V.   PERSEPSI  MASYARAKAT PENGHUNI PERUMAHAN
5.1.  Pendahuluan
Penghuni perumahan di kawasan pinggiran kota metropolitan yang sekaligus juga  menjadi  pelaku  perjalanan  pada  jaringan  jalan  di  kawasan  tersebut
mempunyai  peran  yang  penting  dalam  pertumbuhan  arus  lalu-lintas  yang  akan membebani jalan akses ke kawasan perumahan tersebut.
Pertumbuhan  penduduk,  mata  pencaharian,  status  sosial  ekonomi,  jumlah kendaraan  rata-rata  yang  dimiliki  oleh  satu  keluarga,  pola  perjalanan  dan
karakteristik  lainnya  dari  masyarakat  penghuni  menjadi  bahan  untuk  penyusunan model transportasi pada jaringan jalan yang diteliti.
Persepsi  responden  tentang  transportasi  pada  kawasan perumahan  mereka dan keinginan orang per orang untuk pengembangan transportasi pada masa yang
akan  datang dapat diketahui  dari  wawancara  dan  hasilnya  diolah  dengan  statistik dengan metode principal component analysis PCA.  Dari hasil PCA ini diperoleh
kesimpulan  yang  dapat  dipakai  sebagai  salah  satu  masukan  untuk  pengambilan kebijakan  transportasi  pada  kawasan  perumahan  di  pinggiran  Metropolitan
Bandung tersebut.
5.2.   Kondisi sosial ekonomi  masyarakat
Dari  hasil  survey  yang  dilakukan  pada  bulan  April  2009  di  Kecamatan Cigugur  Girang,  Parongpong  dan  Lembang,  Kabupaten  Bandung  Barat  yang
melibatkan  3  perumahan  yaitu  Setiabudhi  Regency,  Trinity  dan  Graha  Puspa dengan  164  responden,  maka  dapat  diambil  kesimpulan  berupa  keterangan  data
pripadi, keadaan lahan perumahan, pengelolaan lahan dan lingkungan perumahan, pengelolaan  transportasi  dan  implementasi  teknologi  pembangunan  konstruksi
jalan pada persimpangan.
5.2.1.  Data Pribadi 1.  Jenis Kelamin
Dari  3  perumahan  yang  disurvei  ternyata  jumlah  penduduknya  sebanyak kurang lebih 687 orang termasuk di dalamnya anak – anak dan orang dewasa. Laki
–  laki  dengan  jumlah  prosentase  52,  40    sedangkan  perempuannya  dengan prosentase sebesar 47, 60   Gambar 15,
`Gambar  15   Persentase jenis kelamin  penghuni di Perumahan Setiabudi Regency, Trinity dan Graha Puspa.
2.  Tingkat pendidikan
Tingkat  pendidikan  yang  banyak  ditempuh  oleh  penduduk  di  tempat  lokasi adalah strata 1 dengan prosentase sebesar 41,46 , kemudian disusul oleh SMA
dengan  jumlah  prosentase  sebesar  18,  29  ,  sedangkan  penduduk  yang menempuh  pendidikan  dengan  tingkat  lain  hanya  beberapa  prosen  saja,  strata  2
hanya  mendapat  nilai  16,46  ,  D3  9,15  ,  S3    4,  88  .  Tetapi  dari  jumlah keseluruhan penduduk ada juga yang tidak menempuh pendidikan yaitu sebanyak
5, 49   Gambar 16.
Gambar  16   Persentase tingkat pendidikan penghuni perumahan.
3.  Mata Pencaharian
Rata – rata dari jumlah penduduk yang menjadi responden dalam penelitian ini bekerja sebagai pegawai negeri sipil PNS dengan jumlah prosentase sebesar
41.46
16.46 4.88
9.15 18.29
5.49 4.27
STRATA - 1 STRATA - 2
STRATA - 3 D - 3
SLTA TIDAK BERSEKOLAH
TANPA DATA 47.60
52.40 PEREM PUAN
LAKI-LAKI
44,5, pekerjaan  mata pencaharian lainnya ada yang bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah prosentase 26, 8 , sebagai pegawai swasta 24,4  dan sisanya
sebagai dosen dengan jumlah prosentase hanya sebesar 3,7   Gambar 17.
Gambar  17   Pekerjaan penghuni perumahan.
4.  Kendaraan yang dimiliki
Dari  164  responden  kebanyakan  dari  mereka  sudah  mempunyai  kendaraan pribadi, baik kendaraan roda 2 maupun kendaraan roda 4.   Kepemilikan kendaraan
roda 2 adalah sebesar 1,59 kali jumlah rumah tangga, dan kendaraan roda empat sebanyak  1,32  kali.  Berdasarkan  jumlah  prosentase  tersebut,  hanya  beberapa
responden saja yang tidak memiliki kendaraan pribadi Gambar 18.
Gambar  18   Persentase kepemilikan kendaraan.
5.  Alat komunikasi
Tidak  jauh  berbeda  dengan  alat  komunikasi  yang  dimiliki.  Kebanyakan responden  dalam  penelitian  ini  sudah  memeliki  alat  komunikasi  baik  telephon
gennggam  maupun  pesawat  telephon  rumah.  Hal  tersebut  membuktikan  bahwa responden  dalam  penelitian  ini  sudah  dapat  menguasai  teknologi.  Jumlah
44 .50
26.80 24.40
3.7 0 0.60
PEGAW AI NEGERI W IRASW ASTA
PEGAW AI SW ASTA DOSEN
TIDAK BEKERJA
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00 1 20.00
140.00 160.00
Kendaraan Roda 4 Kendaraan Roda 2
132.0 0 159.3 0
responden  yang  memiliki  Handphone  mendapat  nilai  sebesar  73,2    sedangkan responden  yang  memiliki  pesawat  telepon  rumah  hanya  mendapat  nilai  sebesar
59,8 .
