Serasah Hutan HASIL DAN PEMBAHASAN

hemik dan fibrik berturut-turut adalah berkisar antara 415,52 – 603,05; 620,12 – 978,57; dan 629,44 – 851,50. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hutan gambut alam memiliki kondisi gambut yang lebih baik daripada kebun kelapa sawit. Kadar abu rata-rata kadar abu untuk keseluruhan populasi sampel adalah 3,37. Gambut yang bahan mineralnya tinggi atau termasuk jenis eutrofik memiliki kadar abu yang tinggi. Kadar abu tanah gambut yang berkisar 1 sampai dengan 7 mengindikasikan bahwa gambut tersebut kondisinya masih baik. Semakin besar kadar abu, maka kadar C-organik akan semakin rendah. Makin tinggi kadar abu, menunjukkan makin tingginya bahan mineral yang terkandung pada gambut. Kadar abu juga berkaitan dengan tingkat kesuburan tanah gambut. Kadar abu dan kadar bahan organik memiliki hubungan dengan tingkat kematangan gambut yang mana bila gambut semakin matang maka kadar abu makin besar dan kadar C-organik makin kecil. Kadar abu lebih dari 5 menunjukkan bahwa gambut sudah dipengaruhi oleh bahan mineral atau yang disebut dengan peatymineral dan gambut ini lebih subur karena ketersediaan haranya lebih tinggi dibandingkan dengan gambut yang tidaksangat sedikit kadar abunya yang disebut true peat Noor 2001 . Bulk density atau bobot isi BD tanah adalah berat kering per unit volume tanah. Bulk density tergantung pada besarnya pemadatan, komposisi organik dari bahan penyusun tanah, tingkat dekomposisi, kandungan bahan mineral, dan kelembaban pada saat pengambilan sampel. Selanjutnya kisaran bulk density tanah gambut antara 0,05 gcm 3 pada tanah gambut belum matang atau fibrik, sampai 0,5 gcm 3 pada gambut yang telah terdekomposisi atau matang saprik. Tabel 29 Sifat fisik dan kimia tanah gambut hemik pada berbagai kondisi hutan gambut Sifat fisik dan kimia gambut hemik Kondisi Hutan HP HBT HS HT Rata-rata Kadar Air 930,15 1058,10 861,17 1065,37 978,70 Bulk Density gcm3 0,16 0,13 0,15 0,14 0,14 Soil Organic Mater 97,64 96,50 97,41 94,97 96,63 C-Organik 56,64 55,98 56,50 55,08 56,05 Carbon Density kgm3 90,71 74,68 81,81 75,24 80,61 Kadar Abu 2,36 3,50 2,59 5,03 3,37 Hasil penelitian ini diperkuat laporan dari Andriesse 1988 bahwa hubungan kematangan gambut dengan bulk density berbanding lurus. Semakin matang tanah gambut maka bobot isinya juga semakin besar. Bobot isi tanah gambut Malaysia berkisar antara 0,09 sampai dengan 0,12 gcm 3 sedangkan di Indonesia memiliki nilai yang lebih kecil dari 0,1 gcm 3 pada gambut alami dan lebih dari 0,2 gcm 3 pada gambut matang saprik. Nilai bulk density tanah mineral itu rata-ratanya adalah 0,24 gcm 3 sedangkan nilai rata-rata bulk density tanah gambut dari hasil penelitian ini adalah 0,10 gcm 3 . Penelitian lain pada tanah gambut di kebun kelapa sawit, Yulianti 2009 menunjukan bobot isi berdasarkan kematangan gambut yaitu saprik, hemik dan fibrik masing-masing berkisar antara 0,13-0,17 gcm 3 ; 0,07-0,15 gcm 3 ;dan 0,10-0,12 gcm 3 . Gambut dengan tingkat kematangan fibrik memiliki nilai rata-rata persen C- organik adalah 56,23 , sedangkan hemik memiliki nilai 56,05. Hal ini diperkuat Ekono 1981 diacu dalam Andriesse 1988 menuturkan bahwa kadar karbon dari gambut yang belum terdekomposisi atau belum matang fibrik berkisar 48-50, lalu 53-54 pada gambut yang setengah terdekomposisi atau setengah matang hemik serta 58-60 pada gambut yang telah terdekomposisi atau matang saprik. Walaupun kadar karbon pada gambut yang telah terdekomposisi saprik lebih tinggi dibanding gambut yang setengah terdekomposisi hemik atau belum terdekomposisi fibrik, tetapi perbedaan nilainya tidak berbeda nyata. Gambut terbentuk dari perendaman air pada bahan organik dalam waktu yang lama sehingga bahan organik yang ada tidak bisa terdekomposisi atau terdekomposisi dengan sangat lambat. Kondisi yang terendam tanah ini harus selalu dipertahankan untuk menjaga kandungan organik tanah dan menjaga laju pembentukan tanah gambut. Penurunan muka air tanah sebesar 10 cm per tahun akan menyebabkan peningkatan emisi CO 2 sebesar 9,1 t CO 2 hathn Hooijer et al. 2006 . Emisi tersebut berhubungan dengan simpanan karbon tanah gambut yang berkorelasi dengan kerapatan karbon. Emisi terjadi saat tanah gambut sebagai simpanan karbon yang sangat besar, terdekomposisi sehingga melepaskan gas CO 2 ke atmosfir. Penelitian lain menunjukan kerapatan karbon tanah gambut di Indonesia antara 30-70 kg Cm 3 Fahmudin Subiksa 2008 . Wahyunto et al. 2003 , melaporkan bahwa kerapatan karbon lahan gambut Indonesia pada kondisi hutan sekunder, semak belukar, tanaman semusim, kebun kelapa sawit secara berurutan adalah 27,06 - 94,37 kg Cm 3 ; 25,54 - 121,39 kg Cm 3 ; 29,13 - 86,23 kg Cm 3 ; dan 38,57 - 126,61 kg Cm 3 . Hal itu menunjukan kerapatan karbon tanah gambut yang sangat besar jika dibandingkan dengan kerapatan karbon tanah mineral. Tanah mineral pada penelitian ini tergolong liat marin yang berada di bawah lapisan gambut dengan rata-rata kerapatan karbon-nya 7,80 kg Cm 3 .

