lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan dan penghidupan.
2.1.4.4 Prasarana Lingkungan Perumahan.
Menurut Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum 1989, Lingkungan Perumahan adalah sekelompok rumah-rumah dengan fasilitas
lingkungannya. Prasarana perumahan meliputi jalan, saluran air minum, saluran air hujan, jaringan listrik dan jaringan telepon.
a. Jaringan Jalan
Berdasarkan Pedoman Standar Pelayanan Minimal, prasarana lingkungan tentang jaringan jalan adalah:
1. Jalan kota, panjang jalan 0,6 km1.000 penduduk dengan kecepatan rata- 15 sd 20 kmjam. dan dapat diakses kesemua bagian kota dengan mudah.
2. Jalan lingkungan, panjang jalan 40-60 mHa dengan lebar 2-5 m dan dapat diakses kesemua bagian lingkungan dengan mudah.
3. Jalan setapak, panjang jalan 50-100 mHa dengan lebar 0,8-2 m dan dapat diakses kesemua bagian lingkungan dengan mudah.
b. Jaringan Air Bersih
Pembangunan prasarana air bersih bertujuan untuk menyediakan air bersih bagi warga masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan dan untuk memenuhi
kebutuhan yang mempunyai nilai strategis. Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga.
c. Jaringan Drainase
Jaringan drainase perkotaan merupakan tempat pembuangan kelebihan air pada suatu kota dengan cara mengalirkannya melalui permukaan tanah surface
Universitas Sumatera Utara
drainage atau lewat di bawah permukaan tanah sub surface drainage, untuk dibuang ke sungai, laut atau danau. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan,
air limbah domestik dan industri. Karena itu drainase perkotaan terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendalian
banjir kota dan lain-lain. Secara umum sumber-sumber air buangan kota dibagi dalam kelompok-kelompok disesuaikan dengan perencanaan air minum yang
ada, diantaranya dari rumah tangga, perdagangan, industri sedang dan ringan, pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, sarana rekreasi.
d. Jaringan Listrik
Jaringan listrik merupakan suatu kesatuan sistem jaringan yang terdiri dari sumber pembangkit listrik, gardu induk, gardu hubung, gardu pembagi atau
distribusi, jaringan kabel tegangan tinggi, jaringan kabel tegangan menengah dan jaringan kabel tegangan rendah. Jaringan listrik di Indonesia pengadaan dan
pengelolaannya di lakukaan oleh Perusahaan Listrik Negara PLN
2.1.4.5 Sarana Lingkungan Perumahan.
Sarana lingkungan perumahan meliputi kelengkapan lingkungan yang berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan
pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka. Sarana lingkungan dalam obyek penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sarana Peribadatan Sarana-sarana Peribadatan, jenis, macam dan besarnya sangat tergantung
pada kondisi setempat. Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang sesuai, ada tiga hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Struktur penduduk atau kepercayaan yang dianut
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis agama atau kepercayaan yang dianut 3. Cara atau pola melaksanakan agama atau kepercayaan
b. Sarana Olah-raga dan Ruang Terbuka Sarana Olah-raga dan Ruang Terbuka selain berfungsi utama sebagai taman,
tempat bermain anak-anak dan lapangan olah-raga juga akan memberikan kesegaran dan menetralisasi polusi udara sebagai paru-paru kota. Oleh karena
fungsinya yang sangat penting, maka sarana-sarana ini harus benar-benar dijaga baik dalam besaran maupun kondisinya.
Disamping taman dan lapangan olah-raga terbuka masih harus disediakan jalur-jalur hijau
2.1.4.6 Karakteristik Lingkungan Perumahan.
Karakteristik perumahan pada dasarnya terbagi atas dua hal yang didasarkan pada sistem pembangunan dan kepemilikannya, yang menyangkut juga
pembangunan yang meliputi tipe dan ukuran perumahan, kepemilikan, jumlah anggota keluarga, hubungan inter keluarga, pendidikan kepala keluarga,
pekerjaan keluarga, dan pendapatan keluarga. Hartshorn 1980, menyatakan bahwa perpindahan individu dan
keputusannya terhadap tempat tinggalnya diakibatkan oleh dorongan-dorongan yang disebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi: kebutuhan dan perkiraan-perkiraan terhadap lokasi yang baru. Faktor eksternal meliputi: karakteristik fisik lingkungan, karakteristik tetangga,
karakteristik bentuk perumahan, dan lokasi perumahan yang relatif dekat dengan daerah perkotaan. Mengenai karakteristik fisik lingkungan, bahwa kualitas fisik
lingkungan mencerminkan kualitas hidup manusia yang ada di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
Komponen kualitas lingkungan dapat dibagi menjadi: 1. Variabel lokasi: Jarak ke pusat pelayanan, iklim, dan topografi; 2. Variabel fisik: Organisasi
ruang yang jelas, kondisi udara yang bersih, dan suasana yang tenang; 3. Variabel Psikologis: Kepadatan penduduk dan kemewahan; 4. Variabel sosial
ekonomi:Suku, status sosial, tingkat kriminalitas dan sistem pendidikan.
