Pendugaan Biomassa dan Karbon di Tanah dan Tumbuhan Hutan

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Luas dan Peruntukan Areal

Luas areal yang dinyatakan sebagai areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu di hutan alam IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber adalah 90.956 ha. Tabel 1 menyajikan luas efektif produksi dan luas masing-masing peruntukan kawasan berdasarkan kondisi terkini dari kawasan hutan. Tabel 1 Peruntukan areal di kawasan IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber Status hutan peruntukan areal Luas ha Persentase Areal produksi efektif 69960 77.4 Areal lindung  Kawasan lindung gambut KLG  Sempadan pantai  Hutan mangrove dan ekoton  Sempadan sungai  KPPN  Kawasan konservasi insitu  Biodiversity strips 4670 176 3204 1880 256 1017 3913 5.0 0.2 3.5 2.1 0.3 1.1 4.3 Areal non efektif lainnya  Kebun benih  PUP  Buffer zone PGM 496 271 715 0.5 0.3 0.8 Total 90956 100

2. Topografi

Keadaan topografi areal IUPHHK-HA PT. DRT terdiri dari dataran rendah pantai dan dataran dengan ketinggian 2 –8 meter di atas permukaan laut yang pada umumnya merupakan daerah lahan basah tergenang air rawa. Tinggi genangan air bervariasi tergantung pada musim, tinggi pasang air laut dan curah hujan yang berkisar antara pergelangan kaki sampai pinggang orang dewasa. Areal seluruhnya adalah areal datar yaitu lereng A 0 –8 , karena hutannya berupa daerah rawa.

3. Iklim dan Intensitas Hujan

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson 1951 areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT termasuk ke dalam tipe A dengan nilai Q = 10.1 . Curah hujan per tahun 2358 mm, sedangkan curah hujan bulanan rata-rata berkisar 51.32 –301.66 mmbln, curah hujan tertinggi jatuh pada bulan November 301.66 mm dan Desember 253.40 mm. Curah hujan terendah jatuh pada bulan Maret 51.33 mm dan Juli 73.80 mm. Rata-rata hari hujan adalah 12 haribulan, hari hujan tertinggi jatuh pada bulan November 14 haribulan dan terendah pada bulan Februari 3.3 haribulan.

4. Hidrologi

Areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT terletak di bagian timur DAS Sungai Rokan dengan beberapa sungai yang mengalir ke bagian barat dan selatan, utara dan timur Selat Malaka. Sungai-sungai yang mengalir ke bagian barat-selatan yang bermuara ke Sungai Rokan adalah : Pasir Besar, Agar, Labuhan Tangga Besar, Labuhan Tangga Kecil, dan Bantayan. Sungai-sungai yang utara dan timur yang bermuara di Selat Malaka adalah Serusa, Pematang Nibung, Nyamuk, Sinaboi, Teluk Dalam, Sinepis Besar, dan Sinepis Kecil. Sedangkan sungai yang mengalir dari bagian Selatan ke arah Utara adalah sungai Sekusut. Air pada genangan rawa berwarna coklat tua yang keluar dari tanah gambut. Pelumpuran yang terjadi sangat sedikit, kecuali yang dekat aliran ke Sungai Rokan dimana lumpur terbentuk pada saat pasang sangat tinggi dan masa- masa banjir sungai Rokan. Hal ini disebabkan karena sebelumnya telah terjadi konversi wilayah hutan dalam jumlah besar pada bagian hulu dan praktek pembuatan jalan yang tidak baik. Dengan demikian strategi untuk mempertahankan hutan alam di bagian hulu sungai Rokan menjadi sangat penting.

5. Tipe Hutan dan Penutupan Vegetasi

Terdapat dua tipe utama ekosistem hutan di dalam areal kerja IUPHHK- HA PT. DRT yaitu 1 Hutan Rawa Gambut dan 2 Hutan Mangrove. Diantara kedua tipe tersebut terdapat daerah peralihan yang disebut daerah ekoton. Tipe ekosistem hutan rawa gambut di areal termasuk tipe gambut pantai yang terletak di daerah depresi antara sungai Rokan dan Selat Malaka. Berdasarkan asosiasi vegetasi terdapat tiga asosiasi vegetasi hutan rawa gambut dari mulai gambut dangkal sampai gambut dalam. Masing-masing asosiasi vegetasi diberi nama menurut jenis pohon komersil yang dominan, yaitu : 1 Asosiasi Terentang Campnosperma auriculata – Pulai Alstonia pneumathophra pada ketebalan gambut 3 m-2 m 2 Asosiasi Balam Palaquium obovatum – Meranti Batu Shorea uliginosa pada ketebalan gambut 3 –6 m, dan 3 Asosiasi Ramin Gonystylus bancanus – Suntai Palaquium dasyphillum pada ketebalan gambut 6 m. Tipe ekosistem hutan mangrove di dalam areal kerja terletak di pantai Utara –Timur yang berbatasan dengan Selat Malaka. Pada lokasi tersebut Semenanjung Bagan Siapiapi yang landai dengan banyak muara sungai-sungai terbentuk habitat berlumpur yang dipengaruhi pasang surut air laut yang sesuai dengan pertumbuhan hutan mangrove. Lebar jalur hutan mangrove di lokasi tersebut bervariasi antara 200 –800 m. Zonasi hutan mangrove dari arah laut, meliputi asosiasi Sonneratia –Rhizophora spp. yang disusul oleh asosiasi Xylocarpus-Bruguiera spp., sedangkan arah tepi sungai dimulai dengan Nipah Nypa fruticans, Xylocarpus granatum sampai Bruguiera cylindrica di bagian tengah. Jenis Tumu Bruguiera cylindrica termasuk jenis yang komersial dan dominan, denan diameter mencapai 30-40 cm yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang. Terdapat juga beberapa areal tak berhutan dan belukar.

6. Keanekaragaman Flora

Keanekaragaman flora di areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT berkaitan dengan keberadaan hutan dan tipe habitat, yaitu hutan rawa gambut dan hutan mangrove. Hasil penelitian Istomo 2002 di areal hutan yang belum ditebang pada tingkat kedalaman gambut yang berlokasi di 9 plot contoh dengan luas areal masing-masing 0,2 ha, menunjukkan bahwa pada tingkat pohon diameter 20 cm jumlah spesies berkisar antara 30-36 spesies. Spesies pohon yang dominan pada kedalaman gambut 4-5 m adalah Jambu-jambu Eugenia sp. 43 ,