Kelas Kemampuan Lahan pada Kawasan Areal Penggunaan Lain

69 rumputpengembalaan terbatas, hutan produksi dengan upaya pencegahan erosi, dan peruntukan terbaik adalah hutan lindung atau suaka alam. Luas areal lahan kelas VII di hulu DAS Jeneberang yaitu 139,94 ha, dengan faktor pembatas adalah erosi subkelas VIIe.

5.3.5. Kelas Kemampuan Lahan pada Kawasan Areal Penggunaan Lain

APL di Hulu DAS Jeneberang Peranan sumberdaya lahan pada suatu DAS dapat diidentifikasi secara rinci. Peranan tersebut berkaitan dengan keadaan topografi, jenis tanah, geologi, geomorfologi, vegetasi, tata guna lahan, dan hidrologi. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut akan diperoleh suatu gambaran umum mengenai sifat, kondisi, dan ciri-ciri DAS yang berguna untuk perencanaan pengelolaan DAS Kartodihardjo, Murtilaksono, dan Sudadi, 2004. Lahan di bagian hulu suatu DAS umumnya didominasi oleh lahan dengan kemiringan lereng yang curam, sehingga peruntukannya didominasi sebagai kawasan hutan. Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pada pasal 18 dinyatakan bahwa Pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai, dan atau pulau guna optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat. Di hulu DAS Jeneberang terdapat kawasan hutan lindung, hutan produksi, hutan produksi terbatas, dan hutan suaka alam dan hutan wisata, serta areal penggunaan lain. Pada kawasan areal penggunaan lain, lahan dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha pertanian, sedangkan kawasan hutan tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Hasil overlay antara peta kawasan hutan dengan peta kemampuan lahan di hulu DAS Jeneberang disajikan pada Gambar 7. Hasil overlay ini digunakan sebagai dasar untuk penentuan kelas kesesuaian lahan dan tingkat bahaya erosi di hulu DAS Jeneberang. Luas kawasan hutan lindung pada hulu DAS Jeneberang adalah 1.676,36 ha, luas kawasan hutan produksi adalah 9.408,49 ha, luas kawasan hutan produksi terbatas adalah 6.077,28 ha, luas kawasan hutan suaka alam dan hutan wisata adalah 3.483,55 ha, dan luas kawasan sebagai areal penggunaan lain adalah 10.374,91 ha Tabel 10. Kawasan hutan lindung terdapat pada areal lahan kelas II 141.42 ha, kelas III 332.58 ha, kelas IV 795.25 ha, kelas VI 284.91 ha, dan- 67 Gambar 7. Peta kemampuan lahan untuk pertanian pada areal penggunaan lain di hulu DAS Jeneberang. 67 kelas VII 122.20 ha. Kawasan hutan produksi terdapat pada areal kelas II 4,142.29 ha, kelas III 3,021.43 ha, kelas IV 2,194.57 ha, dan kelas VI 50.20 ha. Kawasan hutan produksi terbatas terdapat pada areal kelas II 228.13 ha, kelas III 2,642.29 ha, kelas IV 1,960.58 ha, kelas VI 1,228.54 ha, dan kelas VII 17.74 ha. Kawasan suaka alam dan hutan wisata terdapat pada areal kelas II 793.03 ha, kelas III 1,729.36 ha, kelas IV 665.72 ha, dan kelas VI 295.44 ha. Areal penggunaan lain dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian khususnya tanaman hortikultura. Areal penggunaan lain terdiri dari empat kelas kemampuan lahan yaitu kelas II dengan luasan 3.190,55 ha, kelas III dengan luasan 2.560,69 ha, kelas IV dengan luasan 3.862,87 ha, dan kelas VI dengan luasan 760,80 ha. Tabel 10. Status kawasan pada masing-masing kelas kemampuan lahan wilayah hulu DAS Jeneberang Kelas Kemampuan Lahan Status Kawasan Luas ha II Areal Penggunaan Lain 3.190,55 II Hutan Lindung 141,42 II Hutan Produksi 4.142,29 II Hutan Produksi Terbatas 228,13 II Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 793,03 III Areal Penggunaan Lain 2.560,69 III Hutan Lindung 332,58 III Hutan Produksi 3.021,43 III Hutan Produksi Terbatas 2.642,29 III Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 1.729,36 IV Areal Penggunaan Lain 3.862,87 IV Hutan Lindung 795,25 IV Hutan Produksi 2.194,57 IV Hutan Produksi Terbatas 1.960,58 IV Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 665,72 VI Areal Penggunaan Lain 760,80 VI Hutan Lindung 284,91 VI Hutan Produksi 50,20 VI Hutan Produksi Terbatas 1.228,54 VI Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 295,44 VII Hutan Lindung 122,20 VII Hutan Produksi Terbatas 17,74 Total Luasan 31.019,60 75 Tabel 11. Kelas kemampuan lahan, faktor pembatas, luas, dan penggunaan lahan di hulu DAS Jeneberang pada kawasan dengan status areal penggunaan lain APL Kelas Kemampuan Lahan Faktor Pembatas Luas ha Arahan Penggunaan Lahan Teoritis II w dan s 3.190,55 Tanaman semusim, tanaman tahunan III w, s, dan e 2.560,69 Tanaman semusim, tanaman tahunan, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung IV e 3.862,87 Tanaman semusim, tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah yang baik, hutan produksi, padang rumput, hutan lindung VI e 760,80 Tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah yang baik, hutan produksi, padang rumput tidak intensif, hutan lindung Total 10.374,91 Arsyad 2006. Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa lahan kelas II yang terdapat pada kawasan areal penggunaan lain, pemanfaatannya dibatasi oleh penghambat terhadap perakaran s dan penghambat drainase w. Menurut Arsyad 2006 penggunaan lahan kelas II yaitu dapat diusahakan pertanian tanaman semusim dan tanaman tahunan dengan mempertimbangkan faktor pembatasnya. Untuk meningkatkan produktivitasnya maka perlu meminimalkan faktor penghambat terhadap perakaran dan memperbaiki drainasenya. Lahan kelas III penggunaanya untuk pertanian dibatasi oleh faktor penghambat terhadap perakaran s, penghambat drainase w, dan faktor erosi e. Penggunaan lahan kelas III adalah dapat ditanami tanam semusim, tanaman tahunan dengan mengatasi faktor penghambat tersebut, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai padang rumput, hutan produksi, dan hutan lindung. Lahan kelas IV penggunaannya untuk pertanian dibatasi oleh faktor penghambat erosi e karena kondisi kemiringan lerengnya yang curam. Penggunaan lahan kelas IV adalah dapat ditanami tanam semusim, tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah yang baik, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai padang rumput, hutan produksi , dan hutan lindung. Apabila penggunaannya untuk tanaman semusim maka perlu diterapkan usaha-usaha konservasi tanah untuk meminimalkan terjadinya erosi. 76 Lahan kelas VI penggunaanya untuk pertanian dibatasi oleh faktor penghambat erosi e karena kondisi kemiringan lerengnya yang cukup curam. Penggunaan lahan kelas VI adalah dapat ditanami tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah yang baik, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai padang rumput yang tidak intensif, hutan produksi, dan hutan lindung. Apabila penggunaannya untuk tanaman tahunan maka perlu diterapkan usaha-usaha konservasi tanah untuk meminimalkan terjadinya erosi seperti pembuatan teras bangku atau teras individu.

5.4. Kesimpulan