Biomassa Total dalam Tanah dan Vegetasi Hutan Gambut Tropika

Tabel 32 Kerapatan pohon dan potensi tegakan sebelum kegiatan penebangan Jumlah pohon yang ditebang rata-rata adalah 16 pohonha atau sebesar 41,6 m 3 ha di petak yang menerapkan teknik RIL, dan 17 pohonha atau sebesar 47,0 m 3 ha di petak yang menerapkan teknik CL.

3. Kerusakan Tegakan Tinggal

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh data pada Tabel 33 bahwa kegiatan penebangan dengan intensitas 16 pohonha pada petak yang menerapkan teknik RIL menyebabkan terjadinya kerusakan sebesar 77 pohonha. Hal ini berarti bahwa setiap penebangan 1 pohonha mengakibatkan terjadinya kerusakan tegakan tinggal sebesar 5 pohonha. Tabel 33 Bentuk kerusakan pohon berdiameter 10 cm akibat penebangan pohon dan penyaradan kayu Kegiatan penebangan dengan intensitas 17 pohonha pada petak yang menerapkan teknik CL menyebabkan terjadinya kerusakan sebesar 174 pohonha. Hal ini berarti bahwa setiap penebangan 1 pohonha mengakibatkan terjadinya kerusakan tegakan tinggal sebesar 10 pohonha. Dengan demikian, penerapan teknik CL menyebabkan kerusakan tegakan tinggal lebih besar 2 kali dari penerapan teknik RIL. Besarnya kerusakan pohon berdiameter lebih dari 10 cm yang diakibatkan oleh kegiatan penebangan dan penyaradan disajikan pada Tabel 34. Rata-rata kerusakan pohon berdiameter lebih besar dari 10 cm akibat pemanenan kayu dengan teknik RIL sebesar 18,9 atau sebanyak 77 pohonha, dan dikategorikan sebagai kerusakan tingkat ringan. Rata-rata kerusakan pohon berdiameter lebih besar dari 10 cm akibat pemanenan kayu dengan teknik CL sebesar 45,5 atau sebanyak 174 pohonha, dan dikategorikan sebagai kerusakan tingkat sedang. Hal ini sesuai dengan Elias 2008 yang menyatakan bahwa kerusakan 25 termasuk dalam kategori kerusakan ringan, kerusakan 25-50 termasuk dalam kategori kerusakan sedang, dan kerusakan 50 termasuk dalam kategori kerusakan berat. Tabel 34 Kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu

4. Limbah Kayu Akibat Penebangan Pohon

Limbah yang terjadi di petak tebang dalam penelitian ini adalah limbah yang berasal dari pohon yang ditebang terdiri dari limbah di bawah cabang pertama yaitu tunggak dan batang bebas cabang, serta limbah di atas cabang pertama yaitu limbah batang bagian atas dan dahan. Secara ringkas, potensi limbah kayu akibat penebangan disajikan pada Tabel 35. Tabel 35 Volume limbah rata-rata pada tiap plot contoh di petak RIL Plot RIL Limbah di bawah cabang pertama Limbah di atas cabang pertama Limbah total m 3 pohon m 3 ha m 3 pohon m 3 ha m 3 pohon m 3 ha 1 0,20 3,56 0,05 0,95 0,25 4,51 2 0,46 6,93 0,12 1,77 0,58 8,70 3 0,48 6,72 0,25 3,47 0,73 10,2 Rata-rata 0,38 5,74 0,14 2,06 0,52 7,80 Tabel 35 menunjukkan bahwa volume limbah yang terjadi di petak RIL adalah 7,8 m 3 ha terdiri dari limbah di bawah cabang pertama sebesar 5,74 m 3 ha dan limbah di atas cabang pertama sebesar 2,06 m 3 ha. Volume limbah yang terjadi pada tiap pohon yang ditebang adalah 0,52 m 3 pohon terdiri dari limbah di bawah cabang pertama 0,38 m 3 pohon dan limbah di atas cabang pertama 0,14 m 3 pohon. Tabel 36 Volume limbah rata-rata pada tiap plot contoh di petak CL Plot CL Limbah di bawah cabang pertama Limbah di atas cabang pertama Limbah total m 3 pohon m 3 ha m 3 pohon m 3 ha m 3 pohon m 3 ha 1 0,71 10,68 0,55 8,24 1,26 18,92 2 1,24 24,82 0,29 5,76 1,53 30,58 3 0,53 8,46 0,08 1,31 0,61 9,77 Rata-rata 0,83 14,65 0,31 5,10 1,10 19,76 Tabel 36 memperlihatkan bahwa volume limbah yang terjadi di petak CL adalah 19,76 m 3 ha terdiri dari limbah di bawah cabang pertama sebesar 14,65 m 3 ha dan limbah di atas cabang pertama sebesar 5,10 m 3 ha. Volume limbah yang terjadi pada tiap pohon yang ditebang adalah 1,10 m 3 pohon terdiri dari limbah di bawah cabang pertama 0,83 m 3 pohon dan limbah di atas cabang pertama 0,31 m 3 pohon.