28
kemampuannya dan akan timbul motivasi untuk memperbaiki diri sendiri. Itulah sebabnya perlu supervisi klinis.
4 Model Supervisi Artistik Mengajar adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat
art. Sejalan dengan tugas mengajar, supervisi juga merupakan tugas mendidik, sehingga dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu
pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat. Supervisi itu adalah suatu pekerjaan yang menyangkut pekerjaan orang lain, maka unsur utama
dalam hubungan kerjanya adalah suatu mata rantai hubungan kemanusiaan. Supervisor yang menggunakan model artistik ini akan menjadikan relasi
dengan guru-guru yang dibimbingnya sedemikian baik sehingga guru merasa diterima dan mempunyai perasaan aman serta dorongan positif untuk bisa
lebih maju, oleh karena itu supervisor harus mempunyai senikiat untuk menjalankan kegiatannya.
1.2.5. Pendekatan Supervisi
Pendekatan supervisi menurut Sahertian 2000:34 ada tiga macam yaitu, pendekatan direktif, pendekatan non-direktif, dan pendekatan kolaboratif.
1 Pendekatan direktif, adalah cara pendekatan terhadap masalah secara langsung, artinya supervisor memberikan arahan perbaikan pengajaran secara
langsung, yaitu dengan menetapkan standar perbaikan, penggunaan sarana pengajaran, dan berbagai tuntunan yang harus diikuti oleh guru. Pendekatan
ini menganggap bahwa supervisorlah yang mengetahui banyak hal.
29
2 Pendekatan non-direktif, adalah cara pendekatan terhadap masalah secara tidak langsung, artinya tugas supervisor pada pendekatan ini adalah
mendengarkan dan memperhatikan secara cermat masalah-masalah yang dikemukakan oleh guru-guru. Selanjutnya supervisor mendorong guru tersebut
untuk memecahkan permasahan yang dihadapi atau inisiatif yang dipikirkannya dalam rangka meningkatkan pengajarannya.
3 Pendekatan kolaboratif, adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif. Dalam pendekatan ini antara guru dan
supervisor secara bersama-sama dan bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah
yang dihadapi oleh guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah, yaitu dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Pemilihan pendekatan yang tepat pada supervisi akan memberi kemudahan bagi kepala sekolah untuk mengaplikasikan dalam pelaksanaan fungsi supervisi,
sehingga tujuan untuk membantu guru dalam meningkatkan kemampuan mengajarnya dapat tercapai secara efektif. Untuk pendekatan dalam penerapan
supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis, artinya suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat tergantung pada prototipe
guru. Pendapat Glikman seperti dikutip Sahertian 2000:44 telah memilah-milah guru dalam empat prototipe. Setiap guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu
berfikir abstrak dan komitmen kepedulian seperti diilustrasikan dalam gambar 2 berikut.
30
Abstrak A
Tukang kritik Profesional
II I A+, K- A+, K+
Komitmen K IV III
A-, K- A-, K+
Tidak bermutu Terlalu sibuk
Gambar 2 Prototipe Guru Menurut Glickman
Sumber: Sahertian 2000:45 Dengan memperhatikan gambar 2 tersebut di atas, dapat digambarkan ke
empat prototipe guru tersebut sebagai berikut: 1 Pada sisi I daya abstrak tinggi A+ dan komitmen tinggi K+. Guru yang
seperti ini disebut guru yang profesional. 2 Pada sisi II daya abstrak tinggi A+, tetapi komitmen rendah K-. Guru yang
seperti ini termasuk guru yang tukang kritik. 3 Pada sisi III daya abstrak rendah A-, tetapi komitmen tinggi K+. Guru yang
seperti ini disebut guru yang terlalu sibuk. 4 Pada sisi IV daya abstrak rendah A- dan komitmen juga rendah K-. Guru
yang seperti ini termasuk kelompok guru yang tidak bermutu. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan
pembinaan guru perlu diperhatikan tingkat berpikir abstrak dan komitmen yang dimiliki oleh guru tersebut. Setiap guru mempunyai kompetensi yaitu tingkat
31
berpikir abstrak, kreatif, dan imajinatif. Adapun komitmen adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk merasa terlibat aktif dan penuh rasa tanggung-jawab.
Dari gambaran perbedaan prototipe guru tersebut, Sahertian 2000:45-46 mengungkapkan tentang pemilihan pendekatan dan perilaku supervisor sebagai
berikut: 1 Untuk guru profesional, pendekatan yang digunakan adalah ”non-direktif”.
Perilaku supervisor yang dapat dilakukan adalah: 1 mendengarkan, 2 memberanikan, 3 menjelaskan, 4 menyajikan, 5 memecahkan
masalah. Sedangkan teknik yang diterapkan adalah dialog dan mendengarkan aktif.
2 Untuk guru tukang kritik dan terlalu sibuk, pendekatan yang digunakan adalah ”kolaboratif”. Perilaku supervisi yang dapat dilakukan adalah: 1 menyajikan,
2 menjelaskan, 3 mendengarkan, 4 memecahkan masalah, 5 negosiasi. Sedangkan teknik yang digunakan adalah percakapan pribadi, dialog, dan
menjelaskan. 3 Untuk guru yang tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah
”direktif”. Perilaku supervisi yang dilakukan dengan cara: 1 menjelaskan, 2 menyajikan, 3 mengarahkan, 4 memberi contoh, 5 menetapkan tolok
ukur, dan 6 menguatkan.
1.2.6. Teknik Supervisi