2.1.4.7 Produk Rumah
Produk rumah dalam lingkungan real estate meliputi: a. Kualitas
: mutu rumah yang diproduksi b. Gaya
: bentuk atau tampak rumah c. Pilihan
: adanya macam-macam tipe dalam lokasi d. Lokasi
: pengaruh lokasi lahan terhadap kota. e. Lingkungan
: kondisi batas-batas lokasi. f. Saluran
: jalan masuk akses yang menarik dan kemudahan mencapai ke lokasi.
g. Transportasi : adanya sarana transportasi umum maupun kemudahan seseorang mencapai lokasi dari tempat bekerja, sekolah dan berbelanja.
h. Merek dagang : citra atau nama perusahaan yang menonjol. i. Kemasan
: pengaturan penataan letak site planning j. Ukuran
: luas rumah yang ditawarkan. k. Pelayanan
: fasilitas umum yang disediakan l. Jaminan
: keberesan sertifikat tanah.
2.1.4.8 Kerusakan Produk Rumah pada Proyek perumahan
Kerusakan pada produk rumah menunjukkan adanya kesalahan, penyimpangan atau permasalahan pada proses pelaksanaan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
pembangunan rumah. Kerusakan produk rumah pada proyek perumahan terdiri dari kebocoran atap, pasangan keramik atau pecah, dinding retak, cat dinding
pudar, sanitair tidak berfungsi, pasangan kusen tidak sempurna, plafond bernoda dan lain-lain.
Permasalah kerusakan produk rumah diatas dapat dihindari apabila faktor- faktor yang terlibat dalam proses pelaksanaan proyek perumahan terdiri dari
faktor sumber daya manusia, peralatan, material dan cara kerja memenuhi persyaratan mutu sehingga produk rumah yang dihasilkan dapat berfungsi secara
memuaskan selama kurun waktu tertentu.
2.1.5 Teori tentang Harga 2.1.5.1 Pengertian Harga
Harga adalah jumlah uang ditambah beberapa produk kalau mungkin yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya Stanson, 1994. Menurut Lamb et al 2001:9 “ Harga adalah apa yang harus diberikan oleh
pembeli untuk mendapatkan suatu produk”. Harga juga merupakan hal yang terpenting bagi sebuah perusahaan di dalam mentapkan harga agar produknya
bisa bersaing di Pasar. Menurut Kotler 2008:70 “Harga adalah salah satu elemen dalam Bauran
Pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen lain dari Bauran itu menghasilkan biaya-biaya”. Harga jual mungkin merupakan elemen dalam
program pemasaran yang paling mudah diubah, sedangkan fitur produk, saluran pemasaran, dan juga program promosi akan memakan waktu yang lebih lama
untuk diubah. Harga jual produk juga mampu mengkomunikasikan pada pasar
Universitas Sumatera Utara
tentang nilai positioning yang dimaksudkan oleh perusahaan dari produk atau brand-nya. Harga juga ditentukan melalui proses negosiasi antara pembeli dan
penjual. Untuk bertahan dalam pasar yang persaingan sangat kompetitif, perusahaan
memerlukan sasaran penetapan harga yang khusus, yang dapat dicapai dan diukur. Langkah-langkah dalam menetapkan harga dapat disajikan pada Gambar
2.3:
Gambar 2.3 Langkah-langkah dalam menetapkan harga
Sumber: Subagyo 2010
Gambar 2.3 dapat dijelaskan ada empat langkah dalam menetapkan harga. Tujuan penetapan harga dibagi menjadi tiga kategori yaitu, orientasi laba,
orientasi penjualan dan status quo. Orientasi keuntungan didasarkan pada maksimalisasi keuntungan, keuntungan yang memuaskan dan target
pengembalian investasi. Orientasi penjualan berfokus untuk mempertahankan
Universitas Sumatera Utara
persentasi pangsa pasar. Dan status quo untuk mempertahankan harga yang telah ada atau menyesuaikan diri dengan harga persaingan.
