Pendekatan Finansial Perhitungan Biaya Dan Manfaat Ekonomi Karbon

Tipe ekosistem hutan rawa gambut di areal termasuk tipe gambut pantai yang terletak di daerah depresi antara sungai Rokan dan Selat Malaka. Berdasarkan asosiasi vegetasi terdapat tiga asosiasi vegetasi hutan rawa gambut dari mulai gambut dangkal sampai gambut dalam. Masing-masing asosiasi vegetasi diberi nama menurut jenis pohon komersil yang dominan, yaitu : 1 Asosiasi Terentang Campnosperma auriculata – Pulai Alstonia pneumathophra pada ketebalan gambut 3 m-2 m 2 Asosiasi Balam Palaquium obovatum – Meranti Batu Shorea uliginosa pada ketebalan gambut 3 –6 m, dan 3 Asosiasi Ramin Gonystylus bancanus – Suntai Palaquium dasyphillum pada ketebalan gambut 6 m. Tipe ekosistem hutan mangrove di dalam areal kerja terletak di pantai Utara –Timur yang berbatasan dengan Selat Malaka. Pada lokasi tersebut Semenanjung Bagan Siapiapi yang landai dengan banyak muara sungai-sungai terbentuk habitat berlumpur yang dipengaruhi pasang surut air laut yang sesuai dengan pertumbuhan hutan mangrove. Lebar jalur hutan mangrove di lokasi tersebut bervariasi antara 200 –800 m. Zonasi hutan mangrove dari arah laut, meliputi asosiasi Sonneratia –Rhizophora spp. yang disusul oleh asosiasi Xylocarpus-Bruguiera spp., sedangkan arah tepi sungai dimulai dengan Nipah Nypa fruticans, Xylocarpus granatum sampai Bruguiera cylindrica di bagian tengah. Jenis Tumu Bruguiera cylindrica termasuk jenis yang komersial dan dominan, denan diameter mencapai 30-40 cm yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang. Terdapat juga beberapa areal tak berhutan dan belukar.

6. Keanekaragaman Flora

Keanekaragaman flora di areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT berkaitan dengan keberadaan hutan dan tipe habitat, yaitu hutan rawa gambut dan hutan mangrove. Hasil penelitian Istomo 2002 di areal hutan yang belum ditebang pada tingkat kedalaman gambut yang berlokasi di 9 plot contoh dengan luas areal masing-masing 0,2 ha, menunjukkan bahwa pada tingkat pohon diameter 20 cm jumlah spesies berkisar antara 30-36 spesies. Spesies pohon yang dominan pada kedalaman gambut 4-5 m adalah Jambu-jambu Eugenia sp. 43 , sementara pada kedalaman gambut 6-7 m didominasi oleh Ramin Gonystilus bancanaus , INP 32. Dominasi Ramin pada tingkat pohon di gambut dalam didasarkan pada hasil penelitian Istomo 1994 di Sampit, Kalimantan Tengah. Pada tingkat pancang, hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa jumlah spesies pada tiap petak ukur berkisar antara 20-22 spesies. Spesies dominan pada kedalaman gambut 2-3 m adalah Balam Palaquium obovatum, INP 25, spesies dominan pada kedalaman gambut 4-5 m adalah Jambu-jambu Eugenia sp., INP 25, dan pada kedalaman gambut 6-7 m adalah Pasir-pasir Urandra secundiflora , INP 23. Pada tingkat semai, jumlah spesies rata-rata pada tiap petak ukur berkisar antara 17 –18 spesies. Spesies dominan pada kedalaman gambut 2–3 m adalah Pasir-pasir Urandra secundiflora, INP 26, pada kedalaman gambut 4 –5 m adalah Milas Parasternon urophyllum, INP 32, dan pada kedalaman gambut 6 –7 m adalah Jambu-jambu Eugenia sp., INP 28. Spesies pohon yang dikategorikan sebagai pohon komersil diantaranya adalah Ramin Gonystylus bancanus, Meranti Batu Shorea uliginosa, Meranti Bunga Shorea teysmanniana, Durian Burung Durio carinatus, Suntai Palaquium obovatum, Bintangur Calophyllum soulattri, Geronggang Cratoxylon arborescens, Punak Tetramerista glabra, Jangkang Xylopia malayana , Pisang-pisang Mezzetia parviflora, dan Kelat Eugenia sp.. Spesies non pohon tumbuhan bawah, semak, epifit, dan liana yang terdapat di areal kerja terdiri dari hampir 10 spesies tumbuhan bawah dan hampir 10 spesies epifit, liana, dan semak. Spesies tumbuhan bawah yang dominan adalah Palma dari spesies Palas Liquala pimula dan Salak Hutan Zalacca conferta. Kedua spesies tumbuhan tersebut ditemukan sebagai tumbuhan dominan dan rapat, mencapai tinggi 2 –4 m. Di hutan yang padat dengan Palas dan Salak Hutan, jarang ditemukan adanya anakan pohon atau regenerasinya. Tumbuhan bawah yang seringkali ditemukan di lantai hutan primer adalah Pandan Pandanus sp., tumbuhan merambat Rhaphidophora minor, Kadaka Asplenium nidus, Anggrek Dendrobium salaccensis, dan Kantung Semar Nepenthes spp.. Spesies Paku-pakuan yang mendominasi areal bekas tebangan adalah Neprolepsis radicans dan Stenochlaena palustris.

