148
beralasan, dan kendala itu adalah masalah ”psikologis”. Pertama karena pendelegasian ini kurang diterima oleh guru-guru, kedua karena secara materi
sesungguhnya supervisor juga belum memahami tentang kurikulum terutama kurikulum 2004 KBK.
2.4.2. Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru-guru atau pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan. Telah
disebutkan pada bab II bahwa supervisi sebagai salah satu fungsi pokok dalam administrasi pendidikan. Ini bukan hanya tugas para pengawas, tetapi supervisi
juga merupakan tugas kepala sekolah. Jika dilihat dari fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan maka, supervisi
terletak pada tahap pengawasankontrol. Pengawasan adalah suatu proses yang mengusahakan agar kegiatan-kegiatan organisasi dapat terbimbing dan terarahkan
pada pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Kepala SMPN 11 Tangerang dalam menerapkan pola pengawasan
terhadap pengajaran adalah dengan melakukan pendelegasian kepada tim supervisor untuk melaksanakan tugas supervisi kelas. Pendelegasian ini
dimaksudkan supaya supervisi bisa berjalan lebih optimal dan bisa terjadi proses pembelajaran model tutor sebaya. Hal ini terjadi mengingat berlakunya dua
kurikulum pada tahun ajaran 20052006 yaitu kurikulum 1994 dan kurikulum 2004 KBK, sementara itu pemahaman kepala sekolah terhadap kurikulum 2004
terkait dengan perencanaan, proses, dan penilaian kegiatan belajar diakui belum maksimal.
149
Peran kepala sekolah sebagai supervisor adalah meliputi tanggung-jawab dalam memantau, membina dan memperbaiki kegiatan belajar-mengajar di
sekolahnya. Oleh karena itu kepala sekolah harus menguasai dengan baik semua yang berhubungan dengan kegiatan belajar-mengajar tersebut, misalnya perangkat
mengajar, metode, teknik evaluasi, kurikulum, dan lain-lain. Maka pendelegasian supervisi kelas ini dipandang kepala sekolah sebagai alternatif terbaik untuk
memaksimalkan hasil supervisi. Hal ini terjadi karena kepala sekolah beranggapan bahwa tim supervisor adalah orang-orang yang mampu untuk melakukan
supervisi, disamping itu 3 diantara tim supervisor tersebut adalah para intruktur kota maupun propinsi. Disamping itu tim supervisor ditetapkan karena mereka
adalah para pembantu kepala sekolah PKS. Namun tidak semua PKS yang masuk dalam tim tersebut memahami proses pembelajaran dengan baik. Ini
terbukti bahwa semua supervisor tidak melakukan pembinaanbimbingan terhadap guru yang selesai disupervisi. Apalagi satu supervisor mensupervisi 2 - 4 mata
pelajaran, sehingga supervisor melakukan supervisi juga terhadap mata pelajaran yang bukan bidangnya. Kondisi ini jelas supervisor kurang menguasai materi
yang disupervisi. Hal ini otomatis berdampak pada saat memberikan bimbingan dan pembinaannya.
Supervisi berfungsi untuk membantu, memperbaiki, memberi suport, dan mendorong ke arah pengembangan profesi guru. Jika dilihat dari fungsinya itu,
maka peranan supervisi menurut Rivai 1982 dapat dipandang sebagai: 1 pemimpin, 2 evaluator dan 3 konsultan pembantupelayan.
150
Kepemimpinan merupakan inti dari segala kemampuan supervisor. Bagaimanapun tingginya kemampuan supervisor, jika ia tidak dapat memimpin
dengan baik maka fungsi supervisor tidak akan efektif. Berkaitan dengan pelaksanaan supervisi kelas yang didelegasikan kepada tim supervisor, maka
tugas supervisi sebagai pemimpin beralih kepada tim supervisor tersebut. Dilihat dari segi perannya sebagai pemimpin,maka tim supervisor tersebut belum dapat
melaksanakannya secara baik. Hal ini nampak bahwa supervisor belum bisa memberikan pengaruh kepada guru-guru, memberikan bimbingan, dan koordinasi
yang baik. Evaluasi merupakan usaha yang sistematis untuk mengetahui sampai
dimana program supervisi berhasil. Sebagai evaluator, kepala sekolah harus dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar. Sehubungan dengan
itu Rivai 1982 mengatakan bahwa evaluasi yang dimaksud sebagai tugas supervisor mencakup tiga hal yaitu: evaluasi hasil, evaluasi proses dan evaluasi
pelaksanaannya. Evaluasi hasil adalah peningkatan situasi belajar-mengajar dan sasarannya adalah siswa. Evaluasi proses adalah usaha supervisor untuk
membantu guru meningkatkan cara mengajarnya. Dan evaluasi pelaksanaannya adalah evaluasi supervisor itu sendiri sampai dimana tugasnya sebagai supervisor
dapat dilaksanakan. Sehubungan dengan itu maka tim supervisor di SMPN 11 Tangerang belum dapat berperan sebagai evaluator yang baik. Ini terlihat bahwa
evaluasi hanya dilakukan berdasarkan kriteria yang ada. Supervisor juga belum bisa mengidentifikasi secara baik kelemahan-kelemahan guru dalam mengajar.