6.  Pendapatan  bulan
Rata – rata pendapatan responden yang berada di 3 perumahan, yakni Setiabudhi Regency,  Trinity  dan  Graha  Puspa  mempunyai  pendapatan    bulan  rata  –  rata  di
atas  Rp.  2.000.000,00  dengan  jumlah  prosentase  sebesar  84,14    sedangkan sisanya  hanya  15,85    yang  mempunyai  pendapatanbulan  kurang  dari  Rp.
2.000.000,00 Gambar 19.
Gambar  19   Pendapatan penghuni perumahan  per bulan.
7.  Pengeluaran untuk transport  bulan
Rata – rata pengeluaran dari responden untuk transportasi per bulan adalah kurang dari Rp. 2.000.000,00 dengan jumlah prosentase sebesar 98,20 .  Adapun
pengeluaran  setiap  bulannya  yang  lebih    dari  Rp.  2.000.000,00  hanya  sebesar 1,80.  Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar  20   Pengeluaran untuk transportasi per bulan.
84 .14 15 .8 6
DIATAS 2 JUTA  RUPIAH DIBAW AH 2 JUTA  RUPIAH
98.20 1.80
DIBAW AH 2 JUTA RUPIAH LEBIH DARI 2  JU\ TA
RUPIAH
Data  yang  terdapat  pada  Gambar  16  sampai  dengan  Gambar  20 memperlihatkan  bahwa  tingkat  ekonomi  dari  penghuni  ke  3  perumahan  tersebut
adalah menengah ke atas, dengan tingkat pendidikan mayoritas sarjana, pekerjaan rata-rata  PNS,  memiliki  kendaraan  roda  4  dan  berpendapatan  lebih  dari
Rp.2000.000,- per bulan.
5.2.2.  Lahan Dan Perumahan 1.  Status kepemilikan
Status  tempat  tinggal  yang  ditempati  responden  kebanyakan  adalah  milik sendiri  dengan  jumlah  prosentase  sebesar  85,37  ,  sedangkan  yang  lainnya
hanya beberapa prosen  saja.  Milik  keluarga  hanya 9, 15  ,  Kontrak 3, 66   dan ada juga yang merupakan rumah dinas dengan jumlah prosentase sebesar 1, 82
Gambar 21
Gambar  21   Status kepemilikan rumah.
2.  Perolehan Hak Tinggal
Perolehan  hak  rumah  yang  ditempuh  oleh  responden  adalah  dengan  cara membayar  tunai  dengan  jumlah  prosentase  sebesar  84,76    sedangkan
responden  yang  menempuh  dengan  jalan  kredit  hanya  mendapat  nilai  sebesar 12,20 . Untuk lebih jelasnya perolehan hak tinggal dapat dilihat pada Gambar 22.
85.37 9.15
3.66 1.82 M ILIK SENDIRI
M ILIK KELUARGA SEW A
RUM AH DINAS
Gambar  22   Perolehan hak tinggal.
3.  Alasan Tinggal di Lokasi Perumahan
Alasan  responden  tinggal  ditempat  yang  mereka  tempati  sekarang  adalah berbeda–beda,  ada  yang  mempunyai  alasan  karena  kelayakan  tanahnya  yaitu
dengan  jumlah  prosentase  sebesar  77  ,  ada  juga  yang  tinggal  dengan  alasan karena  lokasi  perumahan  strategis  atau  dekat  dengan  lokasi  bekerja  dan  sekolah
yaitu sebesar 25 . Alasan  lainnya  karena  panorama  alam  yang  indah  yaitu  sebesar  64  ,
responden  yang  lain  mempunyai  alasan  karena  akses  jalan  yang  baik  dengan jumlah prosentase sebesar 21 , alasan lahan perumahan yang memadai sebesar
29 , Harga terjangkau 52 , fasilitas memadai 13 , Drainase yang baik 35 . Selain  hal  tersebut  ada  juga  responden  yang  mengatakan  bahwa  pengelolaan
limbah yang baik yaitu dengan jumlah prosentase sebesar 38  Gambar 23.
Gambar  23   Alasan tinggal di lokasi perumahan.
84.76 12.24
3.00 M EM BELI TUNAI
M EM BELI DENGAN  CARA KREDIT
TIDAK DIKETAHUI
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
LOKASI STRATEGIS  DEKAT DENGN  EM PAT KERJA   SEKOLAH PANORAM A ALAMNYA INDAH
AKSES JALAN YANG  BAIK LAHAN PERUM AHAN  YANG M EM ADAI
HARGA TERJANGKAU FASILITAS M EMADAI
DRAINASE YANG  BAIK PENGELOLAAN LIM BAH YANG BAIK
25.00 64.00
21.00 29.00
52.00 13.00
35.00 38.00
ALASAN TINGGAL DI LOKASI PERUMAHAN
4.  Kondisi Infrastruktur Perumahan
Keadaan  infrastruktur  perumahan  menurut  responden  seperti  lebar  jalan, drainase,  pengelolaan  air  kotor,  pengelolaan  limbah  tinja,  pengelolaan  sampah,
listrik dan air bersih,  rata – rata baik. Pendapat responden tentang jalan dan jenis perkerasan adalah ’baik’ dengan
jumlah  prosentase  sebesar  35  .  Selain  itu  juga  terdapat  responden  yang mengatakan  ’buruk’  dengan  jumlah  35  ,  sedangkan  yang  lainnya  berpendapat
’sangat  baik’  dengan  jumlah  4,90  ,  sedang  16  ,  dan  ’sangat  buruk’  dengan jumlah 1,20 .
