Pengembangan Staf Profesionalisme Guru

91

1.3.1. Pengembangan Staf

Di depan telah disebutkan bahwa pengembangan staf merupakan bidang yang penting dalam supervisi, karena pengembangan staf merupakan pelayanan untuk membantu meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar. Di SMPN 11 Tangerang, kegiatan pengembangan staf ini telah dicantumkan dalam program Renstra Rencana Strategis sekolah. Lebih tepatnya pengembangan staf ini menjadi salah satu tujuan sekolah seperti yang termuat dalam dokumen sekolah D.01PKS.172 yang tertulis bahwa ada 30 tujuan sekolah, antara lain: • Sekolah memiliki guru yang profesional dengan kualifikasi S1 dan Akta sesuai dengan bidang keahliannya. • Sekolah memiliki pendidik yang profesional dan inovatif dalam mengembangkan kemampuan pengelolaan proses pembelajaran. Dengan memperhatikan Visi, Misi dan tujuan sekolah, maka muncullah program-program pokok yang perlu mendapatkan prioritas. Program tersebut antara lain adalah: • Pengembangan kompetensi profesionalisme guru • Pengembangan pendidikan guru Untuk mencapai tujuan sekolah dan juga untuk menunjang berjalannya program prioritas tersebut, maka sekolahpun menentukan strategi pelaksanaannya. Strategi tersebut seperti yang tercantum dalam dokumen D.01PKS.173 antara lain adalah: 92 • Pengembangan kompetensi profesionalisme guru kerja sama dengan LPMP, Dinas Pendidikan Propinsi dalam rangka mencapai standar guru yang profesional dan berkualitas. • Pengembangan pendidikan guru, penyetaraan dan peningkatan kualifikasi guru untuk mewujudkan tenaga pendidikan yang profesional dan berkualitas. Pengembangan staf dilakukan oleh kepala SMPN 11 Tangerang dengan alasan kemampuan guru dalam mengajar yang berbeda dan dengan tujuan memberikan pembinaan atau bimbingan untuk meningkatkan profesionalisme guru, maka kepala sekolah melakukan beberapa langkah seperti yang dikatakannya, sebagai berikut: Ada beberapa langkah yang saya lakukan. Pertama tentu dilakukan pembinaan secara umum, baik oleh unsur luar seperti pengawas pembina atau dari dalam seperti arahan kepala sekolah pada tiap-tiap rapat dinas, dari PKS Kurikulum, atau penjelasan teknis dari guru yang instruktur. Kita kan punya dua orang instruktur guru tingkat propinsi, bu. Pak Taani dan Bu Utari. Kedua tentu bisa dilakukan dengan mengadakan semacam MGMP tingkat sekolah, dari sini guru sesama jenis bidang studi kan bisa sharing. Ketiga ya dengan mengirim guru-guru untuk mengikuti pelatihan- pelatihan atau penataran-penataran, baik yang diadakan oleh MGMP Kota, Dinas Pendidikan Kota maupun oleh Dinas Pendidikan Propinsi. Dari kegiatan-kegiatan itu saya berharap, kompetensi guru juga semakin baik, mudah-mudahan ya semakin profesional. W.17KS68:33-45 Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pengembangan staf yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah: a pengarahan dari pengawas pembina atau kepala sekolah pada saat rapat dinas di sekolah, b pengarahanpenjelasan secara teknis tentang pengajaran oleh PKS kurikulum juga guru instruktur pada saat rapat dinas tersebut, c mengadakan MGMP tingkat sekolah dan d mengirim guru untuk mengikuti pelatihan dan penataran. 93 Pengarahan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebenarnya adalah pengarahan secara umum yang menyangkut tentang kegiatan-kegiatan sekolah. Sedangkan untuk pengarah secara ketnis yang berhubungan dengan pengembangan staf banyak diberikan oleh PKS Kurikulum maupun wakil kepala sekolah. MGMP tingkat sekolah sendiri belum dapat dilaksanakan, bahkan belum dibentuk sama sekali. Hal ini dikarenakan kepala sekolah belum membicarakan masalah ini, sedangkan para PKS khususnya PKS kurikulum sendiri tidak berani mengambil langkah mendahului. Ada faktor yang sangat penting untuk menunjang terlaksananya MGMP, tetapi faktor tersebut dirasakan sangat sulit keberadaannya, yaitu masalah fasilitas seperti yang dikatakan oleh PKS Kurikulum sebagai berikut: Kelihatannya sulit bu untuk membentuk MGMP sekolah. Dalam artian kalau hanya sebatas dibentuk koordinator ya gampang. Kemudian yang kedua, bagaimana mengkondisikan teman-teman katakanlah yang satu bidang studi untuk diskusi bareng itu kan harus difasilitasi. Nah sulitnya itu ya memfasilitasi