162
Sebetulnya di sini ada satu...ya katakanlah satu ganjalan buat saya, karena saya dapat tugas mensupervisi bidang studi Agama sedangkan latar belakang
saya adalah Bahasa Indonesia. Jadi ada sedikit kendala sebetulnya, tetapi karena ini tugas akhirnya saya hanya sebatas acuannya saja., apakah yang
dipakai kurikulum 2004 atau 94...W.13PKS.234:29-33
Namun faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut seharusnya dapat diminimalisir jika kegiatan ini direncanakan dengan baik, dan dilaksanakan
dengan sepenuh hati. Tentu hal ini harus dibicarakan secara bersama dan melibatkan orang-orang yang berkepentingan, dalam hal ini adalah termasuk guru.
Seharusnya sebelum pelaksanaan, guru maupun supervisor harus diberikan suatu penjelasan, mengapa harus didelegasikan, mengapa stafPKS yang menjadi
supervisor, apa yang harus dipersiapkan, bagaimana teknis pelaksanaannya dan sebagainya. Diharapkan dari penjelasan tersebut secara psikis guru dan supervisor
siap melaksanakan supervisi dengan baik, dan tentu kepala sekolah harus tetap memantau pelaksanaannya untuk memberikan motivasi.
Untuk faktor pendorong tentunya berhubungsn erat dengan faktor penghambat. Jika semua faktor penghambat sudah diperbaiki dan dipenuhi
kekurangan-kekurangannya, secara otomatis itu akan menjadikan sebagai faktor pendorong. Namun yang diharapkan oleh guru-guru adalah perencanaan supervisi
ini harus dipersiapkan secara baik, selanjutnya informasi terhadap guru juga harus jelas. Kemudian perlu disosialisasikan agar semua memiliki gambaranpersepsi
yang sama tentang pelaksanaan supervisi ini, dan akhirnya sumua dapat melaksanakan kegiatan supervisi tersebut secara baik pula.
2.7. Supervisi yang Diharapkan
163
Kegiatan supervisi di SMPN 11 Tangerang memang masih disikapi oleh guru secara baragam. Sikap yang ”Pro maupun Kontra” adalah sesuatu yang
wajar, pertama karena tingkat pemahaman guru tentang tujuan supervisi itu sendiri yang berbeda-beda, kedua karena selama ini pihak sekolah sendiri belum
secara sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan supervisi dan hanya dilaksanakan secara formalitas saja, ketiga sekolah belum bisa menempatkan
bahwa kegiatan supervisi merupakan sarana untuk memberikan pembinaan dan pembimbingan secara efektif dalam rangka meningkatkan keprofesionalan guru-
guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Namun dengan sikap yang ”Pro dan Kontra” tersebut, masih banyak guru yang ”Pro” artinya guru masih
beranggapan bahwa supervisi perlu dilaksanakan. Ini terbukti dari hasil kuesioner Kth.80A.1,2,11,12 yang menunjukkan bahwa: a 100 guru ingin bekerja
secara profesional, b 100 guru ingin mendapat bimbingan dan pembinaan, c 90 guru beranggapan bahwa supervisi itu bermanfaat, d 88 guru
beranggapan bahwa cara mengajar guru perlu dievaluasi. Dari 4 kondisi tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya guru-guru di
SMPN 11 Tangerang masih menyikapi secara positif terhadap kegiatan supervisi. Hal ini didukung juga dari hasil kuesioner bahwa ”Pelaksanaan Supervisi” juga
merupakan salah satu kebijakan kepala sekolah yang disukai oleh guru. Tetapi kalau guru menjadi tidak antusias dalam menyikapi pelaksanaan supervisi, itu
dikarenakan ada faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti yang sudah diuraikan di atas.
164
Kegiatan supervisi memang ditujukan pada pembinaan dan pembimbingan terhadap guru, maka hal yang utama ditujukan pada performance guru dalam
mengajar. Oleh karena itu apa yang menjadi keinginan guru harus mendapat perhatian, supaya supervisi dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini guru
memiliki harapan tentang supervisi ke depan. Berdasarkan hasil kuesioner, supervisi yang diharapkan oleh guru adalah:
a supervisi yang obyektif dan tidak mencari kesalahan orang lain. b supervisi yang mampu membangun motivasi kerja dan meningkatkan
kualitas guru. c supervisi yang dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, ada input
dan output d supervisi yang tidak terlalu formil tetapi dapat membangun kinerja guru.
e supervisi yang dapat dilakukan kepala sekolah sendiri f supervisi yang dilakukan oleh supervisor yang profesional
g supervisi dengan pendekatan klinis h supervisi yang nyaman tanpa ada tekanan.
165
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pembahasan hasil penelitian dengan mengacu kepada landasan teori yang digunakan, maka beberapa
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.1. Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMPN 11 Tangerang
Perubahan pengelolaan pendidikan mengalami perubahan dari sentralistik ke desentralistik. Desentralisasi pengelolaan diwujudkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Desentralisasi pada pelaksanaan dan tenaga kerja atau pegawai adalah berubahnya status kepegawaian
guru menjadi pegawai pemerintah daerah kabupaten atau kota. Hal ini juga mempengaruhi pola dan sistem pergantian jabatan kepala sekolah di sekolah
negeri. Di SMPN 11 Tangerang telah terjadi pergantian pimpinan, tepatnya
tanggal 10 Mei 2005. Saat itu bapak Gino, S.Ip diangkat menjadi kepala sekolah di SMPN 11 Tangerang menggantikan bapak Drs. Ngadiyat yang sudah menjabat
kepala sekolah selama 7 tahun di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada faktor
dari dalam sekolah yang mempengaruhi pergantian kepala sekolah di SMPN 11 Tangerang. Tetapi faktor dari luar yang sangat mempengaruhi pergantian tersebut.