Berbeda dengan pendapat responden tentang drainase, kebanyakan mereka mengatakan  bahwa  sistem  drainase  yang  berada  di  lingkungan  mereka  adalah
sedang  yaitu  dengan  jumlah  prosentase  sebesar  46  ,  pendapat  lainnya  dari responden  tentang  drainase  sebanyak  38  responden  mengatakan  baik,  namun
terdapat 6,70 responden merasa sangat buruk dan 1,20  buruk. Pendapat responden tentang pengelolaan air kotor pun berbeda – beda, ada
yang  berpendapat  bahwa  pengelolaan  air  kotor  di  tempat  mereka  adalah  baik dengan  jumlah  prosentase  sebesar 73  ,  pendapat  lainnya  dri  responden  adalah
sedang dengan  jumlah 18 ,  sangat baik  1, 8   dan  sisanya  berpendapat  buruk dengan jumlah prosentase sebesar 1,2 .
Tentang  pengelolaan  limbah  tinja  pun  berbeda  –  beda.  Mereka  kebanyakan berpendapat  baik  dengan  jumlah  prosentase  sebesar  51  ,  sangat  baik  31  ,
sedang 11   dan sisanya 0,6  responden berpendapat buruk. Sama  halnya  dengan  sistem  pengelolaan  air  kotor  dan  pengelolaan  tinja,
sebagian  besar  mereka  berpendapat  bahwa  sistem  pengelolaan  sampah  adalah baik  dengan  jumlah  71,  sedangkan  yang  lainnya  berpendapat  sangat  baik
8,50,  sedang  15  dan  sisanya  berpendapat  buruk  dengan  jumlah  prosentase 1,20.
Begitu  pula  dengan  sistem  pengelolaan  listrik  mereka  kebanyakan berpendapat  baik  dengan  jumlah  prosentase  83  ,  berpendapat  sedang  7,3  ,
berpendapat  sangat  baik  4,30  dan  sisanya  berpendapat  buruk  dengan  jumlah 1,20.
Pengelolaan  air  bersih  pun  mereka  kebanyakan  berpendapat  baik  dengan jumlah  57  ,  responden  lainnya  berpendapat  sangat  baik  7,3  ,  sedang  5,5  ,
buruk 3,7  dan sangat buruk 1,80.
5.  Informasi Lokasi Perumahan
Secara umum responden tidak mengetahui  tentang perumahan yang mereka tempati.  Misalnya  informasi  tentang  kemampuan  lahan  perumahan  mereka
kebanyakan  tidak  tahu  dengan  jumlah  83    sedangkan  yang  mengetahuinya hanya  15    saja.  Begitu  juga  dengan  informasi  tentang  kesesuaian  lahan  untuk
perumahan  mereka  pun  tidak  mengetahuinya  dengan  jumlah  81  ,  yang  tahu hanyalah sebesar 17  saja.
Tidak  jauh  berbeda  dengan  informasi  tentang  perbandingan  luas  tutupan lantai  rumah  dengan  lahan,  mereka  yang  mengetahui  hanya  12    jauh  bila
dibandingkan  dengan  mereka  yang  tidak  mengetahuinya  yaitu  sebesar  86  . Informasi  tentang  ruang  terbuka  hijau  pun  kurang  mereka  ketahui  dengan  jumlah
responden sebesar 65  sedangkan yang mengetahui tentang ruang terbuka hijau hanya 34  saja.
Informasi tentang analisis dampak lingkungan, dari mereka yang tahu hanya 14    sedangkan  responden  yang  tidak  mengetahuinya  begitu  banyak  dengan
jumlah  prosentase  sebesar  84  .  Informasi  tentang  bencana-bencana  yang mungkin  timbul,  mereka  tidak  mengetahuinya  dengan  jumlah  89    dan  yang
mengetahuinya  hanya  9,6    saja.  Tidak  jauh  berbeda  dengan  informasi  tentang hubungan lahan dengan bencana banjir, mereka pun tidak mengetahuinya dengan
jumlah prosentase sebesar 83  dan yang mengetahuinya hanya 15 . Informasi tentang rumah berwawasan lingkungan kebanyakan dari responden
tidak  mengetahuinya  dengan  jumlah  responden  sebesar  75    dan  yang mengetahuinya  hanya  23  .  Informasi  tentang  rumah  tahan  gempa  hanya  13
yang  mengetahunya  sedangkan  sisanya  sebesar  89    tidak  mengetahuinya. Informasi  tentang  bahan  bangunan  yang  murah  dan  kuat  pun  mereka  kurang
mengetahuinya  dengan  jumlah  responden  yang  mengetahui  hanya  15    saja sedangkan mereka yang kurang mengetahuinya 83 .
Pendapat responden tentang informasi flora dan fauna lokal, kebanyakan dari mereka tidak mengetahuinya dengan jumlah responden sebesar 84  sedangkan
yang mengetahuinya hanya 14 .
6.  Masalah Musim Kemarau
Masalah  yang  banyak  terjadi  pada  musim  kemarau  adalah  masalah temperatur  udara  dengan  jumlah  42,  07  ,  sedangkan  masalah  yang  lain  adalah
masalah  penyakit  dengan  jumlah  32,93  .    Adapun  masalah  lainnya  adalah masalah  debu  dengan  jumlah 17,07 ,  kekurangan  air  bersih 8,54    sedangkan
masalah sampah dan bau hanya 4,88 .
7.  Masalah Musim Hujan
Permasalahan  yang  banyak  timbul  pada  musim  hujan  adalah  masalah kelembaban  udara  dengan  jumlah  53,66,  temperatur  udara  52,44  ,  penyakit
42,07. Masalah lainnya antara lain adalah genangan air 7,93 , lindi dari sampah 6,71  dan sisanya adalah masalah erosi  longsor dengan jumlah 3,66.