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Pengukuran dan Penghitungan Biomassa dan Karbon Pada Tanah dan

Tumbuhan Hutan Gambut Tropika Metode pengukuran dan penghitungan biomassa dan massa karbon pada tanah dan tumbuhan hutan gambut tropika dilakukan dengan tahapan antara lain: 1 analisis vegetasi untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur tegakan serta dimensi; 2 pengukuran pohon contoh untuk menyusun persamaan alometrik pendugaan biomassa dan massa karbon pohon; 3 pengambilan contoh uji untuk mengukur kadar karbon di laboratorium; 4 penyusunan dan pengujian persamaan alometrik pendugaan biomassa dan massa karbon; serta 5 pendugaan simpanan biomassa dan massa karbon pada tanah dan tumbuhan hutan gambut. Nilai karbon tersimpan digambarkan dalam bentuk perubahan simpanan massa karbon pada beberapa perubahan tutupan lahan menurut kondisi hutan gambut dan menurut waktu, dengan menggunakan pendekatan pengumpulan data nilai karbon tersimpan pada suatu waktu tertentu. Perubahan simpanan karbon menurut kondisi hutan gambut diperoleh dari hutan alam gambut hutan primer, hutan bekas tebangan, hutan sekunder dan hutan terdegradasi. Perubahan simpanan karbon menurut kondisi waktu diperoleh dari keragaan sampel tegakan hutan dalam areal hutan tanaman gambut pada berbagai kelas umur yang memiliki kesamaan homogenitas karakteristik seperti jenis tanah, ketebalan gambut dan kondisi iklim. Prosedur perhitungan biomassa dan massa karbon pohon di hutan alam gambut menggunakan persamaan alometrik yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pengukuran biomassa pohon contoh diawali dengan proses penebangan, pemotongan dan penimbangan beberapa bagian pohon contoh. Biomassa akar akan diestimasi menggunakan nilai terpasang default value nisbah tajuk dan akar root to shoot ratio, RS ratio. Nilai RS rasio yang akan digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil penelitian Istomo 2002 yaitu 0.25, dimana nilai tersebut sejalan dengan nilai RS ratio menurut Brown 1997 dan IPCC 2006 . Penjumlahan biomassa dan massa karbon semua pohon yang diukur pada suatu lahan, baik yang berukuran besar maupun kecil, dilakukan untuk memperoleh total biomassa dan massa karbon pohon per luasan lahan kgha. Total biomassa dan massa karbon per luasan lahan merupakan estimasi akhir jumlah total biomassa dan karbon tersimpan per luasan lahan. Konsentrasi karbon dalam bahan organic akan diketahui melalui analisis di laboratorium yaitu berupa factor konversi. Estimasi jumlah total karbon tersimpan per komponen biomassa dapat dihitung dengan mengkalikan total berat massanya berat kering dengan factor konversi konsentrasi karbon dalam bahan organik.

