Limbah Kayu Akibat Penebangan Pohon

Apabila intensitas penebangan diturunkan 40 menjadi 10 pohonha dan tetap menerapkan teknik RIL maka peningkatan stok tegakan tinggal bertambah dari 26 menjadi 39. Apabila intensitas penebangan diturunkan lagi menjadi 5 pohonha dan tetap menerapkan teknik RIL maka stok tegakan tinggal meningkat lebih tinggi lagi yaitu menjadi 49. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan teknik RIL dan pengurangan intensitas penebangan mampu meningkatkan stok tegakan tinggal. Peningkatan stok tegakan hutan berarti peningkatan simpanan karbon hutan.

1. Perkembangan Simpanan Karbon Vegetasi Hutan pada Konversi Hutan

Alam Gambut Tropika menjadi HTI Pulp Potensi tegakan HTI pulp dianggap sama pada setiap daur Rochmayanto 2009 sehingga pertumbuhan tegakan dan perkembangan simpanan karbon dianggap sama pada setiap daur. Dalam penelitian ini, kondisi tegakan hutan alam primer dianggap klimaks sehingga pertumbuhan tegakan dan perkembangan simpanan karbon dianggap tetap. Kondisi hutan bekas tebangan dan hutan sekunder memiliki riap volume 0,47 m 3 hatahun konfirmasi Istomo 2012 sehingga perkembangan karbon dianggap meningkat secara linear. Perkembangan simpanan karbon di atas permukaan tanah pada konversi hutan alam gambut menjadi HTI pulp disajikan pada Gambar 7. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hutan alam gambut terdegradasi tidak memiliki simpanan karbon di atas permukaan tanah. Gambar 7b menunjukkan bahwa HTI pulp memiliki simpanan karbon 4,6 tCha pada tahun pertama, 14,3 tCha pada tahun kedua, 25,7 tCha pada tahun ketiga, 28,2 tCha pada tahun keempat, dan 39,5 tCha pada akhir daur Rochmayanto 2009 . HTI pulp memiliki simpanan karbon di atas permukaan tanah rata-rata sebesar 22,47 tChatahun Rochmayanto 2009 . Perubahan penggunaan lahan dari hutan terdegradasi baseline 1 menjadi HTI pulp menyebabkan peningkatan simpanan karbon rata-rata sebesar 22,47 tChatahun Gambar 7a. Dengan demikian, perubahan penggunaan lahan dari hutan terdegradasi menjadi HTI pulp memberikan tambahan simpanan karbon additionality sebesar 22,47 tChatahun sehingga dapat ditawarkan dalam proyek perdagangan karbon. Gambar 7a Perkembangan simpanan karbon vegetasi hutan pada konversi hutan alam gambut tropika menjadi HTI pulp Gambar 7b Perkembangan simpanan karbon vegetasi hutan pada konversi hutan alam gambut tropika menjadi HTI pulp Hutan alam gambut primer, hutan bekas tebangan, dan hutan sekunder memiliki simpanan karbon di atas permukaan tanah rata-rata sebesar 170,50 tCha, 112,55 tCha, dan 115,30 tCha. Perubahan penggunaan lahan dari hutan alam primer baseline 2, hutan bekas tebangan baseline 3, dan hutan sekunder baseline 4 menjadi HTI pulp menyebabkan penurunan simpanan karbon rata- rata sebesar 148,03 tCha, 90,08 tCha, dan 92,83 tCha. Dengan demikian, perubahan penggunaan lahan dari hutan alam gambut primer, hutan bekas tebangan, dan hutan sekunder menjadi HTI pulp menyebabkan kehilangan simpanan karbon. Apabila hutan alam gambut primer, hutan bekas tebangan, dan hutan sekunder dipertahankan tetap sebagai hutan alam dan tidak dikonversi - 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 S im panan ka rbon t C h a Tahun Hutan terdegradasi dikonversi ke HTI hutan primer tanpa panen dan tidak dikonversi ke HTI hutan bekas tebangan tanpa panen dan tidak dikonversi ke HTI hutan sekunder tanpa panen dan tidak dikonversi ke HTI - 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 S im p an an kar b on tC h a Tahun HTI pulp HP tanpa panen HBT tanpa panen HS tanpa panen HT areal tidak berhutan menjadi HTI pulp, maka dapat diikutsertakan dalam proyek perdagangan karbon dengan menawarkan nilai kompensasi tertentu terhadap sejumlah karbon yang mampu dipertahankan keberadaannya dalam hutan.

2. Perkembangan Simpanan Karbon Hutan Gambut Tropika dengan

Memperhitungkan Subsidensi Tanah Gambut Wahyunto et. al. 2003 mengungkapkan bahwa subsidensi tanah gambut akibat kegiatan konversi hutan alam gambut terdegradasi menjadi HTI pulp menyebabkan kehilangan karbon tanah gambut rata-rata setiap tahun sebesar 46 tChatahun. Nilai ini setara dengan penurunan simpanan karbon dari tanah gambut rata-rata per tahun sebesar 168 tCO 2 ehatahun. Rochmayanto 2009 menyebutkan bahwa konversi hutan alam gambut terdegradasi menjadi HTI pulp menyebabkan penambahan simpanan karbon vegetasi pada tahun kelima sebesar 39,51 tCha, atau rata-rata serapan karbon vegetasi per tahun sebesar 22,47 tChatahun setara dengan serapan CO 2 oleh vegetasi sebesar 82,46 tCO 2 ehatahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa kehilangan simpanan karbon tanah gambut adalah 2 kali lebih besar daripada peningkatan serapan karbon vegetasi hutan. Dengan demikian, apabila kehilangan simpanan karbon tanah gambut akibat subsidensi diperhitungkan dan berlaku di pasar karbon internasional, maka pilihan konservasi karbon pada hutan alam gambut terdegradasi menjadi lebih layak daripada pilihan konversi hutan alam gambut terdegradasi menjadi HTI pulp. 3. Perkembangan Simpanan Karbon Vegetasi Hutan pada Pengelolaan Hutan Alam Gambut Tropika Bekas Tebangan Analisis perubahan dan perkembangan simpanan karbon pohon di atas permukaan tanah pada skala unit pengelolaan hutan forest management unit_FMU menggunakan metode bertambah-berkurang gain-loss method sebagaimana direkomendasikan IPCC 2006 . Dalam penelitian ini, penambahan gain simpanan karbon tegakan hutan berasal dari pertumbuhan kembali regrowth tegakan hutan setelah penebangan pohon berupa riap volume tegakan hutan m 3 hatahun, sedangkan pengurangan loss simpanan karbon tegakan