Kesimpulan EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG

112 kategori kelas S3 menurun menjadi 3.392,39 ha, dan tidak ada lagi lahan yang tidak sesuai untuk tanaman kentang. Komoditas wortel dan kubis penyebarannya sama, yaitu untuk kelas cukup sesuai S2 aktual luasannya 347,65 ha, sesuai marginal S3 yaitu 4.054,20 ha, dan tidak sesuai N yaitu 613,39 ha. Apabila dilakukan perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara f maka kelas kesesuaian lahan potensial S2 luasannya meningkat menjadi 1.622,86 ha, luas lahan yang masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 3.392,39 ha, dan tidak ada lahan yang tidak sesuai untuk tanaman wortel dan kubis. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas sawi, kelas S2 luasnya 1.363,38 ha, kelas S3 luasnya 1.576,55 ha, dan tidak sesuai N luasnya 613,39 ha. Jika dilakukan perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara f maka perubahan dari kelas S2 menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 luasnya yaitu 446,00 ha. Sedangkan kelas S2 potensial yaitu 2.493,93 ha, dan luas lahan yang masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 2.075,32 ha, dan tidak ada lahan yang tidak sesuai. Kelas kesesuaian lahan aktual S2 untuk komoditas bawang daun luasnya 1.479,49 ha, kelas S3 luasnya 2.904,20 ha, dan tidak sesuai N luasnya 613,39 ha. Jika dilakukan perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara f maka perubahan dari kelas S2 menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 luasnya yaitu 446,00 ha. Sedangkan kelas S2 potensial yaitu 2.280,39 ha, dan luas lahan yang masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 2.288,85 ha, dan tidak ada lahan yang tidak sesuai untuk tanaman bawang daun.

6.4. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : Hasil analisis komoditas unggulan melalui pendekatan LQ di daerah hulu DAS Jeneberang menunjukkan bahwa komoditas buah-buahan meliputi rambutan, mangga, pisang, dan durian, sedangkan komoditas sayuran yaitu kentang, wortel, kubis, sawi, dan bawang daun merupakan komoditas unggulan. 113 Tingkat kesuburan tanah di daerah hulu DAS Jeneberang termasuk kategori rendah, baik pada tanah di zona agroekologi pada elevasi 700 m dpl, maupun pada tanah di zona agroekologi pada elevasi ≥ 700 m dpl. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas unggulan hortikultura buah- buahan adalah S2 dan S3, dengan faktor pembatas retensi hara, media perakaran, dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk komoditas buah-buahan yaitu S1, S2, dan S3, dengan faktor pembatas media perakaran dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas unggulan hortikultura sayuran adalah S2, S3, dan N dengan faktor pembatas retensi hara dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk komoditas hortikultura sayuran yaitu S1, S2, dan S3 dengan faktor pembatas bahaya erosi. 115

VII. PREDIKSI EROSI PADA LAHAN PERTANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG

7.1. Pendahuluan

Sumberdaya alam berupa vegetasi, tanah, dan air mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak sesuai dengan daya dukungnya dapat menyebabkan terjadinya erosi, banjir, kekeringan, pendangkalan sungai dan waduk serta saluran irigasi Asdak, 1995. Tekanan yang besar terhadap sumber daya alam oleh aktivitas manusia, salah satunya dapat ditunjukkan oleh adanya perubahan penutupan lahan dan erosi yang begitu cepat. Pengelolaan DAS dengan permasalahan yang kompleks memerlukan penanganan secara holistik, integral, dan koordinatif. Kerusakan DAS sering dipicu oleh perubahan tata guna lahan akibat naiknya tingkat kebutuhan hidup manusia serta lemahnya penegakan hukum. Penggunaan lahan merupakan bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materil maupun spiritual. Perkembangan bentuk lahan ditentukan oleh proses pelapukan dan perkembangan tanah, erosi, gerakan massa tanah, banjir, sedimentasi, dan biologi termasuk manusia. Perubahan bentuk lahan berpengaruh terhadap kondisi tanah, tata air hidrologi, potensi bencana seperti banjir, erosi, dan longsor, vegetasi, dan kegiatan manusia dalam bidang pertanian, permukiman, kerekayasaan, industri, rekreasi, dan pertambangan. Tanah termasuk sumberdaya alam yang terbatas yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu pemanfaatannya harus dilakukan secara bijak. Artinya dalam pemanfaatan tanah harus ada pemeliharaan dan pencegahan terhadap faktor-faktor penyebab kerusakan tanah berdasarkan prinsip-prinsip konservasi. Di daerah-daerah yang tidak menerapkan teknik konservasi tanah apalagi pada lahan berlereng seperti di hulu daerah aliran sungai, sering timbul dampak negatif pada lingkungan baik pada daerah dimana terjadi erosi on site, maupun pada daerah hilirnya off site berupa sedimentasi, kekeringan dan kebanjiran. Fenomena degradasi lingkungan seperti banjir, erosi, longsor, dan sedimentasi di musim hujan serta kekeringan di musim kemarau sudah terjadi