142
melanjutkan ke S2 dan d hampir semua guru lulusan sarjana dan mengajar sesuai bidang studinya.
2.3. Kegiatan Belajar Mengajar dan Hasil Belajar Siswa
Karena jumlah siswa yang begitu banyak, sementara kelas yang ada tidak mencukupi untuk belajar bersama di pagi hari, maka SMPN 11 Tangerang
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan dua shift yaitu pagi dan siang. Berkaitan dengan kebijakan kepala sekolah tentang ”kedisiplinan” maka dapat
dikatakan bahwa KBM pagi sudah berjalan dengan baik. Kedisiplinan nampak dalam suasana KBM. Dari hasil observasi, tercatat bahwa setiap pagi bel masuk
adalah pukul 06.55. Pada saat itu pula pintu gerbang mulai ditutup dan disisakan pintu kecil yang masih terbuka kira-kira selebar 1 meter. Waktu 5 menit
digunakan oleh siswa untuk berdoa dan persiapan dalam menerima pelajaran, sehingga tepat pukul 07.00 pembelajaran bisa dimulai. Tepat pukul 07.00 pintu
gerbang sudah tertutup semua. Jika ada siswa yang terlambat ia tidak diijinkan langsung masuk kelas. Siswa yang terlambat, baru boleh masuk kelas pada jam
ke 2 setelah melalui proses sangsi yang harus ia jalani. Sangsi tersebut antara lain berlari keliling lapangan, skotjam sampai pada membersihkan tempatruang yang
terlihat kotor. Setelah itu siswa mendapat semacam wejangannasehat-nasehat dari petugas dalam hal ini adalah PKS bidang kesiswaan. Sebagaimana yang dikatakan
pembantu kepala sekolah PKS bidang kesiswaan antara lain bahwa sangsi ini dilakukan semata-mata untuk memberikan pelajaran bagi siswa supaya tidak
terlambat lagi. Untuk KBM pagi, sering terjadi siswa yang terlambat. Hal ini
143
dikarenakan kondisi perjalanan ke sekolah yang memang bisa dimaklumi. Pertama, kalau pagi kesulitan mobil angkutan yang bisa mengantar ke sekolah,
kalau ada juga harus berebut atau menungu angkutan berikutnya yang kadang lama. Kedua, banyak siswa yang harus berjalan dari rumah ke sekolah karena
memang tidak ada jalur angkot sehingga harus naek ojek, sedangkan untuk naek ojek ongkosnya relatif mahal.
Untuk KBM siang, bel masuk pukul 12.30. Tidak ada penutupan pintu gerbang setelah bel masuk karena menurut petugas keamanan harus menunggu
siswa SMA yang masuknya pukul 13.00 yang kebetulan sekolahnya masih bergabung di SMPN 11 Tangerang. Waktu bel masuk itu proses pembelajaran
tidak bisa tepat dimulai, karena tenggang waktu 10 menit tidak cukup untuk mempersiapkan kelas supaya bersih dan siap dipakai kembali untuk belajar. Ini
dikarenakan siswa harus meyapu dan membersihkan kelas lebih dahulu. Disamping itu ada guru yang mengajar pagi kemudian menyambung mengajar
siang, maka ia harus sholat, makan dan sebagainya, sehingga pada saat bel masuk guru tersebut tidak bisa tepat waktu. Seharusnya guru yang mengajar pagi dan
melanjutkan mengajar siang itu tidak dipasang untuk mengajar jam pertama sehingga guru mempunyai kesempatan untuk istirahat, makan juga sholat.
Waktu istirahat juga menjadi penyebab ketidak-disiplinan KBM siang. Ini karena waktu istirahat hanya 20 menit, sedangkan waktunya bersamaan dengan
sholat ’ashar sehingga siswa harus melaksanakan sholat juga. Karena masjid kecil sehingga tidak bisa menampung siswa untuk sholat bersama, oleh karena itu
144
sholatnyapun bergantian. Hal ini membuat bel masuk kelas menjadi terlambat, seperti yang dikatakan wakil kepala sekolah II siang sebagai berikut:
Untuk kelas pagi KBM sudah baik, tetapi untuk kelas siang KBM belum baik. Kendalanya terutama pada saat jam setelah istirahat, karena terbentur
dengan sholat ’ashar sehingga jam masuk setelah istirahat agak semrawut. W.12WKS.228:14-17
Tetapi untuk kelas siang hampir tidak ada siswa yang terlambat. Ini
dikarenakan waktu cukup leluasa bagi siswa untuk mempersiapkan diri dari rumah sehingga mereka dapat lebih awal berangkat ke sekolah, sedangkan untuk
sholat dhuhur mereka melaksanakannya di sekolah. Disamping itu kondisi perjalanan kalau siang tidak berebut angkutan, sehingga siswa bisa segera sampai
ke sekolah. Ditambah lagi karena mereka masih kelas VII kelas 1, sehingga secara psikologis mereka ada perasaan takut terlambat.
Jika dibandingkan dengan KBM pagi, maka KBM pagi lebih baik dari KBM siang. Ini dikarenakan faktor kondisi saja. Disamping itu KBM siang
bersamaan dengan SMA yang waktu belajarnya jelas berbeda. Sebagai contoh saat SMP belajar di kelas, SMA waktunya istirahat. Bel pergantian jam juga
berbeda. Hal ini memang seharusnya ada koordinasi yang baik antara SMP dan SMA supaya dapat ditemukan suatu kondisi yang bisa saling mendukung
sehingga proses pembelajaran antara keduanya dapat berjalan dengan baik. Situasi belajar mengajar berkaitan erat dengan hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa di SMPN 11 tangerang masih sangat jauh dari yang diharapkan. Sekolah sudah berusaha untuk meningkatkan kualitas siswa ini dengan berbagai
cara. Sebagai contoh, sekolah mengadakan penambahan belajar jam ke nol khusus kelas III dengan istilah baru yaitu pendalaman materi PM yang dimuali pukul
145
06.00-06.45. Disamping itu sekolah juga menetapkan untuk melaksanakan supervisi kelas yang tujuannya adalah untuk membantu guru dalam tugasnya yaitu
mengajar. Namun upaya tersebut belum berdampak secara segnifikan terhadap peningkatan mutukualitas hasil belajar siswa. Sebarusnya dengan supervisi dapat
mengubah guru menjadi lebih baik dalam mengajar. Dari cara mengajar guru yang baik terjadi suatu proses pembelajaran yang baik pula, dan tentu dari sini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Memang secara keseluruhan pelaksanaan supervisi di SMPN 11
Tangerang belum dapat berjalan dengan baik, karena memang belum tertangani secara maksimal sehingga tujuan supervisi untuk memperbaiki cara mengajar
guru itu sendiri belum mengena. Dampaknya adalah tujuan inti dari supervisi yaitu hasil belajar siswa yang baik juga belum dapat tercapai. Hal ini dapat dilihat
dari hasil ulangan umum semester ganjil tahun 20052006 yang nilai rata-rata kelasnya masih banyak dibawah 6.00.
2.4. Supervisi Kepala Sekolah 2.4.1. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Supervisi