Pengelolaan Transportasi di Kawasan Pinggiran Metropolitan Pola Penggunaan Lahan Landuse

mengangkut penumpang yang jumlahnya banyak dan mobilitasnya tinggi diperlukan jaringan transportasi massal mass transit yang perlu ditetapkan jenis dan kombinasinya yang mampu dibayar oleh masyarakatnya dan tidak terlalu membebani anggaran daerah Dardak, 2006

2.2. Pengelolaan Transportasi di Kawasan Pinggiran Metropolitan

Permasalahan sistem kegiatan diwarnai oleh makin memusatnya penduduk dengan kegiatannya secara spasial maupun temporal, yakni dengan tingginya urbanisasi terutama pada wilayah metropolitan, besar serta cepatnya perubahan guna lahan terutama sepanjang jaringan jalan utama. Sebaliknya terjadi pula ekspansi spasial, yakni sub urbanisasi dengan tumbuhnya pemusatan kegiatan sepanjang koridor sekitar kota utama. Semua kecenderungan diatas pada gilirannya meningkatkan kemacetan serta memperbesar jarak dan waktu pergerakan dari rumah ke tempat kerja dan ke tempat lain. Dardak, 2006. Interaksi antara tata guna lahan sebagai permukiman perumahan dengan segala fasilitas kehidupannya, jaringan jalan yang ada, dan arus lalu lintas yang melewatinya, dapat kita anggap sebagai suatu sistem transportasi makro yang terdiri dari 3 sistem mikro: 1. Sistem kegiatan landuse 2. Sistem Jaringan prasarana jalan 3. Sistem pergerakan arus lalu lintas seperti terlihat pada Gambar 3. Sistem kegiatan Sistem Jaringan Sistem Pergerakan SISTEM KELEMBAGAAN Gambar 3 Sistem transportasi makro Sumber: Tamin 2000

2.3. Pola Penggunaan Lahan Landuse

Sistem kegiatan merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Berbagai aktivitas seperti bekerja, sekolah, olahraga, belanja, dan bertamu yang berlangsung di atas sebidang tanah kantor, pabrik, pertokoan, rumah, dan lain lain membentuk sistem kegiatan ini. Potongan-potongan lahan ini biasanya disebut juga dengan sistem tataguna lahan. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan diantara tataguna lahan tersebut dengan menggunakan sistem jaringan transportasi misalnya berjalan kaki atau naik bus hal ini menimbulkan pergerakan manusia, kendaraan dan barang Tamin, 2000. Pengembangan sistem transportasi untuk kelancaran mobilitas manusia antar sistem kegiatan tata guna lahan dalam memenuhi kebutuhan kehidupan ekonominya adalah mengembangkan salah satu dari ketiga sub sistem tersebut atau ketiganya secara bersamaan kalau keadaan memungkinkan, misalnya apabila dana tersedia melimpah. Sistem kegiatan ini disebut juga sistem kebutuhan akan transportasi. Sistem kebutuhan akan transportasi ini harus seimbang dengan sistem penyediaan jaringan transportasi transport supply network agar tidak terjadi kemacetan dan agar terjadi keserasian pergerakan antara sistem kegiatan yang satu dengan sistem kegiatan lainnya Tamin, 2000. Sistem kelembagaan seperti Bappenas, Bappeda, Bangda dan Pemda berperan sangat penting dalam menentukan sistem Kebutuhan Transportasi ini melalui kebijakan kebijakan yang dikeluarkan dalam mengatur sistem kegiatan kebutuhan transportasi baik wilayah, regional maupun sektoral. RT-RWN sebagai pedoman perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah nasional menjabarkan bahwa struktur dan pola ruang nasional harus mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor seperti misalnya: kawasan pariwisata, pertanian pangan dan perkebunan, industri, pertambangan serta pertahanan keamanan atau perbatasan. Dasar hukum bagi pemerintah dalam membuat kebijakan dalam penataan ruang adalah UU no.26 tahun 2008 tentang penataan ruang Tamin, 2000. Kebijakan tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijakan transportasi. Ruang merupakan kegiatan yang ditempatkan diatas lahan kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan satu ruang kegiatan dengan ruang kegiatan lainnya. Jika akses transportasi ke suatu ruang kegiatan persil lahan diperbaiki, ruang kegiatan tersebut akan menjadi lebih menarik, dan biasanya menjadi lebih berkembang. Dengan berkembangnya ruang kegiatan tersebut, meningkat pula kebutuhan akan transportasi. Peningkatan ini kemudian menyebabkan kelebihan beban pada transportasi, yang harus ditanggulangi, dan siklus akan terulang kembali bila aksesibilitas diperbaiki. Jenis tata guna lahan sistem kegiatan yang berbeda permukiman, pendidikan, dan komersial mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda Tamin, 2000 sebagai berikut: a. jumlah arus lalu lintas b. jenis lalu lintas c. lalu lintas pada waktu tertentu orang ke kantor menghasilkan lalu lintas pada pagi dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalu lintas di sepanjang hari. Untuk mengetahui intensitas bangkitan perjalanan yang timbul dari suatu sistem kegiatan dapat dianalisis dengan memberi ukuran intensitas pada masing-masing jenis kegiatan pada petak daerah lahan misalnya Tamin, 2000 :  Petak lahan kegiatan perumahan, ukurannya adalah: luas lokasi perumahan, banyaknya rumah masing-masing tipe, kepadatan penduduknya jumlah penghuninya  Petak lahan kegiatan industri, ukurannya adalah: luas daerah industri, banyaknya bahan baku, banyaknya produksi, banyaknya ragam industri.  Petak lahan perdagangan, ukurannya adalah: luas lantai toko plaza, parkir, jumlah perdagangan, ragam perdagangan.  Petak lahan pariwisata, ukurannya adalah luasnya, jumlah fasilitasnya, jumlah kursinya, hotel diukur jumlah kamarnya Dalam penelitian ini akan dilihat perpindahan barangorang antara dua jenis aktivitas tata guna lahan yaitu:  Zona untuk tempat tinggal tata guna lahan perumahan sebagai zona 1  Zona untuk bekerja tata guna lahan pusat perkantoran sebagai zona 2. Antara guna lahan perumahan dengan guna lahan perkantoran tersebut akan terjadi pergerakan perjalanan setiap harinya. Pergerakan tersebut didukung oleh sistem jaringan berupa prasarana jalan Tamin, 2000. Jumlah dan jenis lalu lintas yang dihasilkan oleh setiap tata guna lahan merupakan hasil dari fungsi parameter sosial dan ekonomi; seperti contoh di Amerika Serikat Black, 1978 dalam Tamin, 2000:  1 hektar perumahan menghasilkan 60 – 70 pergerakan kendaraan per minggu.  1 hektar perkantoran menghasilkan 700 pergerakan kendaraan per hari  1 hektar tempat parkir umum menghasilkan 12 pergerakan kendaraan per hari. Beberapa contoh lain di Amerika Serikat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Bangkitan dan tarikan pergerakan dari beberapa aktivitas tata guna lahan Deskripsi aktivitas tata guna lahan Rata-rata jumlah pergerakan kendaraan per 100 m 2 Jumlah Kajian Pasar swalayan Pertokoan lokal Pusat pertokoan Restoran siap santap Restoran Gedung perkantoran Rumah sakit Perpustakaan Daerah industri 136 85 38 595 60 13 18 45 5 3 21 38 6 3 22 12 2 98 4.645-9.290 m2 46.452-92.903 m2 Sumber: Black 1978, dalam Tamin, 2000

2.4. Sistem Jaringan Prasarana Jalan