5.2.3.  Pengelolaan Lahan Dan Lingkungan Perumahan 1.  Pengelolaan air kotor
Kebanyakan  dari  responden  cara  mengelola  air  kotornya  yaitu  dengan  cara mandiri dengan  jumlah  prosentase  sebesar 48,17  .    Selain  hal  itu  juga terdapat
yang  mengelola  air  kotor  dengan  cara  dikelola  oleh  perumahan  dengan  jumlah prosentase  sebesar 44,51   dan  sisanya  dikelola  secara  terpusat dengan  jumlah
5, 49.
2.  Pengelolaan Air Tinja
Tidak  jauh  berbeda dengan  pengelolaan  air  kotor,  pengelolaan  air  tinja  pun banyak  dilakukan  secara  mandiri  dengan  jumlah  prosentase  sebesar  64,02  ,
dikelola  oleh  perumahan  29,88    dan  sisanya  dikelola  secara  terpusat  hanya sebesar 4,27 .
3.  Pengelolaan Sampah
Berbeda  dengan  pengelolaan  sampah,  kebanyakan  dari  responden  sistem pengelolaan  sampahnya  dilakukan  oleh  perumahan  dengan  jumlah  prosentase
56,10 . Selain hal itu juga ada yang dikelola secara terpusat sebesar 36,59  dan sisanya dikelola secara mandiri dengan jumlah prosentase sebesar 5,49.
4.  Listrik
Daya  listrik  yang  banyak  digunakan  oleh  responden    adalah  sebesar  2200 watt dengan jumlah prosentase 43,29, 900 watt sebesar 26,22 , 1300 watt 22,
56 . Responden lainnya menggunakan daya listrik 450 watt dengan jumlah 1,83
5.  Sumber air bersih
Sumber air bersih yang digunakan oleh responden adalah non PDAM dengan jumlah prosentase 53, 05 .  Responden lainnya menggunakan sumber air bersih
dari PDAM dengan jumlah prosentase 45,12.
5.2.4.  Pengelolaan Transportasi 1.  Meningkatkan kapasitas dasar jalan
Dalam  pengelolaan  transportasi,  peneliti  mencoba  menawarkan  sebuah pengelolaan transportasi dengan cara meningkatkan kapasitas dasar jalan. Banyak
responden yang setuju dengan usulan tersebut dengan jumlah prosentase sebesar 53,7  ,  tetapi  ada  juga  yang  tidak  setuju  19,6  ,  cukup  setuju  14,6  ,  sangat
setuju 5, 49  dan sangat tidak setuju sebesar 0,61 .
2.  Menambah lebar jalur lalu lintas
Usulan  yang  lain  adalah  menambah  lebar  jalur  lalulintas.  Tanggapan  dari responden  adalah  :  cukup  setuju  dengan  jumlah  responden  sebanyak  45,1.
Selain itu juga terdapat responden yang setuju  28, 7 , tidak setuju 11, 5  dan responden yang sangat setuju  6,1 .
3.  Menyesuaikan ratio arah sesuai volume lalu lintas
Usulan  berikutnya  yang  disarankan  adalah  menyesuaikan  ratio  arah  sesuai volume  lalu  lintas.  Banyak  diantaranya  adalah  setuju  dengan  usulan  tersebut
dengan jumlah prosentase 60,4 , 18,3  cukup setuju, 8,54 tidak setuju dan 2,44 responden yang sangat setuju dengan usulan tersebut.
4.  Menyesuaikan  lebar  bahu  sesuai  volume  lalu  lintas  akibat  hambatan samping
Hal lain yang diusulkan juga adalah menyesuaikan lebar bahu sesuai volume lalu lintas akibat hambatan samping. Responden yang menjawab setuju sebanyak
60,4 , cukup setuju 20,1 , tidak setuju 5, 49  dan sissanya sangat setuju 4, 27 .
5.  Menyesuaikan jarak kerb sesuai volume lalu Lintas akibat hambatan samping
Selain  menyesuaikan  lebar  bahu,  usulan  lain  adalah  menyesuaikan  jarak kerb.  Responden  yang  setuju  dengan  usualn  tersebut  hanya  33,  5    saja
sedangkan responden yang banyak menjawab adalah hanya cukup setuju dengan
jumlah 50,6 , sangat setuju 3, 05 . Tetapi ada juga responden yang menjawab tidak setuju yaitu 5,49.
6.  Tidak merubah kebijakan yang sudah ada
Kemungkinan untuk  tetap
mempertahankan kebijakan
pengelolaan transportasi  yang  ada  sekarang  juga  diusulkan  kepada  responden.  berdasarkan
usulan  tersebut  responden  menanggapinya  hanya  dengan  cukup  setuju  saja dengan  jumlah  46,3  ,  sedang  sangat  setuju  3,66  .  Ada  juga  responden  yang
tidak setuju dengan usulan tersebut yaitu dengan jumlah 26,2  dan ada juga yang sangat tidak setuju dengan jumlah 0,61 .
7.  Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
Penelitian  ini  mencoba  mengusulkan  untuk  mengurangi  penggunaan kendaraan  pribadi  dalam  pengelolaan  transportasi.  Hasilnya  memperlihatkan
bahwa  terdapat  respon  cukup  setuju  dengan  jumlah  responden  sebesar  20,6  , setuju 47,1 , sangat setuju 16,2 .
8.  Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Angkutan Umum
Penelitian  ini  juga  mencoba  mengusulkan  untuk  meningkatkan  kualitas  dan kuantitas  sarana  angkutan  umum  massal.  Hasilnya  memperlihatkan  bahwa
terdapat  respon  sangat  setuju  dari  responden  sebesar  7,9  ,  setuju  2,2  ,  dan cukup setuju 16,9.
9.  Pengurangan Emisi Kendaraan
Usulan  untuk  mengurangi  emisi  kendaraan  mendapatkan  respon  dari responden yaitu: sangat setuju 14,1 , setuju 49,3 , dan cukup setuju 16,9 .