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama dilakukan pengambilan data di lapangan areal PT. DRT selama tiga bulan mulai bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 dan tahap kedua dilakukan analisis kandungan karbon di laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB selama tiga bulan mulai bulan Agustus 2011 sampai bulan Oktober 2011. Penelitian lapangan akan dilaksanakan di wilayah Provinsi Riau, yaitu di areal hutan gambut alam IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber. Lokasi tersebut dipilih untuk mewakili kondisi pengelolaan hutan alam dan hutan tanaman pada lahan gambut di Indonesia dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki keberagaman kondisi hutan gambut beserta pengelolaannya, yaitu hutan alam primer, hutan alam bekas tebangan, hutan alam sekunder dan hutan alam terdegradasi, memiliki ketebalan gambut yang bervariasi, serta memiliki laju deforestasi dan degradasi hutan gambut yang cukup tinggi. Hutan alam gambut primer adalah hutan alam gambut yang belum banyak mengalami gangguan dan memiliki tajuk hutan yang masih rapat. Hutan gambut bekas tebangan didefinisikan sebagai hutan yang telah mengalami aktivitas pemanenan hutan, namun masih memiliki potensi vegetasi growing stock yang tinggi tajuk masih rapat dan masih menunjukkan ciri-ciri hutan alam primer tapi jarang ditemukan pohon komersial besar. Hutan gambut sekunder didefinisikan sebagai hutan bekas tebangan yang telah mengalami gangguan lebih lanjut sehingga potensinya menurun dan telah menunjukkan adanya jenis-jenis pionir yang berbeda dengan jenis alami sebelumnya. Hutan gambut sekunder umumnya berupa hutan belukar yang merupakan bentuk suksesi hutan sekunder setelah penebangan atau kerusakan lainnya menjadi komunitas vegetasi yang dominasi oleh pohon-pohon pionir, jarang ditemukan pohon komersial berukuran besar serta penutupan tajuknya terbuka terfragmentasi. Sedangkan hutan gambut terdegradasi didefinisikan sebagai hutan sekunder yang telah mengalami gangguan lebih lanjut sehingga potensinya sangat sedikit dan hanya berupa semak, tumbuhan bawah berupa rumput dan paku- pakuan atau tanah terbukakosong. Semak merupakan bentuk hutan yang telah terdegradasi karena penebangan, bekas kebakaran atau bekas perladangan yang telah mengalami suksesi. Tumbuhan yang dominan adalah tumbuhan rendah, herba, pohon pionir dan tumbuhan berkayu tingkat rendah lainnya. Tajuk hutan terbuka atau tidak ditemukan pohon yang berdiameter besar. Tanah terbuka adalah areal yang sebagian besar berupa tanah kosong tanpa vegetasi atau berupa bekas kebakaran yang belum mengalami suksesi.

2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat penelitian yang akan digunakan meliputi alat untuk pengambilan data di lapangan dan alat untuk analisis kandungan karbon di laboratorium. Alat yang akan digunakan dalam penelitian di lapangan meliputi kompas, pita diameter, pita meter, timbangan, kamera, alat tulis dan blangko pengamatan tally sheet. Alat yang akan digunakan dalam penelitian di laboratorium meliputi oven, timbangan, alat tulis dan blangko pengamatan tally sheet. Bahan penelitian sebagai obyek penelitian yang akan digunakan adalah komunitas tumbuhan, contoh bagian tumbuhan dan contoh tanah gambut dari berbagai kedalaman dan ketebalan gambut pada ekosistem hutan alam gambut serta ekosistem hutan tanaman gambut. Komunitas tumbuhan dibedakan menurut bentuk tumbuhan pohon dan permudaannya, semak, herba dan tumbuhan bawah, bagian tumbuhan batang, cabang, ranting, daun, kulit dan akar, serta tingkat pertumbuhan pohon, pancang dan semai. Objek penelitian lainnya adalah nekromassa atau pohon matirobohrusak, serasah dan tanah gambut.