45
Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar. Namun kurikulum memiliki cakupan yang cukup luas, yaitu semua kegiatan
belajar-mengajar yang terjadi di sekolah baik di dalam kelas, di luar kelas dan juga kegiatan di luar sekolah ekstra kurikuler. Jadi, intinya adalah memberikan
pengalaman belajar sekaligus pengalaman kehidupan bagi peserta didik. Semua kegiatan tersebut harus direncanakan dengan baik dan mendapat perhatian khusus
dari setiap pengembang kurikulum guna mencapai suatu tujuan yang telah dirumuskan secara optimal.
3.2. Pengembangan Kurikulum
Proses pengembangan kurikulum sangat dipengaruhi oleh empat pertanyaan seperti yang diajukan Ralph W. Tyler 1949 dalam Direktorat PLP, Depdiknas
2004 kepada para pendidik, yaitu: 1 Tujuan pendidikan yang mana, sekolah harus mencapainya?
2 Pengalaman belajar apa yang perlu diberikan kepada siswa untuk mencapai tujuan?
3 Bagaimana pengalaman belajar itu dapat dikelola secara efektif? 4 Bagaimana menentukan tujuan telah dapat dicapai?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan hal yang paling esensial dalam pengembangan kurikulum dan merupakan empat tahap siklus pengembangan
kurikulum yang dapat divisualisasikan sebagaimana gambar 5 berikut:
46
Gambar 5 Siklus Pengembangan Kurikulum
Sumber: Direktorat PLP, Depdiknas 2004 Langkah pertama dari siklus adalah identifikasi tujuan-tujuan pendidikan
yang ingin dicapai. Tujuan harus dirumuskan dengan jelas dan mudah dipahami oleh para pelaksananya. Hal terpenting dalam merumuskan tujuan pendidikan
adalah guru dan siswa tahu kemana arah mereka belajar, yaitu dengan memperjelas proses belajar dengan kegiatan-kegiatan atau tugas yang realistik dan
bermanfaat. Hasil belajar atau pencapaian anak dinilai dengan proses penilaian yang memberikan umpan balik untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Langkah kedua dalam siklus adalah seleksi pengalaman belajar yang
diperlukan untuk mendukung tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar yang harus disediakan dalam bentuk program
pembelajaran tidak hanya berupa isi yang mencakup konsep, prinsip, hukum dan
Tujuan pendidikan
Evaluasi Seleksi pengalaman
belajar
Pengorganisasian pengalaman belajar
47
semua dari bagian ilmu pengetahuan tetapi juga cara bagaimana siswa mengalami suatu proses pembelajaran.
Langkah ketiga dari siklus pengorganisasian adalah pengalaman belajar. Semua program pembelajaran diatur secara sistematis. Kapan akan dilaksanakan
dan bagaimana cara melaksanakannya. Langkah keempat dari siklus adalah evaluasi implementasi kurikulum.
Setelah program pembelajaran dilaksanakan, maka pada kurun waktu tertentu baik secara formatif maupun sumatif diadakan penilaian secara komprehensif untuk
menilai apakah kurikulum yang telah disusun dapat dilaksanakan dengan benar atau tidak. Apakah ada gap antara kurikulum yang diinginkan dengan kurikulum
yang telah dilaksanakan. Hasil penilaian kurikulum memberikan masukan terhadap penyempurnaan kurikulum baik dari sisi rumusan tujuan sampai dengan
cara melaksanakan kurikulum. Namun penyempurnaan kurikulum tidak selalu dipengaruhi oleh hasil evaluasi kurikulum. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan dengan diluncurkannya beberapa produk perundangan yang membawa pengaruh terhadap pengembangan kurikulum. Dengan adanya
perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek, kondisi masa sekarang dan kecenderungan di masa yang akan datang, maka pengembangan
kurikulum harus dapat mengantisipasi persoalan-persoalan yang akan terjadi. Konsep kurikulum berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori
dan praktik pendidikan. Karena itu pengembangan kurikulum sangat dibutuhkan untuk memenuhi dan mengikuti lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi IPTEK yang berjalan sangat cepat. Seperti dikatakan Nasution
48
2003:1 bahwa, pengembangan kurikulum pada hakekatnya sangat kompleks karena banyak faktor yang terlibat di dalamnya. Hal yang menjadi pertimbangan
dalam pengembangan kurikulum adalah asas-asas kurikulum. Asas-asas tersebut adalah:
1 Azas filosofis, pada hakekatnya menentukan tujuan umum pendidikan. 2
Azas sosiologis, memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3 Azas organisatoris, memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan
pelajaran itu disusun, bagaimana luas dan urutannya. 4 Azas psikologis, memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak
dalam berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan dapat dicerna dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangannya.
