Pengembangan Kurikulum. Profesionalisme Guru

96

1.3.2. Pengembangan Kurikulum.

Proses pengembangan kurikulum di SMPN 11 Tangerang pada tahun pelajaran 20052006 sebagaimana dijelaskan oleh PKS kurikulum, pada rapat dinas tanggal 16 Agustus 2005 adalah sebagai berikut : .....acuan pengembangan kurikulum ada 4 yaitu : 1 Tujuan yang akan dicapai, 2 Rencana, yaitu pengalaman belajar apa yang akan disampaikan, 3 Proses, yaitu bagaimana pengalaman tersebut dapat dilaksanakan, dan 4 Evaluasi, yaitu bagaimana cara mengevaluasi dengan baik dan benar. O.04PKS.106:24-27 Hal tersebut juga diperkuat oleh penjelasan wakil kepala sekolah I, pada saat yang sama ketika menjelaskan program sekolah, sebagai berikut: Untuk KBM dan PBM teknisnya diharapkan semua guru dapat melaksanakan 3 tahapan yaitu: perencanaan, proses dan evaluasi. Ketiga tahapan tersebut supaya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh semua guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. O.04WKS.106:07- 10 Dalam pandangan kepala sekolah bahwa langkah untuk pengembangan kurikulum, khususnya kurikulum berbasis kompetensi yang digunakan dalam proses belajar kelas VII dan kelas VIII disampaikan sebagai berikut: Pertama dengan memberikan pemahaman kepada guru-guru tentang KBK. Caranya macam-macam, antara lain mendatangkan pengawas pembina untuk memberikan penjelasan KBK, mengirim para guru mengikuti penataran dan pelatihan, juga dengan memanfaatkan guru- guru yang instruktur untuk memberikan penjelasan pada guru lain. Kedua dengan melengkapi sarana prasarananya sehingga proses belajar bisa optimal, contohnya ya ibu lihat sudah ada laboratorium bahasa dan ruang multimedia. Laboratorium komputer juga sudah punya kita sendiri. Secara bertahap kita akan benahi, mudah-mudahan menjadi lebih baik. W.17KS70:06-15 Dalam pengembangan kurikulum ini termasuk ketepatan sekolah dalam menetapkan kurikulum muatan lokalnya. Hal ini tentu diperlukan suatu 97 kecerdasan tersendiri juga kejelian dalam pemilihannya. Di SMPN 11 Tangerang memberlakukan mata pelajaran komputer dan akuntansi sebagai kurikulum muatan lokal untuk kelas III, dan mata pelajaran tata buku dan bahasa Arab untuk kelas VII dan kelas VIII. Pemilihan kurikulum muatan lokal ini dengan pertimbangan kepentingan siswa dan kondisi lingkungan, seperti yang disampaikan kepala sekolah, berikut ini : Untuk kelas III komputer dan akuntansi, sedangkan kelas VII dan VIII Bahasa Arab dan Pembukuan.....Untuk kelas III yang kurikulum 94, komputer tentu untuk jaman sekarang sangat relevan dikuasai anak-anak. Akuntansi karena ada kecenderungan anak-anak kita melanjutkannya ke SMEA, jadi bisa menjadi bekal pengetahuan untuk siswa. SMA kan akuntansi juga ada, jadi saya pikir nyambung untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk kelas VII dan VIII komputer bukan lagi mulok, tapi pelajaran wajib yaitu bidang studi TI teknologi informasi. Pilihan muloknya pembukuan, alasannya masih sama dengan akuntansi, hanya beda istilah, pada dasarnya materinya sama. Bahasa arab, pertimbangannya kan lingkungan masyarakat sini masih agamis, 99 murid kita beragama Islam, mudah-mudahan dengan bahasa arab itu membantu pemahaman siswa kita lebih dalam tentang agama Islam. W.17KS70:17-33 Penjelasan kepala sekolah dan stafPKS terkait dengan pengembangan kurikulum tersebut, ternyata dalam pelaksanaannya belum bersifat intensif, seperti yang diakui PKS kurikulum, sebagai berikut: Untuk tataran pengembangan kurikulum ini di sekolah kita memang belum intensif bu. Sebenarnya itu bisa saja dilaksanakan tetapi selalu ada kendala, dan kendala yang paling utama adalah ya pendanaan. W.15PKS.150:17-20 Hal ini mengakibatkan guru-guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan proses belajar mengajar, sehingga pelaksanaan KBK belum berjalan optimal, seperti yang dikemukakan wakil kepala sekolah II, sebagai berikut: 98 KBK belum berjalan dengan baik bu, pertama karena terbatas pada kemampuan guru itu sendiri dan kedua belum semua guru mendapat giliran ikut penataran sehingga guru sangat minim mempunyai ilmu tentang KBK itu sendiri. Akhirnya yang terjadi guru masih melaksanakan mengajar tidak jauh berbeda dengan kurikulum 94. W.12WKS.227:28- 33 Hal tersebut sejalan dengan hasil kuesioner Kbh.87D.8 yang mengambarkan masih tingginya prosentase guru yang mengalami kesulitan mengajar yaitu mencapai 72 42 guru. Kesulitan tersebut terjadi karena: a daya serap siswa yang sangat kurang, karena kualitas input yang sangat minim, b susah sekali memotivasi siswa untuk belajar, c kurangnya sarana dan prasarana, d susah untuk mengaplikasikan materi dalam kehidupan sehari-hari, e jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak manajemen kelas, f sulit membuat perangkat mengajar khususnya KBK, g alat bantumedia terbatas, h kondisi sosial ekonomi siswa rendah, i kemampuan siswa yang bervariasi.

1.4. Kegiatan Belajar Mengajar