10. Pembatasan umur kendaraan pribadi
Penelitian  ini  juga  mencoba  mengusulkan  untuk  mengadakan  pembatasan terhadap  umur  kendaraan  pribadi.    Hasilnya  mendapat  respon:  sangat  setuju  7,1
, setuju  18,9  dan cukup setuju 51,2 .
5.2.5.  Implementasi Teknologi Pembangunan Konstruksi Jalan Pada Persimpangan
1.  Persimpangan tidak sebidang dengan mengimplementasikan under pass
Dari  jumlah  responden  sebanyak  164  tidak  ada  seorang  pun  yang mengusulkan  untuk  adanya  under  pass  di  lingkungan  mereka  sebagai
implementasi teknologi pembangunan konstruksi jalan pada persimpangan.
2.  Persimpangan tidak sebidang dengan mengimplementasikan fly over
Begitu juga dengan fly over, tidak ada seorang pun yang mengusulkan  untuk adanya    fly  over  di  lingkungan  mereka  sebagai  implementasi  teknologi
pembangunan konstruksi jalan pada persimpangan.
5.2.6.   Kepuasan Dan Saran Responden 1.  Kepuasan terhadap lokasi perumahan
Setelah  melakukan  survei  ternyata  banyak  responden  yang  ”merasa  puas” dengan  keadaan  lingkungan  perumahan  yang  ditempatinya  dengan  jumlah
prosentase  sebesar  73,78  .    Meskipun  demikian,  mereka  menginginkan  ada
perbaikan  lingkungan  di  daerah  perumahan  yang  mereka  tempati.  Selain  hal tersebut  juga  terdapat  responden  yang  merasa  puas dengan  keadaan  lingkungan
perumahan yang mereka tempati bahkan ingin menetap seterusnya dengan jumlah prosentase  15,85  .  Responden  ada    yang  merasa  cukup  puas,  namun  dengan
pertimbangan  akan  mencari  lokasi  perumahan  lain  dengan  jumlah  6,09, sedangkan responden yang merasa tidak puas sebesar 1,21  Gambar 24.
Gambar  24   Kepuasan terhadap lokasi perumahan
2.  Saran pengembangan lokasi perumahan
Dari  164  responden  ada  yang  memberikan  saran  bahwa  informasi  lokasi perumahan  harus  ditingkatkan  lagi  dan  mereka  yang  memberikan  saran  tersebut
sebanyak 82, 31 . Ada juga yang memberikan saran supaya kondisi infrastruktur perumahan  perlu  ditingkatkan  lagi,  yaitu  sebanyak  dengan  jumlah  84,75  ,  dan
mereka  pun  tidak  lupa  memberikan  saran  supaya  sarana  dan  prasarana transportasi  juga perlu diperbaiki.  Saran lainnya adalah supaya fasilitas umum dan
73.78 15.85
6.09 1.21 PUAS TAPI M ENGINGINKAN
PERBAIKAN LINGKUNGAN PUAS  BAHKAN INGIN
M ENETAP CUKUP  PUAS  TAPI  INGIN
PINDAH TIDAK PUAS
sosial  perlu  diperbaiki  lebih  banyak  daripada  yang  memberikan  saran  terhadap perbaikan yang lain, yaitu sebanyak 88,41  Gambar 25.
Gambar  25   Saran pengembangan lokasi perumahan
3.  Saran terhadap pemerintah daerah tentang penataan ruang
Saran-saran  yang  diberikan  responden  untuk  pemerintah  daerah  adalah berupa  saran  untuk  keterbukaan  informasi  kegiatan  pembangunan,  perencanaan
ruang,  subsidi  pembangunan  perumahan  untuk  rakyat,  izin-izin  pembangunan perumahan,  pengendalian  pembangunan  perumahan  dan  saran  untuk  insentif
pembangunan vertikal  rumah bertingkat. Yang  memberikan  saran  tentang  informasi  kegiatan  pembangunan  supaya
lebih  terbuka  lagi  yaitu  sebanyak  90,24  ,  yang  memberikan  saran  untuk perencanaan  ruang  sebanyak  90,24  ,  saran  subsidi  pembangunan  perumahan
untuk  rakyat  86,58  ,  pengendalian  pembangunan  perumahan  89    dan  yang memberikan  saran  tentang  insentif  pembangunan  vertikal  atau  tentang  rumah
bertingkat adalah sebanyak 81,09 .
4.  Saran terhadap masyarakat
Saran  yang  responden  berikan  untuk  masyarakat  adalah  saran-saran  yang menyangkut    tentang  kegiatan  pelatihan  dan  penyuluhan  pembangunan
perumahan  yaitu  sebanyak  87,8  ,    saran  tentang  peran  serta  masyarakat terhadap  pembangunan  sebanyak  82,9  ,    saran  yang  menyangkut  sosialisasi
kawasan  konservasi  dan  lahan  subur  sebanyak  89,6  ,  saran  terhadap pengelolaan  sampah  dengan  prosentasi  88  ,  pengolahan  limbah  rumah  tangga
sebanyak  85,4  ,    saran  untuk  peningkatan  informasi  manfaat  dan  pengadaan kegiatan  pembangunan  perumahan  sebanyak  87      dan  saran  yang  berkaitan
79.00 80.00 81.00 82.00 83.00 84.00 85.00 86.00 87.00 88.00 89.00
INFORM ASI TENTANG  LOKASI PERUM AHAN  HARUS DITINGKATKAN LAGI
PERBAIKAN KONDISI  INFRASTRUKTUR  PERUM AHAN  TERM ASUK PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI
PERBAIKAN FASILITAS UM UM   DAN SOSIAL
SARAN  PENGEMBANGAN  LOKASI  PERUMAHAN
dengan  peningkatan  kesadaran  lingkungan  perumahan  yang  sesuai  dan  sehat adalah sebanyak 91 .
