2.4.6. Tingkat Pelayanan Jalan
Dalam US HCM 1994 perilaku lalu-lintas diwakili oleh “tingkat pelayanan” LOS: yaitu ukuran kualitatif yang mencerminkan persepsi pengemudi tentang kualitas
mengendarai kendaraan. LOS berhubungan dengan ukuran kuantitatif, seperti kerapatan atau persen waktu tundaan. Konsep tingkat pelayanan dikembangkan
untuk penggunaan di Amerika Serikat dan definisi LOS tidak berlaku secara langsung di Indonesia. Dalam MKJI “kecepatan” dan “derajat kejenuhan” digunakan sebagai
indikator perilaku lalu-lintas Tingkat pelayanan jalan Level of Service, LOS adalah suatu ukuran kualitatif
yang menjelaskan kondisi-kondisi operasional di dalam suatu aliran lalu-lintas dan persepsi dari pengemudi dan atau penumpang terhadap kondisi-kondisi tersebut.
Faktor-faktor seperti kecepatan dan waktu tempuh, kebebasan bermanuver, perhentian lalu-lintas, dan kemudahan serta kenyamanan adalah kondisi-kondisi yang
mempengaruhi LOS Khisty, 2005.
2.5. Sistem Pergerakan Transportasi Arus Lalu Lintas
Sistem pergerakan transportasi adalah hasil interaksi antara sistem kegiatan dengan sistem jaringan yang akan menghasilkan pergerakan kendaraan dan atau
orang dari sistem kegiatan yang satu ke sistem kegiatan yang lain dengan media sistem jaringan. Sistem pergerakan yang baik dan berwawasan lingkungan dapat
tercipta apabila pergerakan tersebut diatur oleh suatu sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik Tamin, 1994.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di wilayah perkotaan telah menarik arus urbanisasi yang tinggi pula karena bagi banyak orang hal ini menjanjikan
kesempatan kerja yang lebih luas, dengan demikian pertumbuhan penduduk dan pekerja di perkotaan menjadi cukup tinggi pula. Gejala demikian juga terjadi pada
daerah penyangga di sekitar perkotaan tersebut, yang akan membuat bangkitan lalu lintas bertumbuh cukup tinggi pula Tamin, 2005
Penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan merupakan cerminan peningkatan taraf hidup seseorang yang dipicu juga oleh kebutuhan mobilitas yang tinggi di
perkotaan. Pertumbuhan penggunaan kendaraan pribadi yang disatu sisi merupakan keberhasilan dari penyediaan sistem jaringan transportasi jalan dengan peningkatan
kemakmuran dan mobilitas penduduk, disisi lain menimbulkan kerusakan kualitas kehidupan karena terjadinya kemacetan, polusi udara dan polusi suara Tamin, 2005
Tingkat pertumbuhan pergerakan yang sangat tinggi yang tidak mungkin dihambat, sementara sarana dan prasarana transportasi sangat terbatas
mengakibatkan aksesibilitas dan mobilitas menjadi terganggu. Untuk mengatasi aksesibilitas dan mobilitas yang terganggu ini membutuhkan biaya yang sangat besar
yaitu misalnya dengan membangun jaringan jalan baru atau meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang ada. Beberapa alternatif penanggulangan sementara dapat juga
dilakukan dengan rekayasa dan manajemen lalu lintas, pengaturan efisiensi transportasi umum dan penambahan armadanya Tamin, 2005.
2.6. Interaksi Sistem Kegiatan Landuse – Sistem Jaringan Jalan – Sistem Transportasi Sistem Pergerakan
Transportasi sistem pergerakan bukan tujuan akhir tetapi timbul akibat adanya permintaan sistem kegiatan. Peran transportasi terhadap perkembangan dan
pertumbuhan wilayah metropolitan tercermin dari interaksi antara sistem jaringan dan sistem pergerakan dengan sistem kegiatan wilayah perkotaan. Setiap perubahan atau
perkembangan sistem kegiatan akan menimbulkan perubahan atau kenaikan pergerakan volume, jarak, dsb.; perubahan dan perkembangan ini dilayani melalui
pengelolaan dan pengembangan sistem pergerakan misalnya lalu-lintas dua arah menjadi lalu-lintas satu arah dan atau sistem jaringan misalnya pelebaran jalan;
pada gilirannya, peningkatan fasilitas dan layanan transportasi akan meningkatkan perkembangan
sistem kegiatan,
meningkatkan bangkitan pergerakan,
dan menimbulkan kemacetan baru, dst.; siklus ini adalah peran “pasif” dari sistem
pergerakan dan atau sistem jaringan dalam melayani perubahan dan perkembangan sistem kegiatan. Sebaliknya, sistem pergerakan dan atau sistem jaringan dapat juga
berperan “aktif” terhadap perkembangan sistem kegiatan; pengelolaan serta pengembangan sistem pergerakan dan atau sistem jaringan dapat memberikan
dampak positif maupun negatif terhadap perkembangan sistem kegiatan; misalnya penerapan lalu-lintas satu arah serta pelarangan parkir tepi jalan on-street parking
pada suatu koridor jalan dapat mengakibatkan dampak negatif berupa matinya kegiatan ekonomi sepanjang koridor tersebut khususnya pada lokasi-lokasi yang tidak
memiliki lahan parkir khusus off-street parking Dardak, 2006.
Sebaliknya, pengalihan rute angkutan umum pada satu koridor dapat memberikan dampak positif dengan meningkatkan perkembangan sistem kegiatan
sepanjang koridor tersebut misalnya meningkatnya kegiatan transaksi kawasan perbelanjaan; demikian pula pembangunan serta peningkatan kualitas jaringan jalan
ke arah timur-barat dibarengi dengan penurunan kualitas jaringan jalan ke arah selatan akan memberikan dampak positif mendorong perkembangan sistem kegiatan ke arah
timur-barat sekaligus dampak negatif terhadap perkembangan ke arah selatan; pembangunan sistem jaringan juga dapat membelah kehidupan sosial suatu sistem
kegiatan Dardak, 2006 Peran “pasif dan aktif” sistem jaringan tersebut pada gilirannya juga
mengarahkan perencanaan dan pembangunan sistem infrastruktur lainnya jaringan listrik, telepon, air bersih, limbah, dsb.; perencanaan dan pembangunan sistem
jaringan juga merupakan perencanaan dan pembangunan struktur sistem kegiatan; Peran strategis sistem jaringan tersebut menyebabkan pembangunan sistem jaringan
tidak saja kompleks tetapi juga menyangkut dana besar serta sekali dibangun tidak mudah untuk di ubah-ubah Dardak, 2006.
Sasaran umum perencanaan transportasi adalah membuat interaksi antara sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan menjadi semudah dan
seefisien mungkin. Cara perencanaan transportasi untuk mencapai sasaran umum itu antara lain dengan menetapkan kebijakan tentang hal berikut ini Tamin, 2000 :
a. Sistem kegiatan. Rencana tata guna lahan yang baik lokasi toko, sekolah,