Penghitungan Nilai Manfaat Ekonomi Karbon

pengelolaan hutan alam secara lestari, atau lainnya; 2 Apabila subsidensi tanah gambut terjadi pada pengelolaan HTI dan konversi HA menjadi HTI, maka kemungkinan pilihan strategi yang diterapkan antara lain mengkonservasi, mengelola secara lestari atau merehabilitasimerestorasi hutan alam, menghentikan konversi hutan alam menjadi hutan tanaman, atau lainnya; dan 3 Apabila simpanan karbon akibat kerusakan hutan dan subsidensi gambut terjadi peningkatan, maka kemungkinan pilihan-pilihan strategi yang diterapkan antara lain mengkonservasi atau merehabilitasimerestorasi hutan alam, menghentikan konversi hutan alam menjadi hutan tanaman, mengelola hutan alam dengan teknik ramah lingkungan, atau lainnya. Kriteria dan indikator yang dipertimbangkan pada aspek aspek analisis finansial manfaat ekonomi karbon adalah apabila NPV tanpa proyek NPV dengan proyek, maka kemungkinan pilihan-pilihan strategi yang diterapkan antara lain mengkonservasi atau mengelola hutan gambut tropika secara lestari tanpa perlu terlibat dalam skema perdagangan karbon, atau kemungkinan lainnya. Kriteria dan indikator yang dipertimbangkan pada aspek aspek analisis ekonomi wilayah manfaat ekonomi karbon adalah apabila pengelolaan hutan tanpa proyek karbon memberikan kontribusi lebih besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat di suatu daerah daripada pengelolaan hutan dengan proyek karbon, maka kemungkinan pilihan-pilihan strategi yang diterapkan antara lain mengkonservasi atau mengelola hutan gambut tropika secara lestari tanpa perlu terlibat dalam skema perdagangan karbon, atau kemungkinan lainnya. Kemungkinan pilihan-pilihan tersebut dirumuskan secara luas dan terintegrasi dan disertai dengan konsekuensinya kelebihankekurangan atau keuntungankerugian berdasarkan informasi dasar yang dihasilkan dalam penelitian ini dan informasi relevan dari kajian pustaka.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Biomassa dan Simpanan Karbon Total pada Tanah dan Vegetasi Hutan