5.3.  Kebutuhan responden dalam pengelolaan transportasi
Dari  hasil  survey  terhadap  kebutuhan  responden  untuk  pengelolaan transportasi di perumahan Setiabudi Regensi, Graha Puspa dan Trinity terhadap 10
variabel sebagai berikut: 1.  Menyesuaikan ratio arah sesuai volume lalu lintas.
2.  Menambah lebar jalur lalu lintas. 3.  Meningkatkan kapasitas dasar jalan.
4.  Menyesuaikan lebar bahu sesuai volume lalu lintas akibat hambatan samping.
5.  Menyesuaikan jarak kerb sesuai volume lalu Lintas akibat hambatan samping.
6.  Tidak merubah kebijakan yang sudah ada. 7.  Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
8.  Peningkatan kualitas dan kuantitas angkutan umum. 9.  Pengurangan emisi gas buang kendaraan.
10.  Pembatasan umur kendaraan pribadi Berdasarkan 10 sepuluh  variabel tersebut, dengan principal component analysis
PCA    dapat diperoleh  faktor-faktor  yang  paling  berpengaruh  dalam  pengelolaan transportasi sesuai dengan kebutuhan responden sebagai berikut:
5.3.1. Analisis Faktor  Untuk Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Pengelolaan Transportasi di Lingkungan Perumahan
Hasil  survei  yang  dilakukan  pada  bulan  Mei  dan  Juni  2009  di  Kecamatan Lembang dan Parongpong Kawasan Kabupaten Bandung Barat yang melibatkan 3
Perumahan  yaitu  perumahan  Setiabudi  Regency,  Trinity,  dan  Graha  Puspa sebanyak 164 Responden, menunjukkan status sosial dan ekonomi, keadaan lahan
dan  lingkungan  perumahan,  serta  kebutuhan    responden  dalam  pengelolaan transportasi.  Tahap pertama analisis faktor adalah menilai mana saja variabel yang
dianggap  layak  untuk  dimasukan  dalam  analisis  selanjutnya.  Pengujian  dilakukan dengan  memasukkan semua variabel yang  ada, kemudian pada variabel-variabel
tersebut dikenakan sejumlah pengujian.
1.  Hasil  pertama  analisis  faktor  utama  PCA  menunjukkan  angka  kaiser-meyer- olkin  measure  of  sampling  adequacy    dan  barlett’s  test  of  sphericity  adalah
0,742    0,50  dengan  signifikansi  0,000.  Nilai  KMO  yang  besar  menunjukkan bahwa korelasi antar pasangan variabel bisa diterangkan oleh variabel lainnya
dan  analisis  faktor  dianggap  sebagai  teknik  yang  tepat  untuk  analisis  matrik korelasi.  Oleh  karena  angka  tersebut  sudah  di  atas  0,5  dan  signifikansi  jauh
dibawah 0,05, maka variabel dan sampel yang ada sudah bisa dianalisis lebih lanjut.
2.  Memperhatikan  anti  image  correlation,  khususnya  pada  angka  korelasi  yang bertanda
a
arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah menunjukkan variabel- variabel  yang  layak  diuji  lebih  lanjut  adalah  variabel  dengan  nilai  MSA  diatas
0,5.  Dalam  hal  ini  semua  angka  MSA  lebih  dari  0,5,    artinya  semua  variable memenuhi persyaratan  untuk diuji lebih lanjut.
3.  Hasil  analisis  tabel  total  variance  explained  terbentuk  dua  komponen  terlihat dari  nilai  total  eigenvalues  yang  nilainya  diatas  1,  yaitu  komponen  1  dengan
nilai  eigenvalue  3,976  dan  komponen  2  dengan  nilai  eigenvalue  2,233
.
Hasil analisis berdasarkan angka eigenvalue tertera pada Tabel 18.
Tabel  18   Total variance explained
Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS 12
Hasil  component  matrix  berikut  tabel  19    menunjukkan  bahwa  variabel ”mengurangi  penggunaan  kendaraan  pribadi”  pada  komponen  1    nilai  =  0,586
mempunyai nilai yang hampir sama dengan  komponen 2   nilai = 0,540 . Hal ini menimbulkan kerancuan apakah variabel tersebut dimasukkan dalam faktor 1 atau
faktor 2.   Untuk menyelesaikannya digunakan metode rotasi Tabel 19
Total Variance Explained
3.794 37.942
37.942 3.794
37.942 37.942
2.130 21.303
59.245 2.130
21.303 59.245
.868 8.680
67.925 .833
8.332 76.257
.684 6.841
83.098 .615
6.150 89.247
.367 3.665
92.913 .282
2.825 95.737
.230 2.297
98.034 .197
1.966 100.000
Component 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Total
of Variance Cumulative
Total of Variance
Cumulative Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Tabel  19   Component matrix
Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS 12
5.3.2.  Analisis Faktor Dengan Rotasi
Dari  hasil  analisis  faktor  dengan  menggunakan  metode  ekstraksi  tampak masih  terdapat  satu  variabel  yang  belum  dapat  dimasukkan  dalam  satu  faktor
tertentu  yaitu  variabel  ”mengurangi  penggunaan  kendaraan  pribadi”.    Karena  itu
dilakukan analisis faktor dengan rotasi yang  hasilnya sebagai berikut:
Component Matrix
a
.628 -.204
.763 -.147
.807 -.294
.706 -.487
.748 -.294
.518 -.145
.586 .540
.297 .639
.433 .769
.471 .588
PENYESUAIAN RATIO ARAH SESUAI
VOLUME LALU LINTAS MENAMBAH LEBAR
JALUR LALU LINTAS PENINGKATAN
KAPASITAS DASAR JALAN
PENYESUAIAN LEBAR BAHU AKIBAT
HAMBATAN SAMPING PENYESUAIAN JARAK
KERB AKIBAT HAMBATAN SAMPING
TIDAK MERUBAH KEBIJAKAN YANG
SUDAH ADA MENGURANGI
PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI
PENINGKATAN KUALITAS DAN
KUANTITAS ANGKUTAN UMUM
PENGURANGAN EMISI KENDARAAN
PEMBATASAN UMUR KENDARAAN PRIBADI
1 2
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. 2 components extracted.
a.
