Model Supervisi di SMPN 11 Tangerang

156 21 guru, meskipun 10 6 guru berpendapat kurang baik. Hal itu disebabkan bahwa pemilihan kurikulum muatan lokal yang sudah disesuaikan dengan lingkungan sekolah, kebutuhan masyarakat, sehingga diharapkan dapat sebagai bekal siswa dalam menunjang dan membantu keahlian siswa, dapat menambah wawasan siswa, dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa di masyarakat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan, peranan kepala sekolah pada perencanaan pengembangan kurikulum sudah dapat dijalankan dengan baik, meskipun dalam proses perlu upaya peningkatan yang cukup signifikan mengingat kepala sekolah belum mampu berperan sebagai konselor.

2.5. Model Supervisi di SMPN 11 Tangerang

Model supervisi adalah suatu pola atau acuan dari supervisi yang ditetapkan. Ada empat macam model pengembangan supervisi menurut Sahertian 2000, yaitu model konvensional, model supervisi ilmiah, model supervisi klinis, dan model supervisi artistik. Berdasarkan pengertian model-model supervisi tersebut model supervisi yang dilakukan di SMPN 11 Tangerang adalah model supervisi ilmiah, karena memiliki ciri-ciri berikut ini: 1 dilaksanakan secara berencana, 2 sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, 3 menggunakan instrumen pengumpulan data, dan 4 ada data obyektif yang diperoleh dari kenyataan nyata. Untuk memperoleh data obyektif dari proses pelaksanaan supervisi kelas, tim supervisor menetapkan indikator atau aspek-aspek yang dinilai dalam 157 supervisi. Prinsip dasar penilaian yang digunakan seperti yang tercantum dalam program supervisi adalah: 1. Obyektif Supervisi kelas merupakan kegiatan penilaian tentang kinerja yang dilakukan oleh guru. Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang terkait dengan kinerja diperiksa untuk memperoleh informasi tentang keberadaannya. Agar hasil penilaian dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan maka dalam prosesnya digunakan indikator-indikator yang dikaitkan dengan kriteria-kriteria yang diinginkan sebagai dasar dalam melakukan penilaian. 2. Efektif Dalam pelaksanaan supervisi kelas, hasil yang diperoleh harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam rangka melakukan perencanaan atau peningkatan kualitas dalam upaya peningkatan kinerja guru. 3. Komprehensif Pelaksanaan supervisi kelas fokus penilaiannya menyeluruh pada seluruh aspek kegiatan belajar mengajar dan hal-hal yang mendukung kegiatan belajar mengajar, sehingga hasil yang diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kinerja guru Dokumen Program Kerja Tim Supervisor SMPN 11 Tangerang 2005. 158 Pendekatan supervisi menurut Sahertian 2000 ada tiga macam yaitu, pendekatan direktif, pendekatan non direktif, dan pendekatan kolaboratif. Pelaksanaan supervisi di SMPN 11 Tangerang dilakukan dengan menggunakan pendekatan direktif, karena tim supervisor sebagai pelaksana supervisi kelas dianggap mengetahui banyak hal dan diharapkan mampu memberikan arahan perbaikan pengajaran secara langsung, yaitu menetapkan standar perbaikan, penggunaan sarana pengajaran, dan berbagai tuntunan yang harus diikuti oleh guru. Teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru teknik individual, dan teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang teknik kelompok. Teknik supervisi yang dilakukan di SMPN 11 Tangerang adalah teknik individual, karena supervisi kelas yang dilakukan dalam bentuk a kunjungan kelas, yaitu kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas, untuk memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar, b observasi kelas, melalui kunjungan kelas, kepala sekolah atau supervisor dapat mengobservasimengamati situasi belajar-mengajar yang sebenarnya secara rinci. Dalam pelaksanaan supervisi kelas di SMPN 11 Tangerang dapat digambarkan seperti alur dan skema sebagaimana gambar 10 berikut: 159 Gambar 10 Alur Pelaksanaan Supervisi Kelas SMPN 11 Tangerang Tahun 20052006 Berdasarkan skema pada gambar 10 tersebut dapat disimpulkan bahwa wewenang kepala sekolah sebagai supervisor peran dan tugasnya didelegasikan kepada tim supervisor. Tim supervisor membuat program kerja supervisi kelas, yang selanjutnya berdasarkan acuan program kerja tersebut ditetapkan standar penilaian atau indikator penilaian supervisi kelas. Mengacu dari indikator tersebut dilaksanakan supervisi kelas oleh tim supervisor, sehingga diperoleh hasil penilaian supervisi kelas terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar. Dari hasil supervisi ini dapat dilakukan evaluasi terhadap kinerja guru oleh tim Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Tim Supervisor Program Supervisi Penetapan Standar Indikator Supervisi Pelaksanan Supervisi Hasil Supervisi Evaluasi Supervisi Evaluasi supervisor 160 supervisor atau oleh kepala sekolah secara langsung. Dari hasil evaluasi supervisi ini juga dapat dilakukan evaluasi terhadap tim supervisor oleh kepala sekolah. Mengacu dari hasil evaluasi supervisi tim supervisor, kepala sekolah dapat menentukan kembali kebijakannya tentang supervisi kelas tersebut. 