Gambut Tropika 1. Vegetasi Pohon dan Permudaan 1.1. Komposisi jenis dan struktur tegakan pohon dan permudaan Berdasarkan hasil analisis vegetasi diketahui bahwa jumlah seluruh jenis pohon dan permudaan per ha di empat kondisi tutupan hutan gambut adalah sebanyak 42 jenis. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Istomo 2006 bahwa jumlah seluruh jenis pohon dan permudaan per ha di hutan gambut alam primer adalah sebanyak 45 jenis. Tabel 2 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat degradasi hutan maka semakin menurun jumlah pohon dan permudaan per ha. Tabel 2 juga memperlihatkan kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat permudaan maka semakin tinggi jumlah jenis yang ditemukan per ha. Hal ini tidak terjadi pada kondisi hutan gambut yang telah terdegradasi. Tabel 2 Komposisi jenis untuk setiap tingkat pertumbuhan pohon pada setiap kondisi tutupan hutan gambut No. Kondisi hutan Tebal gambut Jumlah jenis per ha Jumlah batang per ha cm Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon 1 Hutan Primer 230 dan 480 23 21 28 33 8600 1240 588 245 2 Hutan Bekas Tebangan 280 dan 460 23 21 26 28 7350 1128 438 202 3 Hutan sekunder 200 dan 320 27 20 26 33 5450 624 250 182 4 Hutan Terdegradasi 100 dan 330 16 13 7 2850 312 18 Gambar 6 Struktur tegakan pohon dan permudaan per kelas diameter pada empat kondisi hutan gambut tropika 200 400 600 800 1000 1200 1400 5-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm 60-70 cm 70 cm B atan g h a Hutan Primer Hutan Bekas Tebangan Hutan Sekunder Hutan Terdegradasi Tabel 3 mengindikasikan bahwa perubahan tutupan hutan gambut menyebabkan perubahan dominasi jenis pohon dan permudaan. Pada tingkat permudaan semai, pancang, dan tiang di semua kondisi hutan gambut didominasi oleh satu jenis komersial yaitu balam Palaquium obovatum dan banyak jenis kurang komersial seperti pasir-pasir Uranda secundiflora, darah-darah Knema cinerea , dan jambu-jambu Eugenia sp.. Pada tingkat permudaan pohon di kondisi hutan gambut primer didominasi oleh jenis-jenis komersial seperti balam Palaquium obovatum, meranti batu Shorea uliginosa, dan punak Tetramerista glabra . Pada kondisi hutan gambut bekas tebangan dan hutan sekunder, permudaan tingkat pohon hanya didominasi oleh balam Palaquium obovatum. Hal ini sesuai dengan Istomo 2006 yang menemukan bahwa jenis dominan pada tingkat permudaan pohon di hutan gambut alam primer adalah balam Palaquium obovatum , meranti batu Shorea uliginosa, dan ramin Gonystylus bancanus. Tabel 3 Jenis dominan urutan INP indeks nilai penting ketiga terbesar untuk setiap tingkat pertumbuhan pohon pada setiap kondisi tutupan hutan gambut No. Kondisi hutan Tingkat pertumbuhan Semai Pancang Tiang Pohon Jenis INP Jenis INP Jenis INP Jenis INP 1 Hutan Primer Urandra secundiflora 26,82 Palaquium obovatum 66,46 Eugenia sp. 37,46 Shorea uliginosa 34,52 Palaquium obovatum 25,07 Eugenia sp. 51,16 Urandra secundiflora 36,96 Palaquium obovatum 31,91 Mangifera parvifolia 20,99 Ilex bogoriensis 37,58 Palaquium obovatum 35,39 Tetramerista glabra 24,04 2 Hutan Bekas Tebangan Urandra secundiflora 31,29 Eugenia sp. 41,31 Gardenia resinifera 35,63 Parastemon urophyllum 33,01 Eugenia sp. 25,85 Palaquium obovatum 32,83 Ilex bogoriensis 28,64 Palaquium obovatum 30,38 Parastemon urophyllum 17,69 Ilex bogoriensis 30,62 Lindera subumbelliflora 27,99 Knema cinerea 29,49 3 Hutan Sekunder Knema cinerea 22,02 Eugenia sp. 63,76 Urandra secundiflora 50,16 Palaquium obovatum 41,94 Urandra secundiflora 22,02 Gardenia resinifera 39,35 Knema cinerea 36,64 Knema cinerea 38,66 Palaquium obovatum 18,35 Knema cinerea 33,79 Palaquium obovatum 31,67 Eugenia sp. 27,75 4 Hutan Terdegradasi Gardenia resinifera 31,86 Dillenia excelsa 64,85 Shorea uliginosa 64,85 - - Knema cinerea 28,32 Knema cinerea 53,64 Eugenia sp. 53,64 - - Palaquium obovatum 21,24 Lindera subumbelliflora 36,08 Mangifera parvifolia 36,08 - -

1.2. Kadar Karbon Pohon

Hasil analisis laboratorium pada Tabel 4 menunjukkan rata-rata kadar karbon berdasarkan pembagian kelas diameter memiliki kadar karbon yang bervariasi. Kadar karbon terbesar terdapat pada bagian batang, disusul bagian cabang, ranting, akar dan daun. Hal ini disebabkan oleh pada bagian batang kadar zat terbang dan kadar abu rendah. Menurut Widyasari 2010 batang mengandung bahan penyusun dinding sel batang dan juga pada bagian batang ini merupakan tempat terkumpulnya cadangan makanan yang paling banyak. Rata-rata tertimbang kadar karbon pohon adalah 55,06. Hasil ini berbeda dengan pendapat bahwa 46 biomassa adalah karbon Hairiah Rahayu 2007 dan pernyataan Brown 1997 bahwa setengah dari biomassa adalah karbon. Variasi konsentrasi karbon dipengaruhi oleh jenis tumbuhan, kondisi tanah dan kondisi iklim. Tabel 4 Rata-rata kadar karbon setiap bagian pohon contoh berdasarkan kelas diameter Kadar karbon bagian pohon DBH cm Batang Cabang Ranting Daun Akar 5-10 61,12 - 36,25 29,84 38,90 10-20 62,19 49,15 37,49 28,64 37,78 20-30 61,70 49,95 38,57 30,31 40,38 30-40 68,62 57,91 42,01 31,66 44,99 40-50 60,94 48,17 35,29 29,44 33,51 50-60 66,14 54,44 49,16 27,54 41,08 60-70 62,28 50,37 34,62 29,86 35,39 Rata-rata 63,28 51,67 39,05 29,61 38,86 Keterangan: - tidak ada sampel

