Nekromassa HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan potensi karbon serasah pada setiap kondisi hutan dipengaruhi oleh tingkat produksi serasah yang berbeda-beda dari setiap kondisi hutan dan sangat dipengaruhi oleh proses dekomposisi bahan organik. Selain itu, adanya variasi produksi serasah dipengaruhi pula oleh kerapatan tajuk dan persaingan dalam mendapatkan cahaya. Peningkatan suhu tanah dapat merangsang kegiatan metabolisme dekomposer untuk mempercepat laju proses perombakan bahan organik menjadi CO 2 seperti pada kondisi hutan bekas tebangan, hutan sekunder, dan hutan terdegradasi. Sedangkan pada kondisi hutan primer, cahaya yang dapat masuk ke lantai hutan lebih sedikit sehingga suhunya akan lebih dingin dan lembab bahkan sampai tergenang air yang dapat menyebabkan aktivitas dekomposer di dalam proses perombakan serasah tersebut lebih lambat sehingga produksi serasah hutan primer terutama serasah halus akan lebih banyak, karena keberadaanya di permukaan tanah relatif lebih lama.

4.3. Biomassa dan Massa Karbon Bahan Organik Mati

Biomassa total bahan organik mati yang terdiri atas biomassa pohon matinekromasa dan biomassa serasah serasah kasar dan halus dari setiap kondisi hutan gambut dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Rata-rata massa bahan organik mati dari setiap kondisi hutan gambut No Kondisi Hutan Massa tonha Total tonha Nekromasa Serasah 1 Hutan primer 42.38 25.52 67.90 2 Hutan bekas tebangan 82.05 22.31 104.36 3 Hutan sekunder 59.41 11.89 71.30 4 Hutan terdegradasi 68.92 16.12 85.04 Rata-rata tonha 63.19 18.97 82.16 Berdasarkan Tabel 24 dapat dilihat bahwa sebagian besar biomassa bahan organik mati tertinggi pada setiap kondisi hutan terdapat pada nekromasa. Nilai total biomassa bahan organik mati tertinggi terdapat pada hutan bekas tebangan sebesar 104,36 tonha dan total biomassa bahan organik mati terendah terdapat pada hutan primer sebesar 67,90 tonha. Perbedaan total biomassa dari setiap kondisi hutan dapat dilihat dari total biomassa yang terdapat pada nekromasa dan serasah, dimana nekromasa hutan bekas tebangan mempunyai nilai massa paling tinggi dibandingkan kondisi hutan lainnya. Secara keseluruhan, total rata-rata biomassa dari semua kondisi hutan adalah 82,16 tonha yang terdiri dari rata-rata massa nekromasa sebesar 77 dan serasah sebesar 23. Berdasarkan hasil potensi karbon nekromasa dan serasah dari setiap kondisi hutan gambut, maka dapat diperoleh total potensi karbon bahan organik mati Tabel 25. Tabel 25 Potensi karbon bahan organik mati di setiap kondisi hutan gambut No Kondisi Hutan Potensi Karbon tonCha Total Nekromasa Serasah 1 Hutan primer 19.79 8.00 27,79 2 Hutan bekas tebangan 38.75 7.45 46.20 3 Hutan sekunder 28.02 4.28 32.30 4 Hutan terdegradasi 32.43 5.71 38.14 Rata-rata tonCha 29.75 6.36 36.11 Berdasarkan Tabel 25 menunjukan bahwa potensi karbon yang tersimpan pada bahan organik mati yang tertinggi terdapat pada hutan bekas tebangan sebesar 46,20 tonCha, sedangkan potensi karbon terendah terdapat pada hutan primer sebesar 27,79 tonCha. Nilai potensi karbon berbanding lurus dengan nilai massanya, dimana pada hutan bekas tebangan memiliki nilai massa tertinggi sehingga potensi karbon tersimpannya paling tinggi dibandingkan dengan kondisi hutan lainnya. Hasil ini menunjukan bahwa potensi karbon yang tersimpan pada bahan organik mati dalam penelitian ini memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan penelitian pada Widyasari 2010 . Perbedaan ini diduga karena perbedaan kondisi ekosistem hutannya atau perbedaan jenis tumbuhannya.

