Peranan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Staf dan Kurikulum Model Supervisi di SMPN 11 Tangerang

174 pelaksanaan supervisi tersebut hanya formalitas saja. Hal ini senada dengan pendapat 62 guru yang menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi ini adalah biasa saja. Kepala sekolah sebagai konsultan maka ia harus dapat berperan sebagai pembantupelayan, yang artinya mampu memberikan bimbingan, pembinaan dan membantu guru jika mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya yaitu mengajar. Hal ini belum bisa dilaksanakan kepala SMPN 11 Tangerang karena, diakuinya bahwa ia belum menguasai sepenuhnya tentang kurikulum baru KBK, akibatnya: - Kepala sekolah belum bisa memberikan pelayanan yang baik berupa bimbingan dan pembinaan untuk membantu guru dalam kaitannya dengan pengajaran. - Guru yang mengalami kesulitan dalam mengajar, masih banyak 91 yang bertanya kepada sesama guru dan bukan kepada kepala sekolah. - Di akhir pelaksanaan supervisi, kepala sekolah juga tidak melakukan sesuatu yang sifatnya memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap guru. Misalnya: apa hasil dari supervisi, dimana letak kekurangankelebihan guru, bagaimana solusi pemecahannya dan sebagainya, yang akhirnya dari semua itu dijadikan dasar untuk memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap guru.

1.4. Peranan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Staf dan Kurikulum

Hasil penilaian supervisi kelas berdasarkan indikator –indikator penilaian yang telah ditetapkan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi 175 pembelajaran, secara umum performance guru di SMPN 11 Tangerang bernilai baik. Hal ini berarti bahwa proses pengembangan kurikulum telah berjalan sesuai dengan indikator pengembangan kurikulum. Peranan kepala sekolah pada perencanaan pengembangan kurikulum berdasarkan hasil evaluasi supervisi berarti sudah dapat dijalankan dengan baik, meskipun dalam prosespelaksanaan belum dapat dilakukan secara baik dan perlu upaya peningkatan yang cukup signifikan mengingat kepala sekolah belum mampu berperan sebagai konsultan. Hal ini ditandai dengan: - Rendahnya prosentase guru 9 yang menempatkan kepala sekolah sebagai tempat bertanya bagi guru yang mengalami kesulitan mengajar, - Tingginya prosentase guru 55 yang merasa bahwa kepala sekolah tidak pernah memberikan motivasi kepada guru. - Tingginya prosentase guru 72 yang mengalami kesulitan dalam mengajar dan membuat perangkat mengajar, khususnya KBK. Pengembangan staf dan kurikulum merupakan suatu hal yang saling berkaitan, dan keduanya erat hubungannya dengan pengembangan pengajaran. Oleh karena itu pengembangan staf, pengembangan kurikulum dan pengembangan pengajaran saling berhubungan dan ketiganya merupakan daerah sasaran yang menjadi perhatian dari supervisi itu sendiri.

1.5. Model Supervisi di SMPN 11 Tangerang

Berdasarkan hasil penelitian dan dengan memperhatikan proses kegiatan supervisi programnya, pelaksanaannya dan evaluasinya, maka model supervisi yang dilakukan di SMPN 11 Tangerang adalah mendekati model supervisi ilmiah 176 yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini: 1 dilaksanakan secara berencana tetapi belum kontinu, 2 sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, 3 menggunakan instrumen pengumpulan data, dan 4 ada data obyektif yang diperoleh dari kenyataan nyata. Pelaksanaan supervisi di SMPN 11 Tangerang dilakukan dengan menggunakan pendekatan direktif, karena tim supervisor sebagai pelaksana supervisi kelas dianggap oleh kepala sekolah mengetahui banyak hal dan diharapkan mampu memberikan arahan perbaikan pengajaran secara langsung, yaitu menetapkan standar perbaikan, penggunaan sarana pengajaran, dan berbagai tuntunan yang harus diikuti oleh guru. Teknik supervisi yang dilakukan di SMPN 11 Tangerang adalah teknik individual, karena supervisi kelas yang dilakukan dalam bentuk a kunjungan kelas, yaitu kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas, untuk memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar, b observasi kelas, melalui kunjungan kelas, kepala sekolah atau supervisor dapat mengobservasimengamati situasi belajar-mengajar yang sebenarnya secara rinci. Namun ada yang belum dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor adalah ”percakapan pribadi”, yaitu percakapan antara supervisor dengan guru secara pribadi untuk membicarakan atau memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh guru yang berhubungan dengan pengajaran. 177

1.6. Supervisi yang diharapkan Guru