Tabel 20   Rotated component matrix
Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS 12
Hasil  dari  Matriks  komponen  yang  telah  dirotasi  rotated  component  matrix adalah sebagai berikut Tabel 20:
1.  Komponen 1 dengan nilai eigenvalue 3,444,  terdiri dari variabel: 1  Menyesuaikan ratio arah sesuai volume lalu lintas 0,652.
2  Menambah lebar jalur lalu lintas  0,745 3  Meningkatkan kapasitas dasar jalan  0,852
4  Menyesuaikan lebar bahu sesuai volume lalu lintas akibat hambatan samping 0,850
5  Menyesuaikan jarak kerb sesuai volume lalu Lintas akibat hambatan samping 0,799
6  Tidak merubah kebijakan yang sudah ada  0,526. 2.  Komponen 2 dengan nilai eigenvalue 2,481,  terdiri dari variabel:
1  Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi  0,749. 2  Peningkatan kualitas dan kuantitas angkutan umum 0,704.
3  Alternatif pengurangan emisi kendaraan 0,882. 4  Alternatif pembatasan umur kendaraan pribadi 0,738.
Rotated Component Matrix
a
.652 .107
.745 .220
.852 .109
.850 -.109
.799 .082
.526 .109
.273 .749
-.029 .704
.032 .882
.149 .738
PENYESUAIAN RATIO ARAH SESUAI
VOLUME LALU LINTAS MENAMBAH LEBAR
JALUR LALU LINTAS PENINGKATAN
KAPASITAS DASAR JALAN
PENYESUAIAN LEBAR BAHU AKIBAT
HAMBATAN SAMPING PENYESUAIAN JARAK
KERB AKIBAT HAMBATAN SAMPING
TIDAK MERUBAH KEBIJAKAN YANG
SUDAH ADA MENGURANGI
PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI
PENINGKATAN KUALITAS DAN
KUANTITAS ANGKUTAN UMUM
PENGURANGAN EMISI KENDARAAN
PEMBATASAN UMUR KENDARAAN PRIBADI
1 2
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 3 iterations. a.
3.  Dari pengelompokan variabel tersebut diatas, dapat  diberikan identitas pada 2 faktor yang dihasilkan yaitu: faktor 1 adalah: peningkatan  perbaikan prasarana
jaringan  jalan  infrastruktur  transportasi,  sedangkan  faktor  2  adalah: peningkatan  perbaikan sarana kendaraan sarana transportasi.
5.3.3.  Hasil Analisis Faktor
Hasil analisis faktor dengan PCA tersebut diatas dapat digambarkan dalam grafik yang terdapat dalam Gambar 26  dan 27  berikut.
Gambar  26   Usul peningkatan  perbaikan prasarana jaringan jalan persepsi  masyarakat
1.  Dari Faktor Satu Perbaikan Prasarana Jaringan Jalan diperoleh variabel yang dominan yaitu: ”Meningkatkan kapasitas dasar jalan” sebesar 0,852, diikuti oleh
variabel  ”Menyesuaikan  lebar  bahu  sesuai  volume  lalu-lintas”  sebesar  0,850, lalu  variabel  ”Menyesuaikan  jarak  kerb  sesuai  volume  lalu-lintas”    sebesar
0,799,  variabel  ”Menambah  lebar  jalur  lalu  lintas”  sebesar  0,745,  variabel ”Menyesuaikan  rasio  arah  sesuai  volume  lalu-lintas”  sebesar  0,652,  dan
variabel ”Tidak merubah kebijakan”  sebesar 0,526 Gambar 26.
Gambar  27   Usul peningkatan  perbaikan sarana transportasi persepsi  masyarakat .
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 M enyesuaikan rat io arah sesuai volum e lalu …
M enam bah lebar jalur lalu lint as M eningkat kan kapasit as dasar jalan
M enyesuaikan lebar bahu sesuai volum e lalu … M enyesuaikan jar ak kerb sesuai volum e lalu …
Tidak m erubah kebijakan yang sudah ada
0.652 0.745
0.852 0.85
0.799 0.526
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 M engurangi penggunaan kendaraan pribadi
Peningkat an kualit as dan kuant it as angkut an um um Alt ernat if pengurangan em isi kendaraan
Alt ernat if  pem bat asan um ur  kendaraan pr ibadi
0.749 0.704
0.882 0.738
2.  Dari  Komponen  Dua  Perbaikan  Sarana  Transportasi  diperoleh  variabel  yang dominan yaitu: ”Pengurangan emisi kendaraan” yaitu sebesar 0,882, diikuti oleh
variabel  ”Mengurangi  penggunaan  kendaraan  pribadi”  sebesar  0,749,  lalu variabel  ”Pembatasan  umur  kendaraan  pribadi”  sebesar  0,738,  selanjutnya
variabel  ”Peningkatan  kualitas  dan  kuantitas  angkutan  umum”  sebesar  0,704 Gambar 27.
3.  Hasil  persepsi  masyarakat  ini  akan  dijadikan  masukan  untuk  menentukan kebijakan transportasi yang akan disimulasikan dengan analisis sistem dinamik
sehingga  diperoleh  kebijakan  transportasi  yang  mengakomodasi  pendapat penghuni  kawasan  perumahan  pelaku  transportasi  dan  memenuhi
persyaratan keberlanjutan dari sudut manajemen transportasi dan pengurangan pencemaran lingkungan yang diakibatkannya.