5. Akar Pohon

Penyebaran massa karbon dalam pohon dipengaruhi oleh umur pohon, diameter pohon, tipe daun, dan struktur akar. Akar pohon adalah bagian pokok pada pohon yang tumbuh menuju ke dalam tanah, terdiri dari akar besar coarse roots dan akar tunjang tap roots yang berfungsi untuk menyokong berdirinya pohon, dan akar kecil atau fine roots yang berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Analisis laboratorium pada sampel akar yang berasal dari 74 sampel pohon dari 18 jenis akar pohon dominan. Sampel akar tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelas diameter yaitu akar kecil berdiameter kurang dari 2 mm, akar sedang berdiameter 2 mm sampai 5 cm, dan akar besar akar tunjang berdiameter di atas 5 cm.

5.1. Kadar Karbon Akar Pohon

Dari 18 jenis dominan yang diambil sampel akarnya, jenis nangka-nangka dan punak memiliki kadar karbon yang paling tinggi, sedangkan yang paling kecil adalah darah-darah dan pasir-pasir. Tabel 26 Kadar karbon akar pohon berdasarkan kelas diameter akar dan kelas diameter pohon Kelas DBH cm Jumlah Kadar Karbon Sampel Akar Kecil Akar Sedang Akar Besar Rata-rata Pohon 2 mm 2 mm≤ x ≤ 5 cm 5 cm 10 33 44,70 43,29 - 43,95±7,48 10-20 28 47,22 39,63 50,46 43,15±6,46 20-30 3 45,76 36,75 46,19 42,90±10,69 30-40 5 47,62 53,18 45,06 48,62±8,47 40-50 3 39,62 35,87 38,03 37,84±5,07 50 2 - 40,09 38,27 39,48±3,99 Rata-rata 74 45,22±6,58 41,51±7,76 43,32±10,27 43,18±7,90 Pada Tabel 26, kadar karbon sampel akar pohon yang dikelompokan berdasarkan kelas dbh pohon dan kelas diameter akar menunjukan bahwa rata-rata kadar karbon terbesar ada pada akar kecil sedangkan yang paling kecil pada akar sedang. Berdasarkan kelas dbh pohon, kadar karbon terbesar ada pada kelas dbh pohon 40 - 50 cm sebesar 48,62, dan yang terkecil pada kelas dbh pohon ≥50 cm sebesar 37,84. Rata-rata kadar karbon akar pohon dari seluruh sampel adalah 43,18.

5.2. Biomassa dan Massa Karbon Akar Pohon

Biomassa dan simpanan karbon akar pada empat kondisi hutan gambut disajikan pada Tabel 27. Nilai terbesar biomassa dan simpanan karbon akar terdapat di hutan primer yang mencapai 63,83 tonha dan 27,85 tonCha. Besarnya biomassa dan massa karbon pada hutan primer terjadi akibat tingginya keragaman stratifikasi dan potensi tegakan hutan, dimana hutan primer ini belum pernah ditebang sehingga biomassa dan karbon pada kondisi hutan ini masih tinggi. Tabel 27 Biomassa dan massa karbon akar pada empat kondisi hutan gambut Kondisi Hutan Biomassa Akar tonha Massa Karbon Akar ton Cha Hutan Primer 63,83 27,85 Hutan Bekas Tebangan 46,86 20,41 Hutan Sekunder 40,51 17,72 Hutan Terdegradasi 1,70 0,73 Rata-rata 38,23 16,68