6.2. Biomassa dan Massa Karbon Tanah Gambut

Lahan basah di daerah tropis adalah reservior karbon yang sangat besar terutama pada bagian bawah permukaan. Potensi massa karbon pada berbagai kondisi hutan gambut di plot contoh dengan luasan satu hektar disajikan pada Tabel 30 dan Tabel 31, yang menunjukan bahwa rata-rata simpanan karbon dari keseluruhan plot contoh berdasarkan kondisi hutan menghasilkan nilai sebesar 1486 ton Cha. Kondisi hutan tidak menggambarkan besarnya potensi massa karbon tanah gambut karena parameter yang menentukan besarnya massa karbon tanah gambut adalah ketebalan, bulk density, dan kematangan. Jika dibandingkan potensi simpanan karbon tanah mineral di lokasi penelitian yang sama di bawah lapisan gambut menunjukan nilai 77,99 ton Cha. Tabel 30 Biomassa tanah gambut pada berbagai ketebalan gambut dan pada berbagai kondisi hutan Kondisi Hutan Biomassa Tanah Gambut tonha 100 - 300 cm 300 - 400 cm Rata-rata Hutan Primer 1929,96 3527,28 2728,62 Hutan Bekas Tebangan 2747,17 3336,53 3041,85 Hutan Sekunder 1993,69 3223,51 2608,60 Hutan Terdegradasi 1019,53 3315,15 2167,34 Rata-rata 1922,59 3350,62 2636,60 Tabel 31 Simpanan karbon tanah gambut pada berbagai ketebalan gambut dan pada berbagai kondisi hutan Kondisi Hutan Massa Karbon Tanah Gambut ton Cha 100 - 300 cm 300 - 400 cm Rata-rata Hutan Primer 1094,96 1979,77 1537,37 Hutan Bekas Tebangan 1540,91 1886,62 1713,77 Hutan Sekunder 1122,55 1850,23 1486,39 Hutan Terdegradasi 571,49 1839,69 1205,59 Rata-rata 1082,48 1889,08 1485,78 Penelitian Istomo 2006 menunjukan nilai 2900 sampai dengan 4600 tonha pada kedalaman 2 sampai 5 m. Menurut Wahyunto et al. 2003 , simpanan karbon tanah gambut di Riau adalah 2900 tonha pada kedalaman 2 sampai 4 m.

7. Biomassa Total dalam Tanah dan Vegetasi Hutan Gambut Tropika

Biomassa pohon dan permudaan pohon, tiang, pancang, dan semai di atas tanah pada penelitian ini merupakan bagian terbesar dari seluruh biomassa tumbuhan hutan rawa gambut yaitu rata-rata mencapai 57,70. Biomassa tumbuhan non pohon herba, semak, dan tumbuhan bawah rata-rata 3,35. Biomassa tumbuhan mati serasah dan nekromassa di lantai hutan adalah sebesar 17,15. Biomassa di bawah permukaan tanah yang meliputi biomassa akar seluruh jenis rata-rata 21,80. Kondisi ini berbeda dengan hasil studi Hairiah dan Rahayu 2007 bahwa biomassa pohon menyumbangkan 90 dari total biomassa tumbuhan, sementara itu nekromassa, serasah, tumbuhan bawah, semak dan herba hanya memberikan kontribusi biomassa sekitar 10. Biomassa pohon di atas permukaan tanah hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Istomo 2006 dan Istomo et al. 2009 di hutan gambut Kalimantan Tengah, yaitu 247,50 tonha di hutan primer, 111,40 tonha di hutan bekas tebangan, 65,00 tonha di hutan sekunder, dan 6,95 tonha di hutan semak belukar. Secara umum, hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat degradasi hutan maka semakin tinggi tingkat penurunan biomassa pohon di atas permukaan. Hal sejalan juga disampaikan oleh Lasco et al. 2006 yang menyatakan bahwa biomassa pohon di atas permukaan hutan Dipterokarpa lahan kering di Filipina adalah 399 tonha di hutan primer, 191 tonha di hutan bekas tebangan 1-