4.1.3.3 Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil tes dan nontes yang telah dilaksanakan pada siklus II sudah dapat diikuti dengan baik oleh siswa. Hal ini dikarenakan siswa sudah
paham dan jelas terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Keterampilan menulis paragraf persuasif siswa beradasarkan hasil tes pada akhir
pembelajaran siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus I. Nilai tes siswa pada siklus II tidak ada yang berada dalam kategori kurang. Nilai rata-rata kelas
pada keterampilan menulis paragraf persuasif dari seluruh aspek siklus I hanya mencapai 68,65 dan termasuk dalam kategori cukup, sedangkan pada siklus II
nilai rata-rata kelas mencapai 81,71 dan termasuk dalam kategori baik. Pencapian nilai rata-rata kelas siklus I dan siklus II ini diperoleh peningkatan sebesar 13,06.
Rata-rata kelas pada siklus II telah mampu mencapai batas minimal ketuntasan belajar klasikal sebesar 75.
Perilaku siswa pada siklus II mengalami perubahan ke arah positif. Sebagian besar siswa sudah mampu berkonsentrasi dan memperhatikan penjelasan
guru dengan baik. Siswa yang semula tidak bersemangat dan malas-malasan menjadi lebih serius dan bersungguh-sungguh ketika mengikuti pembelajaran
menulis karangan narasi. Mereka lebih termotivasi dalam pembelajaran sehingga nilai tes mereka menjadi lebih baik. Pembelajaran pada siklus II merupakan
tindakan perbaikan dari pembelajaran pada siklus karena masih banyak dijumpai kesulitan yang dihadapi siswa. Kesulitan tersebut kemudian dicarikan jalan keluar
untuk diterapkan pada pembelajaran siklus II. Pembelajaran siklus II, guru memberikan motivasi kepada siswa serta membuat suasana lebih santai agar dapat
mengurangi ketegangan. Guru menyampaikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa agar kesalahan siswa tidak diulangi lagi.
Pendidikan karakter yang pertama, yaitu keaktifan. Berdasarkan hasil deskripsi perilaku ekologis, catatan harian, sosiometri, dan dokumentasi foto,
dapat dijelaskan bahwa siswa lebih aktif dalam mengungkapkan pendapatnya dan lebih berani bertanya apabila mengalami kesulitan. Siswa juga terlihat lebih
semangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siklus II, masih ada siswa yang belum aktif, tetapi jumlah siswa yang belum aktif mengalami penurunan
dibandingkan pada siklus I. Pendidikan karakter yang kedua, yaitu kerja sama siswa dalam
berkelompok. Berdasarkan hasil deskripsi perilaku ekologis, siswa sudah bisa mengamati berkerja sama dengan teman kelompok dengan baik. Mereka sudah
bisa saling bertukar pendapat, meskipun masih ada siswa yang berbuat usil terhadap temannya. Hal ini tidak membatasi mereka dalam bekerja sama. Saat
kegiatan menyunting, siswa juga menyunting hasil pekerjaan teman dengan teliti baik dari segi isi maupun bahasa. pada siklus II. Jumlah siswa yang menganggu
temannya lebih sedikit dibandingkan siklus sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan perilaku siswa pada siklus II, yaitu siswa menjadi lebih bisa
menyadari mengenai arti kerja sama dalam berkelompok. Pendidikan karakter yang ketiga, yaitu kedisplinan dan tanggung jawab
siswa. Pendidikan karakter displin dan tanggung jawab pada siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Batang mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan pada saat
siswa menulis paragraf persuasif secara individu dan tidak mencontek pekerjaan teman.
Pendidikan karakter yang keempat, yaitu kemampuan berbagi siswa. Pada siklus II siswa menjadi lebih bisa diajak berkomunikasi dengan teman dan guru.
Hal ini terjadi pada saat salah satu siswa menanyakan apakah bisa model quantum teaching teknik TANDUR ini diterapkan pada pembelajaran yang lain.
Berdasarkan deskripsi catatan harian guru, catatan harian siswa, dan wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa mampu berbagi dengan teman dan guru pada saat
pembelajaran siklus II. Pembelajaran menulis paragraf persuasif dengan model quantum teaching
teknik TANDUR dengan media brosur memberikan pendidikan siswa untuk bisa berbagi. Berdasarkan hasil catatan harian siswa dan wawancara, sebagian besar
siswa sudah tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan model quantum teaching teknik TANDUR dengan
media brosur melalui media foto jurnalistik. Adapun kesulitan yang dialami siswa, yaitu kuragnya waktu yang diberikan oleh guru untuk menulis paragraf
argumentasi. Pada saat siswa diwawancara oleh peneliti, siswa juga terlihat lebih santai dan tidak canggung lagi, begitu pula pada saat siswa melakukan diskusi
kelompok mereka terlihat lebih bisa berbagi. Berdasarkan hasil catatan harian dan wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan pada siklus
II mengalami penurunan dibandingkan pada siklus I dan siswa juga lebih bisa berbagi dengan teman sekelompoknya..
Berdasarkan refleksi hasil tes dan nontes pada siklus II, telah mencapai hasil yang maksimal. Hasil tes mereka telah mencapai KKM yang telah
ditentukan oleh peneliti, yaitu 75. Nilai rata-rata siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,06 atau sebesar 19,02 dan perilaku siswa juga
mengalami peningkatan, yaitu siswa lebih aktif, kritis, bertanggung jawab dan disiplin, dan bisa berbagi.
4.2 Pembahasan
Pembahasan beradasarkan hasil penelitian selama dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil dua siklus itu meliputi hasil tes dan nontes.
Pemerolehan hasil penelitian merujuk pada pemerolehan skor yang dicapai siswa ketika mengerjakan tugas menulis paragraf persuasif. Aspek-aspek yang dijadikan
dalam penilaian dalam tes kemampuan menulis paragraf persuasif meliputi delapan aspek, yaitu 1 pembuatan kerangka paragraf, 2 ejaan dan tanda bacai,
3 penggunaan kalimat efektif, 4 pilihan kata atau diksi, 5 kohesi dan koherensi, 6 argumen atau alasan dan bukti, 7 kalimat persuasif, dan8
kerapian tulisan. Pembahasan hasil nontes didasarkan pada lima instrumen, yaitu 1
dekripsi perilaku ekologis, 2 catatan harian, 3 sosiometri, 4 wawancara, 5 dokumentasi foto. Hasil tes dan nontes pada pembahasan ini dibahas secara
terpisah sebagai berikut.