3.  Hidrocarbon HC 4.  Sulfur dioksida SO
2
5.  Partikel  SPM Menurut  Fardiaz  1992  sumber  polusi  utama  berasal  dari  transportasi,  60
diantaranya  adalah  karbon  monoksida  dan  15  terdiri  dari  hidrokarbon.  Sumber- sumber  polusi  lainnya  misalnya  pembakaran,  proses  industri,  pembuangan  limbah,
dan  lain-lain.    Polutan  yang  utama adalah  karbon  monoksida  yang  mencapai  hampir setengah  dari  seluruh  polutan  yang  ada.  Tingkat  toksisitas  dari  polutan  tersebut
berbeda-beda seperti tertera dalam Tabel 11. Tabel 11  Toksisitas relatif polutan udara
Polutan Level toleransi
ppm               ugm
3
Toksisitas relatif
CO HC
SO
X
NO
X
Partikel 32,0               40.000
-                   19.300 0,50                 1.430
0,25                    514 -                       375
1,00 2,07
28,0 77,80
106,70
Sumber: Babcock 1971 dalam Fardiaz 1992
2.8.3.  Kebisingan
Kebisingan  yaitu  bunyi  yang  tidak  diinginkan  dari  usaha  atau  kegiatan  dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan KepMenLH No.48 Tahun 1996 atau semua suara yang tidak dikehendaki  yang  bersumber  dari  alat-alat  proses  produksi  dan  atau  alat-alat  kerja
pada  tingkat  tertentu  dapat  menimbulkan  gangguan  pendengaran  KepMenNaker No.51  Tahun  1999.   Menurut  Poernomosidhi  1995,  umumnya  ada  tiga  sumber
kebisingan : a. Kebisingan lalu lintastransportasi
b. Kebisingan pekerjaan atau industri c. Kebisingan pendudukpermukiman
Semua  kebisingan tersebut dapat  menghasilkan kerusakan fisik dan psikologis. Kebisingan  lalu  lintas  adalah  konstan  dan  menyebar  luas,  karena  itu  menimbulkan
masalah-masalah yang lebih serius.   Pada umumnya kecepatan kendaraan yang lebih tinggi  akan  menghasilkan  tingkat  kebisingan  yang  lebih  tinggi  pula,  dan  permukaan
jalan yang makin kasar juga akan menghasilkan kebisingan yang makin tinggi.  Bunyi yang  paling  keras  ditimbulkan  di  daerah  persimpangan  intersection  area  dengan
adanya  kendaraan  yang  berhenti  atau  mengerem,  serta  kendaraan  yang  mulai berjalan.
Diantara  pencemaran  lingkungan  yang  lain,  pencemaranpolusi  kebisingan dianggap  istimewa dalam  hal  :  1 penilaian pribadi dan  subjektif  sangat  menentukan
untuk mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak, 2 kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran udara dan pencemaran air,
bising pesawat merupakan pengecualian. Apabila bel dibunyikan, seseorang menangkap ‘nyaring’, ‘tinggi’ dan ‘nada’ suara
yang  dipancarkan.  Ini  merupakan  suatu  tolok  ukur  yang  menyatakan  mutu  sensorial dari suara dan dikenal sebagai ‘tiga unsur suara’.
Ukuran  fisik  ‘kenyaringan’,  ada  amplitudo  dan  tingkat  tekanan  suara.  Untuk ‘tinggi’  suara  adalah  frekuensi  dan  ‘nada’  adalah  sejumlah  besar  ukuran  fisik.
Kecenderungan  saat  ini  adalah  menggabungkan  segala  yang  merupakan  sifat  dari suara, termasuk tingginya, nyaringnya dan distribusi spectral sebagai ‘nada’.
Decibel  dB  adalah  ukuran  energi  bunyi  atau  kuantitas  yang  dipergunakan sebagai  unit-unit  tingkat  tekanan  suara  berbobot    A.    Yang  dilakukan  untuk
mensederhanakan  plot-plot  multipel  seperti  pada  gambar  dan  untuk  secara  kira-kira menyebandingkan  kuantitas  logaritmik  dari  stimulus  untuk  stimulus  akustik  yang
diterima  telinga  manusia  dari  luar.  Pengukuran  tingkat  kebisingan  diperlukan  untuk menghitung bertambah atau berkurangnya tingkat tekanan suara berbobot A rata-rata.
Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional,  ada  kasus-kasus  dimana  akibat-akibat  serius  seperti  kehilangan
pendengaran  terjadi  karena  tingginya  tingkat  kenyaringan  suara  pada  tekanan  suara berbobot A dan karena lamanya telinga terpapar kebisingan itu Susanto, 2006.
Baku  tingkat  kebisingan  adalah  batas  maksimal  tingkat  kebisingan  yang diperbolehkan  dibuang  ke  lingkungan  dari  usaha  atau  kegiatan  sehingga  tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan KepMenLH No.48  Tahun  1996.    Pada  Tabel  12  dapat  dilihat  jenis  jenis  dari  akibat  kebisingan
yang  diderita  oleh  seseorang  akibat  terpapar  kebisingan  dalam  waktu  yang  cukup lama:
Tabel 12   Akibat fisik dan psikologis dari kebisingan Tipe
Uraian Akibat lahiriah
Kehilangan pendengaran
Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas
permanen akibat kebisingan Akibat fisiologis
Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi
dering Akibat
psikologis Gangguan
emosional Kejengkelan, kebingungan
Gangguan gaya hidup
Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan
sebagainya. Gangguan
pendengaran Merintangi kemampuan mendengarkan TV,
radio, percakapan, telpon dan sebagainya.
Sumber: Susanto A. 2006
Baku mutu tingkat kebisingan untuk berbagai lokasi dapat dilihat pada Tabel 13 sesuai Keputusan Gubernur KDKI Jakarta no.5871980 tanggal 7 Juni 1980.
Tabel 13  Kriteria ambien kebisingan
Peruntukan Derajat Kebisingan dbA
Maksimum yang diinginkan
Maksimum yang diperkenankan
Perumahan IndustriPerkantoran
Pusat Perdagangan Rekreasi
Campuran Perumahan Industri 45
70 75
50 50
60 70
85 60
50
Sumber: Keputusan Gubernur KDKI Jakarta no.5871980
Kebisingan yang dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau  gangguan  kesehatan  dalam  pekerjaan  sehari-hari  untuk  waktu  tidak  melebihi  8
jam  sehari  atau  40  jam  seminggu  yaitu  85  dBA  KepMenNaker  No.51    1999, KepMenKes  No.1405  Tahun  2002.  Lampiran  2  KepMenNaker  No.51  Tahun  1999,
NAB dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14  Batas kebisingan yang masih dapat diterima oleh tenaga kerja
Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan
dBA 8
Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit
97 15
100 7.5
103 3.75
106 1.88
109 0.94
112 28.12
Detik 115
14.06 118
7.03 121
3.52 124
1.76 127
0.88 130
0.44 133
0.22 136
0.11 139
Tidak boleh terpapar lebih dari 140 dBA walaupun sesaat
Sumber: KepMenNaker No.51 Tahun 1999
Agar  kebisingan  tidak  mengganggu  kesehatan  atau  membahayakan  perlu diambil  tindakan  seperti  penggunaan  peredam  pada  sumber  bising,  penyekatan,
pemindahan,  pemeliharaan,  penanaman  pohon,  pembuatan  bukit  buatan  ataupun pengaturan tata  letak  ruang  dan  penggunaan alat  pelindung diri  sehingga  kebisingan
tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan.
2.9.  Tinjauan studi-studi terdahulu tentang pengelolaan transportasi perkotaan