Apalagi sebagai evaluator sangat diperlukan keterampilan komunikasi yang baik,
151
sedangkan antara guru dan supervisor tidak ada komunikasi apapun yang membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan hasil supervisi,
kelebihannya dimana, kekurangannya dimana dan bagaimana solusi pemecahannya.
Sebagai konsultan, supervisor harus dapat membina dan membantu guru dalam meningkatkan diri dalam bidang profesinya. Tim supervisor di SMPN 11
Tangerang belum menjalankan peran ini secara baik. Hal ini dapat dilihat bahwa tim supervisor belum bisa memberikan pelayanan yang baik untuk membantu
guru yang memerlukan bantuan dalam kaitan proses pembelajaran. Kesempatan yang baik sebagai konsultan adalah pada saat supervisor setelah selesai
melakukan supervisi. Dari sini supervisor dapat mengidentifikasi kekurangan guru, kemudian supervisor dapat memberikan pelayanan dan bantuan berupa
saran, nasehat atau bertukar pengalaman. Jika dilihat dari ke tiga peran supervisi tersebut maka dalam pelaksanaan
supervisi kelas, peran tim supervisor di SMPN 11 Tangerang tidak berjalan maksimal. Ini dikarenakan tim supervisor belum melaksanakan kegiatan supervisi
ini secara sungguh-sungguh. Kerja mereka tidak terkoordinir dengan baik, dan kepala sekolah sendiri juga melepas begitu saja tanpa dipantau apalagi
memberikan arahan kepada tim supervisor. Disamping itu ada faktor lain bahwa pendelegasian ini tidak disetujui oleh 59 34 guru karena guru
mengkhawatirkan terhadap penilaian tim supervisor tidak obyektif. Selain itu guru juga menilai bahwa tim supervisor belum semua memenuhi standarkriteria
152
sebagai supervisor. Hal ini jelas akan mempengaruhi kerja tim supervisor karena kehadiran mereka seolah tidak diterima dengan baik oleh guru-guru.
Walaupun supervisi telah didelegasikan kepada tim supervisor, kepala sekolah tetap harus memantau pelaksanaan supervisi tersebut. Bagaimana tim
supervisor bekerja, sejauh mana kemampuan tim supervisor dalam melaksanakan tugas, adakah kesulitan yang dihadapi di tengah-tengah pelaksanaan tersebut dan
sebagainya. Di akhir pelaksanaan supervisi, tim supervisor membuat laporan hasil pelaksanaan supervisi sekaligus analisis hasil penilaian. Hasil analisis penilaian
yang dilakukan hanya mengacu pada hasil penilaian berdasarkan indikator- indikator. Hal ini dapat dikatakan bahwa penilaian semata-mata hanya secara
administratif. Hasil analisis yang sifatnya mendasar yang sesuai dengan fungsi dan tujuan supervisi justru belum nampak sama sekali. Artinya di dalam analisis
tersebut tidak ada identifikasi secara kemprehensif tentang kelemahan-kelemahan, kekurangan atau kesulitan yang dihadapi oleh guru, yang nantinya dari
kelemahan, kekurangan dan kesulitan itu supervisor dapat menentukan bantuan seperti apa yang harus diberikan kepada guru.
Hasil analisis yang ada juga tidak ditindak lanjuti secara baik oleh kepala sekolah. Sebarusnya hasil itu juga disampaikan kepada guru agar guru mengetahui
sampai dimana kemampuannya dan sekaligus juga untuk mengetahi dimana letak kekurangan dan kelemahannya. Dari uraian di atas maka peran kepala sekolah
sebagai supervisor dapat dikatakan masih sebatas memberikan pendelegasian saja. Kepala sekolah sama sekali tidak memberikan arahan bagaimana pelaksanaannya,
bagaimana mengevaluasi, dan bagaimana meyakinkan guru juga tim supervisor
153
untuk mengemban dan melaksanakan tugasnya masing-masing. Tim supervisor sendiri berusaha berimprovisasi terhadap tugasnya dan berusaha melaksanakan
dengan baik walaupun masih nampak tim tersebut kurang adanya koordinasi yang baik pula, baik terhadap sesama supervisor maupum terhadap guru.
2.4.3. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Staf dan Kurikulum