5.4.  Kesimpulan
1.  Dari hasil survey lapangan dan wawancara dengan responden yang merupakan penghuni  perumahan  diketahui  bahwa  para  penghuni  berpendidikan  cukup
tinggi  41,46    berpendidikan  S1,  mempunyai  tingkat  sosial  ekonomi menengah  keatas  44,5    PNS  dan  26,8    wiraswasta,  84,14
berpenghasilan diatas Rp.2.000.000,- 2.  Kepemilikan  kendaraan  pribadi  penghuni  perumahan  cukup  tinggi,  dari  hasil
survey  diperoleh  data  bahwa  kepemilikan  sepeda  motor  sebesar  159  dan kepemilikan  kendaraan  roda  4  sebesar  132.  Dengan  pertambahan  jumlah
penduduk  perumahan  dan  membesarnya  lokasi  perumahan  pada  masa  yang akan  datang,  peningkatan  pertumbuhan  lalu  lintas  akan  cukup  tinggi  dan
berpotensi menimbulkan kemacetan jaringan jalan. 3.  Pendapat  responden  tentang  kondisi  infrastruktur  perumahan  rata-rata  baik,
jalan  dan  jenis  perkerasan  adalah  ’baik’  35  ,    sangat  baik  4,9    dan sedang 16 ,  sistem drainase ’sedang’ 46  dan baik 38,  pengelolaan
air  kotor  dinyatakan  ’baik’  73,  pengelolaan  limbah  tinja  dinyatakan  ’baik’ 51, dan pengelolaan sampah adalah ’baik’ 71.
4.  Dari hasil wawancara dengan responden diperoleh data, bahwa dengan tingkat pendidikan  responden  yang  rata-rata  lebih  dari  cukup  data  pada  poin  1,
sebagian  besar  responden  tidak  mengetahui  tentang  kondisi  lingkungannya, sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  responden  tidak  ’care’  atau  tidak  cukup
peduli  dengan  lingkungannya,  contohnya,  pertanyaan  tentang  hal-hal  sebagai berikut:
  Kemampuan lahan perumahan,  83 tidak mengetahui.   Kesesuaian lahan, 81 tidak mengetahui.
  Luas tutupan lantai, 86  tidak mengetahui.   Ruang terbuka hijau, 65 tidak mengetahui.
  Analisis dampak lingkungan, 84 tidak mengetahui.   Bencana  yang  mungkin  timbul  akibat  kesalahan  lokasi  perumahan,  89
tidak tahu   Hubungan  lahan  dengan  bencana  banjir  yang  mungkin  timbul,  83  tidak
tahu. 5.  Dengan  metode  ’principal  component  analysis’    diperoleh  2  komponen  utama
perbaikan  sistem  transportasi  pada  kawasan  perumahan  di    pinggiran metropolitan yaitu:
1.  Peningkatan  perbaikan prasarana jaringan jalan infrastruktur transportasi, dengan variabel:
  Meningkatkan kapasitas dasar jalan 0,852   Menyesuaikan lebar bahu sesuai volume lalu-lintas 0,850
  Menyesuaikan jarak kerb sesuai volume lalu-lintas 0,799   Menambah lebar jalur lalu lintas 0,745
  Menyesuaikan rasio arah sesuai volume lalu-lintas 0,652   Tidak merubah kebijakan 0,526.
2.  Peningkatan    perbaikan  sarana  kendaraan  sarana  transportasi,  dengan variabel:
  Pengurangan emisi kendaraan” 0,882   Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi 0,749
  Pembatasan umur kendaraan pribadi 0,738   Peningkatan kualitas dan kuantitas angkutan umum 0,704
VI.   STRUKTUR MODEL PENGELOLAAN TRANSPORTASI DI  KAWASAN PINGGIRAN METROPOLITAN
6.1.   Pendahuluan
Model  adalah  representasi  sebagian  dari  dunia  nyata.  Permodelan  dengan sistem  dinamis  dilakukan  dengan  terlebih  dahulu  membentuk  struktur  model.
Struktur  memberi  bentuk  kepada  sistem  dan  sekaligus  memberi  ciri  yang mempengaruhi perilaku sistem. Perilaku tersebut dibentuk oleh kombinasi perilaku
causal loops yang menyusun struktur Muhammadi, 2001 Dalam  penelitian  ini,  model  yang  dibangun  akan  disusun  melalui  2  dua
tahap  pembangunan  model  yaitu  dengan  terlebih  dahulu  membangun  struktur causal loops, dan setelah itu baru membangun struktur model nya dengan sistem
dinamis.  Pembangunan  struktur  model  didasarkan  pada  konseptualisasi permodelan yang dapat dilihat pada Gambar 28.
KEBUTUHAN DEMAND  TRANSPORTASI   PADA PERUMAHAN  PERMUKIMAN DI PINGGIRAN
METROPOLITAN BANGKITAN
PERJALANAN TARIKAN
PERJALANAN
VOLUME LALU LINTAS
KAPASITAS JARINGAN
JALAN
TINGKAT PELAYANAN
JALAN
PREDIKSI TINGKAT KEBISINGAN KE
DEPAN BAKU MUTU
KEBISINGAN BAKU MUTU
PENCEMAR AN UDARA
DERAJAT KEJENUHAN
JALAN JUMLAH
SARANA KENDARAAN
FRAKSI PENCEMARAN
UDARA KEBIJAKAN
PENGELOLAAN TRANSPORTASI
TINGKAT PENCEMARAN
UDARA FRAKSI
KEBISINGAN PER KENDARAAN
TINGKAT KEBISINGAN
KAWASAN KENDARAAN
YANG DIPAKAI
PREDIKSI TINGKAT PELAYANAN
JALAN KE DEPAN PREDIKSI
PENCEMARAN UDARA KE DEPAN
PERSEPSI MASYARAKAT
PENGHUNI PERUMAHAN
Gambar 28 Konseptualisasi  permodelan.