1.2.  Tujuan Penelitian
Tujuan  penelitian  ini  adalah merancang  model  pengelolaan  transportasi
yang berkelanjutan di Kawasan Pinggiran Metropolitan.
Tujuan  penelitian  tersebut  selanjutnya  dijabarkan  menjadi  sasaran  sebagai berikut:
1.  Terumuskannya  model  manajemen  transportasi  berkelanjutan  yang  mampu mengatasi  permasalahan  :  kemacetan  lalu  lintas  dan  menjaga  agar  tingkat
pelayanan  jalan  level  of  service  jaringan  jalan  di  kawasan  pinggiran metropolitan tetap memadai.
2.  Terwujudkannya  model  pengelolaan  lingkungan  yang  dapat  mengatasi permasalahan lingkungan hidup guna mencegah atau mengurangi pencemaran
udara akibat transportasi dan kebisingan lalu lintas di lingkungan perumahan di kawasan pinggiran metropolitan.
Dalam  mencapai  sasaran-sasaran  tersebut,  faktor-faktor  yang  harus  diteliti sampai akhirnya diperoleh suatu kebijakan transportasi yang berkelanjutan, adalah
sebagai berikut: 1  Kondisi  sosial  ekonomi  penduduk  di  wilayah  studi  di  kawasan  pinggiran
metropolitan dan persepsi masyarakat tentang kebutuhan transportasi mereka. 2  Kondisi  lalu-lintas  kendaraan  yang  ada  di  lokasi  studi  di  kawasan  pinggiran
metropolitan. 3  Data  tingkat  pelayanan  jalan  level  of  service  jaringan  jalan  di  lokasi  wilayah
studi di kawasan pinggiran metropolitan. 4  Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh prasarana dan sarana jalan di lokasi
wilayah studi di kawasan pinggiran metropolitan. Dimana faktor faktor tersebut selanjutnya digunakan untuk:
1.  Perancangan  model  dinamis  transportasi  di  lokasi  wilayah  studi  di  kawasan pinggiran metropolitan yang memenuhi validitas.
2.  Perumusan  beberapa  alternatif  kebijakan  dari  hasil  simulasi  model  dinamis untuk  memperoleh    pengelolaan  transportasi  berkelanjutan  di  kawasan
pinggiran metropolitan.
1.3.  Perumusan Masalah
Pembangunan perumahan di pinggiran kota semakin meningkat terutama di kota kota metropolitan dimana harga lahan di tengah kota semakin meningkat, dan
masyarakat  banyak  memilih  untuk  bermukim  di  pinggir  kota,  disamping  untuk mencari  kenyamanan  dan  ketenangan  hidup  untuk  masyarakat  golongan
menengah  ke  atas,    juga  karena  kemampuan  untuk  membeli  lahan  yang  sangat terbatas  untuk  masyarakat  menengah  ke  bawah.    Kota  Metropolitan  Jakarta
misalnya,   jumlah  penduduk di  Jakarta  sekitar  8.603.776, namun pada  siang hari, angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari pinggiran kota
seperti Bekasi, Tangerang dan Depok, akan menjadi kurang lebih 12 juta BPS DKI Jakarta. 2006
Pembangunan  perumahan  yang  tidak  terkendali  ini  akan  menyebabkan peningkatan  arus  lalu  lintas  dari  pinggiran  kota  ke  tengah  kota,  karena  sebagian
besar  para  penghuni  perumahan  masih  tetap  beraktivitas  bekerja,  belajar,  atau rekreasi  ke  tengah  tengah  kota,  sehingga  beresiko  menimbulkan  kemacetan  lalu
lintas dan permasalahan lingkungan sebagai akibat sampingannya. Permasalahan  lingkungan sebagai akibat sampingan dari transportasi yaitu,
alih fungsi  lahan  yang digunakan  untuk  membangun  jaringan  jalan,  yang  acapkali menimbulkan  masalah  sosial  dalam  pembebasannya,  perubahan  aliran  air  akibat
dibangunnya suatu konstruksi jalan, pemakaian zat kimia untuk  treatment  rumput tanaman  pada  bahu  jalan,  polusi  udara,  kebisingan,  hujan  asam  dan  masalah
lingkungan lain yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Pada  saat  penelitian  ini  belum  didapati  kemacetan  yang  parah  level  of
service  jaringan  jalan  masih  A atau B  di  lokasi studi,  akan  tetapi dengan  melihat trend  pertumbuhan  volume  kendaraan  yang  cukup  tinggi  seperti  sekarang  ini,
dalam  waktu  beberapa  tahun  ke  depan  kemungkinan  akan  terjadi  derajat kejenuhan  jalan  maksimum  atau  ’volume    kapasitas’  =  1.  Untuk  itu  perlu  diambil
langkah langkah kebijakan yang mampu mengantisipasi permasalahan tersebut. Selama  ini  kebijakan  yang  diterapkan  pada  kawasan  permukiman  di
pinggiran  metropolitan  hanya  dengan  melihat  masing-masing  sektor.  Sektor perumahan  melihat  dari  sisi  pembangunan  perumahan  saja,  sedangkan  sektor
transportasi  hanya  melaksanakan  pembangunan  jaringan  jalan    jaringan transportasi  lainnya  dengan  kebijakan  transportasi,  demikian  juga  dengan  sektor
lingkungan  hidup.    Kesimpulannya  adalah,  pemerintah  selama  ini  belum mengkoordinasikan  sektor  sektor  perumahanpermukiman,  transportasi  dan
lingkungan hidup secara terpadu dan berkelanjutan..
Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan yang perlu dicarikan jalan keluarnya dalam penelitian ini yaitu:
1.  Pertumbuhan  lalu  lintas  pada  kawasan  perumahan  di  pinggiran  kota metropolitan cukup tinggi yang apabila tidak dikendalikan akan berakibat pada
menurunnya kecepatan rata-rata kendaraan hingga mencapai kecepatan  v  = 0  atau  dengan  kata  lain  derajat  kejenuhan  jalan  volumekapasitas  akan
mencapai = 1 2.  Pertumbuhan  lalu-lintas  yang  tinggi  akan  mengakibatkan  permasalahan
lingkungan  hidup  yang  dalam  penelitian  ini  dibatasi  hanya  pada  penelitian tingkat pencemaran udara serta tingkat kebisingan kawasan yang terjadi pada
kawasan perumahan tersebut.
KONDI SI   TRANSPORTASI  DI PI NGGI RAN METROPOLI TAN
SAAT I NI KONDI SI  TRANSPORTASI
BERKELANJUTAN  DI PI NGGI RAN METROPOLI TAN
KESENJANGAN
PERMASALAHAN TRANSPORTASI :
KEMACETAN, DERAJAT KEJENUHAN JALAN
PERMASALAHAN DALAM PENGELOLAAN
TRANSPORTASI
PERMASALAHAN LI NGKUNGAN HI DUP:
PENCEMARAN UDARA, KEBI SI NGAN
FEED BACK
Gambar 1   Diagram alir perumusan masalah
1.4.  Kerangka Pemikiran