Peranan Kepala Sekolah sebagai Supervisor

171 1 Pelaksanaan sesuai dengan program, tidak terjadi mundur dan sebagainya. 2 Rencana pelaksanaan supervisi diinformasikan secara jelas kepada guru selaku orang yang akan disupervisi. 3 Ada sosialisasi sebelum pelaksanaan kegiatan. 4 Guru dan supervisor diberikan penjelasan tentang pentingnya pelaksanaansupervisi. 5 Diberikan penjelasan kepada guru tentang alasan pendelegasian, sehingga guru dapat menerima supervisor dengan baik. 6 Ada koordinasi secara baik antara supervisor dengan guru. 7 Tim penilai supervisor yang berkompeten dan obyektif. 8 Didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.

1.3. Peranan Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Pelaksanaan supervisi di SMPN 11 Tangerang didelegasikan kepada para Pembantu Kepala Sekolah PKS yang tergabung dalam tim supervisor. Oleh karena itu peran kepala sekolah sebagai supervisor sebagian beralih kepada tim supervisor. Rifai 1982 menyatakan bahwa peranan kepala sekolah sebagai supervisor adalah dalam tiga hal, yaitu: 1 Supervisor sebagai pemimpin. 2 Supervisor sebagai evaluator. 3 Supervisor sebagai konsultan pembantupelayan. Sebagai pemimpin, supervisor harus mampu mempengaruhi yang dipimpinnya. Keberhasilan supervisor dalam membantu yang dipimpinnya sangat diperlukan suatu komunikasi yang baik. Kepala SMPN 11 Tangerang kurang 172 memiliki komunikasi yang baik, ini terlihat dari: a tidak ada pengarahan kepala sekolah secara teknis kepada tim supervisor, b tidak ada koordinasi antara kepala sekolah dengan tim supervisor, c kurangnya komunikasi kepala sekolah dengan guru, dan d mengkoordinir guru-guru yang satu bidang studi juga belum dilakukan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kepala SMPN 11 Tangerang belum bisa berperan sebagai ”supervisor sebagai pemimpin”. Hal ini dikarenakan kepala sekolah telah mendelegasikan kegiatan supervisi ini kepada tim supervisor, sehingga semuanya dipercayakan kepada tim tersebut. Sedangkan tim supervisor sendiri kelihatan ragu-ragu dalam melaksanakan supervisi karena tidak ada pengarahan dari kepala sekolah, sehingga perannya sebagai seorang pemimpin juga belum dapat dilaksanakan dengan baik. Sebagai evaluator, supervisor harus mampu mengevaluasi sampai dimana program supervisi berhasil. Peran supervisor sebagai evaluator mencangkup tiga hal yaitu: evaluasi hasil, evaluasi proses dan evaluasi pelaksanaannya. - Evaluasi hasil, adalah usaha supervisor untuk meningkatkan situasi belajar mengajar dan sasarannya adalah siswa. - Evaluasi proses, adalah usaha supervisor untuk membantu guru meningkatkan cara mengajarnya. - Evaluasi pelaksanaannya, adalah mengevaluasi diri sendiri sebagai supervisor sudah sampai dimana dalam melaksanakan peranannya sebagai supervisor. 1. Untuk evaluasi hasil, kepala SMPN 11 Tangerang telah berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Yang dilakukannya antara lain dengan 173 meningkatkan kedisiplinan, dan melaksanakan pendalaman materi PM khusus kelas III. Semua itu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Untuk evaluasi proses, kepala SMPN 11 Tangerang belum melakukannya karena tidak memberikan bimbingan dan pembinaan serta membantu guru dalam meningkatkan cara mengajarnya. Hal ini karena kepala sekolah kurang menguasai tentang kurikulum terutama KBK. Oleh karena itu kegiatan supervisipun didelegasikan kepada tim supervisor. Namun tim supervisor sendiri dalam melaksanakan supervisi juga tidak melakukan evaluasi proses untuk memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap guru dalam meningkatkan cara mengajarnya. Hal ini karena, pertama pendelegasian ini kurang diterima oleh sebagian besar guru, kedua karena tim supervisor adalah sama-sama guru sehingga secara psikhologis ada perasaan kurang nyamansungkan dalam memberikan bimbingan, dan ketiga secara materi supervisor sendiri mengakui kurang memahami tentang kurikulum 2004 KBK tersebut. 3. Untuk evaluasi pelaksanan, kepala SMPN 11 Tangerang belum dapat melakukannya dengan baik. Sampai pada akhir pelaksanaan supervisi, belum pernah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan supervisi oleh kepala sekolah. Hal itu terjadi karena kepala sekolah belum memposisikan supervisi ini sebagai kegiatan yang harus mendapat perhatian. Kepala sekolah melaksanakan supervisi baru sebatas kelengakapan administrasi kepala sekolah itu sendiri, yang artinya bahwa kepala sekolah yang penting telah melaksanakan kegiatan supervisi, itu saja. Jadi boleh dikatakan bahwa 174 pelaksanaan supervisi tersebut hanya formalitas saja. Hal ini senada dengan pendapat 62 guru yang menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi ini adalah biasa saja. Kepala sekolah sebagai konsultan maka ia harus dapat berperan sebagai pembantupelayan, yang artinya mampu memberikan bimbingan, pembinaan dan membantu guru jika mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya yaitu mengajar. Hal ini belum bisa dilaksanakan kepala SMPN 11 Tangerang karena, diakuinya bahwa ia belum menguasai sepenuhnya tentang kurikulum baru KBK, akibatnya: - Kepala sekolah belum bisa memberikan pelayanan yang baik berupa bimbingan dan pembinaan untuk membantu guru dalam kaitannya dengan pengajaran. - Guru yang mengalami kesulitan dalam mengajar, masih banyak 91 yang bertanya kepada sesama guru dan bukan kepada kepala sekolah. - Di akhir pelaksanaan supervisi, kepala sekolah juga tidak melakukan sesuatu yang sifatnya memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap guru. Misalnya: apa hasil dari supervisi, dimana letak kekurangankelebihan guru, bagaimana solusi pemecahannya dan sebagainya, yang akhirnya dari semua itu dijadikan dasar untuk memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap guru.

1.4. Peranan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Staf dan Kurikulum