1.3. Model persamaan alometrik penduga biomassa pohon

Simpanan biomassa pohon seluruh tegakan diduga menggunakan persamaan alometrik. Persamaan disusun berdasarkan pohon contoh yang ditebang Tabel 5 yaitu batang, cabang, ranting, daun dan total biomassa bagian pohon yang didasarkan pada hubungan antara biomassa tiap bagian pohon dengan parameter diameter pohon. Pohon sampel yang telah ditebang secara destruktif menjadi bahan dasar pembuatan persamaan alometrik. Tabel 5 Komposisi pohon contoh, pohon model dan pohon validasi berdasarkan kelas diameter Kelas diameter Jumlah pohon contoh Jumlah pohon model Jumlah pohon validasi 5-10 cm 33 23 10 10-20 cm 28 18 10 20-30 cm 3 3 30-40 cm 5 3 2 40-50 cm 3 3 50-60 cm 1 1 60-70 cm 1 1 Total 74 52 22 100 70 30 Model persamaan alometrik pendugaan biomassa pohon disajikan pada Tabel 6. Model persamaan alometrik pendugaan biomassa di atas permukaan tanah untuk pohon berdiameter 5-63 cm di lokasi penelitian ini adalah W = 0,204 D 2,393 dengan nilai R 2 = 97. Model tersebut selaras dengan model pangkat untuk pendugaan biomassa zona lembab yang diusulkan Brown 1997 adalah W = 0,118 D 2,53 dengan nilai R 2 = 97. Ducey et al. 2009 menyatakan hal sejalan bahwa model persamaan alometrik penduga biomassa di atas permukaan tanah yang sesuai untuk hutan alam hujan tropika Amazon bagian timur adalah model TAGB = a DBH b . Basuki et al. 2009 menyatakan hal berbeda bahwa model persamaan alometrik penduga biomassa di atas permukaan tanah yang sesuai untuk hutan Dipterokarpa campuran di hutan alam hujan tropika Kalimantan Tengah, Indonesia adalah model lnTAGB = c + αlnDBH. Chave et al. 2005 menyatakan bahwa faktor penting untuk menduga biomassa pohon di atas permukaan tanah adalah diameter batang setinggi dada, tinggi total pohon, berat jenis kayu, dan tipe hutan. Persamaan alometrik penduga berat kering pohon berdiameter 5 cm yang diusulkan Ketterings et al. 2001 adalah W = bj 0,11 D 2,60 . Menurut Djomo et al. 2010 , model penduga biomassa atas permukaan untuk jenis campuran dengan hanya menggunakan variabel diameter pohon setinggi dada memberikan galat rata-rata 7,4, sedangkan dengan menggunakan tiga variabel secara bersamaan, yaitu diameter, tinggi, dan kerapatan kayu memberikan galat rata-rata 3,4. Tabel 6 Model pendugaan biomasa pohon berdiameter ≥ 5 cm untuk hutan gambut tropika di lokasi penelitian jumlah pohon model adalah 52 pohon Bagian Model pendugaan biomassa pohon berdiameter ≥ 5 cm R 2 S Batang W = 0,088 D 2,485 97 0,13 Cabang W = 0.007 D 2,710 77 0,28 Ranting W = 0,211 D 1,470 59 0,35 Daun W = 0,143 D 1,190 63 0,26 Akar W = 0,064 D 2,252 89 0,23 Total W = 0,204 D 2,393 97 0,13 Keterangan: W= biomassa pohon kgpohon; D= diameter pohon setinggi dada cm; R 2 = koefisien determinasi; S= kesalahan baku

1.4. Model persamaan alometrik penduga massa karbon pohon

Model persamaan alometrik pendugaan massa karbon pohon disajikan pada Tabel 7. Model persamaan alometrik pendugaan massa karbon pohon berdiameter 5-63 cm di lokasi penelitian adalah C = 0,087 D 2,470 dengan nilai R 2 = 96. Dalam penelitian ini, rata-rata tertimbang kadar karbon yang tersimpan dalam 74 pohon contoh adalah 55,06 dengan simpangan baku 3,85. Tabel 7 Model pendugaan massa karbon pohon berdiameter ≥ 5 cm untuk hutan gambut tropika di lokasi penelitian jumlah pohon model adalah 52 pohon Bagian Model pendugaan massa karbon pohon berdiameter ≥ 5 cm R 2 S Batang C = 0,049 D 2.519 96 0,15 Cabang C = 0,003 D 2,747 75 0,31 Ranting C = 0,066 D 1,528 59 0,37 Daun C = 0,042 D 1,184 64 0,26 Akar C = 0,028 D 2,240 87 0,25 Total C = 0,087 D 2,470 96 0,15 Keterangan: C= massa karbon pohon kgpohon; D= diameter pohon setinggi dada cm; R 2 = koefisien determinasi; S= kesalahan baku

1.5. Biomassa Vegetasi Pohon dan Permudaan

Hasil pendugaan biomassa pohon dan permudaan, semak, herba, tumbuhan bawah, serasah, nekromassa dan akar untuk rata-rata semua PCP pada