario moderat 7,49 tonhatahun dan skenario pesimis 8,26 tonhatahun. Erosi yang
terjadi pada semua skenario lebih rendah dari pada erosi yang dapat ditoleransikan dan termasuk pada kelas tingkat bahaya erosi yang rendah.
184
9.3.5. Tahapan Rancangan Model Pengembangan Tanaman Hortikultura Sayuran,