2.6. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Supervisi Setiap kegiatan tentu diharapkan ada hasil yang maksimal. Begitu juga untuk kegiatan supervisi di SMPN 11 Tangerang ini. Tujuan dari supervisi adalah memberikan pembinaan dan bimbingan terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu mengajar. Harapan yang lebih jauh lagi yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sedang yang terjadi di SMPN 11 Tangerang dalam kegiatan supervisinya adalah belum berhasil dengan baik, yang artinya proses pembinaan terhadap guru tidak berjalan secara baik pula. Dampak dari semua itu maka proses belajar mengajar kurang maksimal dan akibat selanjutnya adalah hasil belajar siswapun menjadi tidak memuaskan. Tentu hal ini ada faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor penghambat dan faktor pendorong. Faktor penghambat adalah faktor yang membuat pelaksanaan supervisi ini tidak berjalan dengan baik. Hasil data menunjukkan bahwa faktor penghambat pelaksanaan supervisi di SMPN 11 Tangerang antara lain adalah: kalender pendidikan yang terlambat datang, secara adminitratif guru belum siap, guru belum memahami KBK secara baik, supervisor yang tidak profesional, pendelegasian secara total oleh kepala sekolah, dan lain-lain. Dari beberapa faktor penghambat tersebut, hal yang paling menonjol yang mempengaruhi pelaksanaan supervisi di SMPN 11 Tangerang adalah keberadaan supervisor. Artinya guru 161 menharapkan sekali bahwa supervisor adalah orang yang profesional. Memang ini masih ditanggapi secara beragam, ada yang setuju dan ada yang tidak. Bagi yang setuju tidak menjadi masalah karena siapapun supervisornya yang penting supervisi berjalan. Tetapi bagi yang tidak setuju, jelas ini merupakan faktor yang membuat tidak antusias dalam menyambut pelaksanaan supervisi. Seperti yang dikatakan bapak Agustri wakil kepala sekolah bahwa guru-guru yang kontra itu mengatakan: “Bagusan mana nanti dalam mengajar, supervisor atau yang disupervisi?”. Hal ini didukung dengan pendapat guru seperti yang dikatakannya sebagai berikut: Saya pikir kucinya tetap pada kepala sekolahsupervisor. Karena kalau kepala sekolah atau supervisor itu profesional maka saya yakin guru-guru akan antusias. Jadi jangan sampai guru itu merasa ragu dengan kemampuan supervisor. Kalau kita sudah merasa ragu dengan supervisornya ya sudah, kita lantas tidak ada motivasi untuk menyambut supervisi ini dengan baik W.16G.357:44-49. Kalau diperhatikan pada hasil evaluasi supervisi, harapan guru tentang adanya supervisor yang profesional adalah benar adanya. Ketidak mampuan supervisor berdampak pada proses pembinaan dan pembimbingan terhadap guru yang selesai disupervisi. Sesungguhnya guru sangat mengharapkan hal itu, namun yang terjadi tidak ada satu supervisorpun yang melakukan pembinaan itu. Padahal tujuan dari supervisi adalah pembinaan dan pembimbingan kepada guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu mengajar. Ini akibat juga dari tugas supervisor yang mensupervisi lebih dari satu mata pelajaran, berarti supervisor mensupervisi juga mata pelajaran yang bukan bidangnya. Oleh karena itu secara materi supervisor tidak menguasai, seperti yang diakui oleh bapak Mudakim PKS Kesiswaan sebagai anggota tim supervisor juga yang mengatakan bahwa: 162 Sebetulnya di sini ada satu...ya katakanlah satu ganjalan buat saya, karena saya dapat tugas mensupervisi bidang studi Agama sedangkan latar belakang saya adalah Bahasa Indonesia. Jadi ada sedikit kendala sebetulnya, tetapi karena ini tugas akhirnya saya hanya sebatas acuannya saja., apakah yang dipakai kurikulum 2004 atau 94...W.13PKS.234:29-33 Namun faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut seharusnya dapat diminimalisir jika kegiatan ini direncanakan dengan baik, dan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Tentu hal ini harus dibicarakan secara bersama dan melibatkan orang-orang yang berkepentingan, dalam hal ini adalah termasuk guru. Seharusnya sebelum pelaksanaan, guru maupun supervisor harus diberikan suatu penjelasan, mengapa harus didelegasikan, mengapa stafPKS yang menjadi supervisor, apa yang harus dipersiapkan, bagaimana teknis pelaksanaannya dan sebagainya. Diharapkan dari penjelasan tersebut secara psikis guru dan supervisor siap melaksanakan supervisi dengan baik, dan tentu kepala sekolah harus tetap memantau pelaksanaannya untuk memberikan motivasi. Untuk faktor pendorong tentunya berhubungsn erat dengan faktor penghambat. Jika semua faktor penghambat sudah diperbaiki dan dipenuhi kekurangan-kekurangannya, secara otomatis itu akan menjadikan sebagai faktor pendorong. Namun yang diharapkan oleh guru-guru adalah perencanaan supervisi ini harus dipersiapkan secara baik, selanjutnya informasi terhadap guru juga harus jelas. Kemudian perlu disosialisasikan agar semua memiliki gambaranpersepsi yang sama tentang pelaksanaan supervisi ini, dan akhirnya sumua dapat melaksanakan kegiatan supervisi tersebut secara baik pula.

2.7. Supervisi yang Diharapkan