itu. W.15?PKS.150:38-42. Seperti yang telah disebutkan bahwa sekolah memiliki tenaga instruktur baik tingkat kota maupun propinsi, namun tenaga tersebut oleh kepala sekolah belum diberdayakan secara optimal. Seharusnya tenaga tersebut dapat diberdayakan untuk membantu tugas kepala sekolah dalam mengembangkan staf. Tentu hal ini harus dikondisikan secara baik, terjadual dan kontinu. Sementara ini tenaga instruktur hanya dikondisikan ikut memberikan pengarahan pada saat rapat dinas saja yang dikatakan oleh tenaga instruktur tersebut sesungguhnya kurang optimal seperti pernyataannya sebagai berikut: Ya meminta pernah tetapi hanya moment tertentu saja, misalnya pada saat rapat dinas yang waktunya mungkin tidak seleluasa kalau memang khusus 94 diadakan tersendiri begitu. Ya memang nggak begitu fokus untuk hal itu W.15PKS.150:31-34 Selanjutnya dikatakan juga oleh PKS Kurikulum: ......Misalnya begini, bu Tari itu kan istruktur, instruktur propinsi lagi tetapi tidak diberdayakan untuk memberikan pengarahan kepada teman- teman......., la saya ini juga instruktur sudah satu tahun lebih tetapi juga kurang dimanfaatkan. Artinya pengkondisian dari pihak pimpinan untuk mengkondisikan kita agar secara periodik dapat belajar bareng dengan teman-teman itu belum. W.15PKS.150:22-29. Hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh wakil kepala sekolah II, sebagai berikut: ....... Tetapi menurut pendapat saya, di sekolah ini kan sudah memiliki 2 tenaga tutor KBK bahkan tingkat propinsi, nah itu mestinya diberdayakan, misalnya dengan mengadakan pertemuan khusus di sekolah ini. Walaupun beliau tutor untuk satu mata pelajaran tertentu, tetapi kan bisa disampaikan secara garis besarnya dan diberikan contoh-contoh secara umun W.12WKS.227:38-41. Di satu sisi memang kepala skolah belum memandang bahwa ada satu potensi besar yang dimiliki oleh guru di SMPN 11 Tangerang sebagai tenaga instruktur untuk bisa membantu kepala sekolah dalam mengembangkan staf. Sementara tenaga intruktur itu sendiri sebagai staf tidak berani untuk menawarkan diri karena ada rasa sungkan, kurang enak, dan yang jelas ia masih menjunjung tinggi adat ketimurannya. Namun kepala sekolah punya pandangan lain bahwa untuk mengoptimalkan potensi dan kerja guru perlu diberikan motivasi dalam bentuk lain. Motivasi tersebut adalah dengan meningkatkan kesejahteraan guru dan menerapkan reward and punishment. Sedangkan untuk meningkatkan profesionalisme stafPKS, kepala sekolah mempunyai cara lain yaitu dengan mengadakan pertemuan rutin setiap bulan. Ada 95 dua keuntungan dalam hal ini pertama kepala sekolah akan mendapatkan laporan dari masing-masing PKS tentang masalah-masalah yang terjadi di sekolah dan kemudian mencari solusi pemecahannya, dan yang kedua tentunya secara tidak langsung kepala sekolah bisa memberikan bimbinganpembinaan terhadap stafPKS tersebut seperti yang dikemukakan kepala sekolah sebagai berikut: Pertemuan rutin dengan stafPKS kan ada, terjadwal tiap bulan. Di situ tentu bisa saya arahkan kerja staf disamping tentunya para staf sendiri bisa saling memberikan masukan. Ada sharing pengetahuan. Saya ingin ada pelatihan staf, tapi yang ada baru pelatihan staf kurikulum. Tahun ini staf kurikulum kita telah mengikuti pelatihan itu, BKD penyelenggaranya. Untuk memotivasi kerja staf juga saya berikan tunjangan khusus staf, mudah-mudahan kerja mereka menjadi semakin baik. W.17KS70:45-51; 71:01-03. Pernyataan kepala sekolah tentang pengembangan staf ini khususnya peranan kepala sekolah dalam membimbing dan membina guru ternyata disikapi berbeda oleh para guru. Perbedaan tersebut tergambar dari jawaban kuesioner dimana respon guru terhadap bimbingan dan pembinaan dari kepala sekolah Kbh.85D.1 adalah: a dengan mengirim guru untuk mengikuti penataran KBK, b belum terlihat adanya pembinaan, c bimbingan dan pembinaan masih jauh dari yang diharapkan, dan d cenderung belum ada bentuk pembinaanpembimbingan. Hal ini tentu tidak sesuai dengan keinginan guru yang terdata dalam hasil kuesioner tertutup Kth.80A.1,2,4,6 bahwa secara keseluruhan 100 guru menginginkan: a bekerja secara profesional, b adanya bimbingan dan pembinaan, c wadah tempat diskusi di sekolah dan d sarana-prasarana KBM dilengkapi. 96

1.3.2. Pengembangan Kurikulum.