Semua azas tersebut di atas sangat komplek, selain itu kadangkala mengandung hal-hal yang bertentangan, sehingga harus diadakan pemilihan. Oleh
karena itu dalam penyusunan kurikulum dan pengembangannya harus dipilih dan disesuaikan dengan keadaan, karakteristik lingkungan dan masyarakatnya. Tiap
pilihan pasti akan menghasilkan kurikulum yang berbeda. Dalam pengembangan kurikulum, setiap pilihan mempunyai konsekuensi
yang besar karena mempengaruhi kehidupan dan masa depan ribuan bahkan jutaan anak didik, dan lebih jauh lagi akan mempengaruhi masa depan bangsa.
Oleh karena itu, pengembang kurikulum seharusnya selalu menyadari
49
konsekuensi-konsekuensi dari setiap keputusannya, khususnya dalam soal pembaharuan dan perombakan tentang isi kurikulum.
Selanjutnya Nasution juga mengatakan bahwa selain memiliki asas-asas tersebut di atas, kurikulum juga mempunyai komponen-komponen yang dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan kurikulum. Komponen- komponen tersebut adalah: 1 tujuan, 2 bahan pelajaran, 3 proses belajar-
mengajar, dan 4 penilaian. Tiap komponen saling berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ralph W. Taylor
dalam Direktorat PLP, Depdiknas 2004 yang sudah diuraikan di depan. Pengembangan kurikulum merupakan proses kesinambungan yang tanpa
akhir. Kurikulum pada suatu waktu dapat saja tidak cocok atau tidak sesuai lagi dengan kondisi lingkungan dan masyarakatnya, maka kurikulum akan mengalami
perubahan dan pengembangan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi. Jika keadaan berubah maka kurikulumpun harus berubah untuk
menyesuaikan dengan suasana baru. Sebagai konsekuensinya pengembangan kurikulum akan selalu berorientasi pada masa depan, sehingga kemajuan dapat
dicapai untuk tahun berikutnya. Secara nasional kurikulum ditetapkan oleh pemerintah, dan secara tegas kurikulum harus dapat dilaksanakan oleh setiap
satuan pendidikan dengan baik dan dikembangkan secara baik pula sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 yang berbunyi bahwa ”Pengembangan kurikulum dilakukan
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
50
pendidikan nasional”. Selanjutnya pada ayat 2 yang berbunyi ”Kurikulum pada jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi, daerah, dan peserta didik”. Dari ke dua ayat Undang-Undang Sisdiknas tersebut jelas bahwa secara kongkrit sekolah harus
mampu melaksanakan sekaligus mengembangkan kurikulum yang telah disusun secara nasional oleh pemerintah sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing,
namun masih tetap mengacu pada konsep kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional.
Sejalan dengan uraian di atas, Ahmad dkk. 1997:64 mengatakan bahwa pengembangan dan pembinaan kurikulum yang dilakukan dapat bersifat ”dasar”
atau bersifat ”teknis”. Pengembangan dan pembinaan yang bersifat ”dasar” jika kegiatan tersebut terjadi pada kurikulum itu sendiri, misalnya pada komponen
kurikulum. Sedangkan pengembangan dan pembinaan yang bersifat ”teknis” jika kegiatan tersebut muncul pada waktu membahas pelaksanaan kurikulum di
sekolah. Pelaksanaan kurikulum di sekolah erat hubungannya dengan pengajaran, oleh karena itu pengembangan dan pembinaan kurikulum secara teknis ini
merupakan tugas dari kepala sekolah sebagai supervisor. Ini bisa terjadi pada saat membuat silabus, menyusun program pengajaran, bagaimana menentukan tujuan
instruksional khusus TIK, bagaimana menyusun rencanaskenario pelajaran RP dan juga bagaimana membuat alat evaluasinya. Hal ini juga menyiratkan bahwa
guru mempunyai hak untuk memutuskan apa yang akan diajarkan kepada siswa dan bagaimana cara mengajarkannya. Tetapi semua itu tetap mengacu pada
kerangka pola kurikulum yang telah digariskan secara nasional dan sejalan pula
51
dengan apa yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut di atas.
52
BAB III METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, oleh karena itu pendekatan yang digunakan untuk melakukan penelitian dalam rangka menyusun tesis ini adalah
pendekatan kualitatif atau naturalistik, yaitu dengan membuat deskripsi dan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai subyek dan obyek, fakta-
fakta, dan tata hubungan antar fenomena yang diselidiki, khususnya yang berkaitan dengan peranan kepala sekolah sebagai supervisor dalam hubungannya
dengan pengembangan stafguru dan kurikulum di SLTPN 11 Tangerang. Usaha untuk mendeskripsikan fakta-fakta tersebut pada tahap permulaan
ditujukan pada usaha untuk mengemukakan gejala-gejala yang terjadi secara lengkap dari aspek yang diteliti khususnya berkaitan dengan peran kepala sekolah
sebagai supervisor. Hal ini dimaksudkan agar keadaan atau kondisi yang diteliti tampak dengan jelas. Penelitian ini juga merupakan penelitian yang bersifat
penemuan fakta-fakta apa adanya, dan merupakan suatu usaha untuk mengemukakan hubungan yang satu dengan yang lain di dalam aspek-aspek yang
diteliti.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 11 Tangerang yang terletak di jalan Inpres nomor 18, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang. Sekolah ini merupakan