6. Tanah Gambut

6.1. Sifat Fisik dan Kimia Contoh Tanah Gambut

Karakteristik tanah gambut dapat dilihat dari sifat fisika dan kimianya. Sifat fisika gambut dilihat dari bobot isi, kadar air, porositas tanah, ketebalan, dan lapisan mineral dibawah gambut Tabel 28 dan 29. Tabel 28 Sifat fisik dan kimia tanah gambut fibrik pada berbagai kondisi hutan gambut Sifat Fisik Dan Kimia Gambut Fibrik Kondisi Hutan HP HBT HS HT Rata-rata Kadar Air 996,54 1042,39 977,30 898,57 978,70 Bulk Density gcm 3 0,09 0,08 0,10 0,10 0,09 Soil Organic Mater 96,99 97,01 97,26 96,49 96,94 C-Organik 56,26 56,27 56,41 55,97 56,23 Carbon Density kgm 3 49,64 44,68 56,46 55,29 51,52 Kadar Abu 3,01 2,99 2,74 3,51 3,06 Kisaran kadar air pada penelitian ini berdasarkan tingkat kematangan tanah gambut antara lain 898-1042 untuk fibrik dan 861-1065 untuk hemik, dengan rata-rata kadar air seluruh sampel adalah 978,7. Kadar air pada penelitian Yulianti 2009 di kebun kelapa sawit Labuhan Batu, Sumatra Utara, menghasilkan kadar air pada berbagai tingkat kematangan antara lain saprik, hemik dan fibrik berturut-turut adalah berkisar antara 415,52 – 603,05; 620,12 – 978,57; dan 629,44 – 851,50. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hutan gambut alam memiliki kondisi gambut yang lebih baik daripada kebun kelapa sawit. Kadar abu rata-rata kadar abu untuk keseluruhan populasi sampel adalah 3,37. Gambut yang bahan mineralnya tinggi atau termasuk jenis eutrofik memiliki kadar abu yang tinggi. Kadar abu tanah gambut yang berkisar 1 sampai dengan 7 mengindikasikan bahwa gambut tersebut kondisinya masih baik. Semakin besar kadar abu, maka kadar C-organik akan semakin rendah. Makin tinggi kadar abu, menunjukkan makin tingginya bahan mineral yang terkandung pada gambut. Kadar abu juga berkaitan dengan tingkat kesuburan tanah gambut. Kadar abu dan kadar bahan organik memiliki hubungan dengan tingkat kematangan gambut yang mana bila gambut semakin matang maka kadar abu makin besar dan kadar C-organik makin kecil. Kadar abu lebih dari 5 menunjukkan bahwa gambut sudah dipengaruhi oleh bahan mineral atau yang disebut dengan peatymineral dan gambut ini lebih subur karena ketersediaan haranya lebih tinggi dibandingkan dengan gambut yang tidaksangat sedikit kadar abunya yang disebut true peat Noor 2001 . Bulk density atau bobot isi BD tanah adalah berat kering per unit volume tanah. Bulk density tergantung pada besarnya pemadatan, komposisi organik dari bahan penyusun tanah, tingkat dekomposisi, kandungan bahan mineral, dan kelembaban pada saat pengambilan sampel. Selanjutnya kisaran bulk density tanah gambut antara 0,05 gcm 3 pada tanah gambut belum matang atau fibrik, sampai 0,5 gcm 3 pada gambut yang telah terdekomposisi atau matang saprik. Tabel 29 Sifat fisik dan kimia tanah gambut hemik pada berbagai kondisi hutan gambut Sifat fisik dan kimia gambut hemik Kondisi Hutan HP HBT HS HT Rata-rata Kadar Air 930,15 1058,10 861,17 1065,37 978,70 Bulk Density gcm3 0,16 0,13 0,15 0,14 0,14 Soil Organic Mater 97,64 96,50 97,41 94,97 96,63 C-Organik 56,64 55,98 56,50 55,08 56,05 Carbon Density kgm3 90,71 74,68 81,81 75,24 80,61 Kadar Abu 2,36 3,50 2,59 5,03 3,37