153
untuk mengemban dan melaksanakan tugasnya masing-masing. Tim supervisor sendiri berusaha berimprovisasi terhadap tugasnya dan berusaha melaksanakan
dengan baik walaupun masih nampak tim tersebut kurang adanya koordinasi yang baik pula, baik terhadap sesama supervisor maupum terhadap guru.
2.4.3. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Staf dan Kurikulum
Kegiatan pengembangan staf guru ini sangat berhubungan dengan pengembangan kurikulum, sedangkan pengembangan kurikulum berhubungan
dengan pengembangan pengajaran, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan staf, pengembangan kurikulum dan pengembangan pengajaran
saling berhubungan erat dan saling mengisi antara yang satu dengan yang lain. Pengembangan staf dilakukan dengan pertimbangan kemampuan guru
dalam mengajar yang berbeda dan dengan tujuan memberikan pembinaan atau bimbingan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Oleh karena itu kepala
SMPN 11 Tangerang melakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1 pembinaan secara umum, baik oleh unsur luar seperti pengawas pembina atau
dari dalam seperti arahan KS pada tiap-tiap rapat dinas, dari PKS Kurikulum, atau penjelasan teknis dari guru yang instruktur, 2 kegiatan MGMP kota,
3 mengirim guru-guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau penataran- penataran, baik yang diadakan Dinas Pendidikan Kota maupun oleh Dinas
Pendidikan Propinsi. Untuk mengoptimalkan potensi dan kerja guru, kepala sekolah
memberikan motivasi dengan meningkatkan kesejahteraan guru dan menerapkan
154
reward and punishment. Untuk meningkatkan profesionalisme PKS, kepala sekolah melakukannya dengan cara pertemuan rutin dengan PKS yang terjadual
setiap bulan dan pelatihan PKS. Dan untuk memotivasi kerja PKS diberikan tunjangan khusus PKS.
Proses pengembangan kurikulum di SMPN 11 Tangerang pada tahun pelajaran 20052006 mengacu pada 4 hal yaitu : 1 Tujuan yang akan dicapai,
2 Rencana, yaitu pengalaman belajar apa yang akan disampaikan, 3 Proses, yaitu bagaimana pengalaman tersebut dapat dilaksanakan, dan 4 Evaluasi, yaitu
bagaimana cara mengevaluasi dengan baik dan benar. Sedangkan untuk KBM dan PBM teknisnya dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi O.04Rapat Dinas Sekolah, 16 Agustus 2005. Perencanaan PBM. Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan
rencana tentang materi pembelajaran, bagaimana melaksanakan pembelajaran, dan bagaimana melakukan penilaian. Esensi dari perencanaan pembelajaran adalah
kesiapan segala hal yang diperlukan untuk berlangsungnya pelaksanaan proses belajar mengajar.
Pelaksanaan PBM. Proses belajar mengajar adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik yang diharapkan menghasilkan perubahan pada peserta
didik. Inti dari proses belajar mengajar adalah efektifitasnya. Tingkat efektifitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perilaku peserta didik dan pendidik. Untuk
mewujudkan tingkat efektifitas yang tinggi perlu dipilih strategi proses belajar mengajar yang menekankan pada pembelajaran aktif, pembelajaran yang
menyenangkan, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran kontekstual.
155
Evaluasi PBM. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran, baik berupa proses maupun
produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan untuk mengetahui efektifitas proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian supervisi kelas oleh tim supervisor, bahwa
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran secara umum performance guru di SMPN 11 Tangerang bernilai baik. Hal ini berarti juga proses
pengembangan kurikulum telah berlangsung sesuai dengan indikator pengembangan kurikulum.
Pada tataran praktis, pengembangan kurikulum dalam aplikasi sehari hari, maka berdasarkan data kuesioner Kbh.88D.9 menunjukkan bahwa peran
kepala sekolah dalam memberikan arahan kepada guru yang mengalami kesulitan mengajar, baru 9 5 guru yang menjadikan kepala sekolah sebagai tempat
bertanya. Sementara itu 91 53 guru lebih memilih guru lain sebagai tempat bertanya dengan alasan secara psikologis hubungan mereka lebih dekat sehingga
enak untuk berdiskusi, demokratis, komunikatif, efisien, fleksibel dan bisa sesuai dengan bidangnya mata pelajarannya. Kurangnya peranan kepala sekolah dalam
memberikan motivasi 55 32 guru merasakan hal ini mempengaruhi besarnya prosentase guru yang mengalami kesulitan dalam mengajar maupun kesulitan
dalam membuat perangkat pengajaran yaitu mencapai 72 42 guru. Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal Kbh.89D.12 peranan
kepala sekolah dinilai baik oleh 54 31 guru dan dinilai cukup baik oleh 36
156
21 guru, meskipun 10 6 guru berpendapat kurang baik. Hal itu disebabkan bahwa pemilihan kurikulum muatan lokal yang sudah disesuaikan dengan
lingkungan sekolah, kebutuhan masyarakat, sehingga diharapkan dapat sebagai bekal siswa dalam menunjang dan membantu keahlian siswa, dapat menambah
wawasan siswa, dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa di masyarakat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan, peranan kepala sekolah pada
perencanaan pengembangan kurikulum sudah dapat dijalankan dengan baik, meskipun dalam proses perlu upaya peningkatan yang cukup signifikan
mengingat kepala sekolah belum mampu berperan sebagai konselor.
2.5. Model Supervisi di SMPN 11 Tangerang