Dalam memilih suatu metode dalam suatu strategi harga untuk membantu dalam menentukan harga dasar ada hal yang harus dipertimbangkan yaitu: biaya
menetapkan batas bawah untuk harga, harga pesaing dan harga produk pengganti memberikan titik orientasi, dan penilaian atas fitur-fitur unik menetapkan batas
atas harga. Ada lima metode didalam penetapan harga yaitu : Penentapan harga mark-up
mark up pricing yang merupakan penetapan harga paling mendasar dengan menambah mark-up standar ke biaya produk. Penetapan harga tingkat
pengembalian sasaran target return pricing. Produk merupakan sekelompok nilai yang diperoleh atau dipersepsikan oleh konsumen yang menggunakan
produk tersebut. Nilai anggapan terdiri dari beberapa elemen seperti citra pembeli akan produk, kemampuan penghantaran dari saluran, kualitas jaminan, dukungan
pelanggan. Dan atribut yang kurang dominan seperti reputasi pemasok, dan kepercayaan. Penetapan harga nilai value pricing dengan memberikan harga
yang rendah perusahaan berupaya menjadi produsen low cost tanpa harus mengorbankan kualitas produknya dengan harga yang rendah tersebut diharapkan
dapat menarik sebagian besar pelanggan yang sadar akan nilai. Penetapan harga going rate going rate pricing perusahaan yang menggunakan cara ini
mendasarkan harga produknya terutama pada harga produk pesaing. Setelah harga dasar telah dipertimbangkan maka harga akhir produk akan ditetapkan.
Paramater harga yang ada pada strategi pemasaran meliputi daftar harga, jangka waktu pembayaran, sistem pengkreditan, penghargaan, diskon. Harga
Universitas Sumatera Utara
semata-mata tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi tentu saja dengan mempertimbangkan berbagai hal. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penetapan harga tersebut adalah biaya, kebijakan pesaing dan perubahan keinginan pasar. Kebijaksanaan harga ini menyangkut pula penetapan-penetapan
seperti: a. Daftar harga dari tipe-tipe yang ditawarkan.
b. Jangka waktu pembayaran, kemungkinan adanya pembayaran tunai dengan potongan yang menarik atau pembayaran bertahap.
c. Sistem pengkreditan, kemungkinan pemberian kredit misalnya melalui Bank berupa KPR, dengan tingkat suku bunga yang menarik, bila memungkinkan
adanya subsidi dari perusahaan. d. Penghargaan-penghargaan dan hadiah-hadiah lain pada saat pembelian,
misalnya berupa gratis sambungan telepon, hadiah kulkas, televisi dan sebagainya.
e. Potongan harga: sebagian besar perusahaan akan membuat sedikit modifikasi terhadap harga dasarnya sebagai imbalan pada konsumen atas hal-hal
tertentu, seperti misalnya pembayaran yang lebih awal, pembelian dalam jumlah banyak, pembelian dalam musim sepi dan sebagainya. Penyesuaian
harga jual tersebut disebut potongan harga, meliputi potongan tunai, potongan kwantitas, potangan fungsional, potongan musiman, imbalan khusus
allowance dan pada saat promosi diberikan harga promosi terkadang di bawah harga pokok.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Teori tentang Lokasi Place
2.1.6.1 Pengertian Lokasi
Lokasi merupakan prasayarat dalam menghadapi persaingan kompetitif di pasar. Para konsumen berhak memperhitungkan lokasi yang ingin mereka
tempati dengan berbagai fasilitas sarana dan prsarana lengkap dan mereka akan merasa puas atas tingkat kebutuhan yang mereka perlu dan inginkan.
Menurut Subagyo 2010:77 “lokasi akan menambah nilai produk yang dirasakan dan akan mendorong para konsumen untuk membeli produk pada
perusahaan kita”. Tempat atau lokasi yang strategis akan menjadi salah satu keuntungan bagi
perusahaan karena mudah terjangkau oleh konsumen. Lokasi yang strategis memiliki biaya investasi yang mahal. Tingginya biaya lokasi tersebut dapat
terkompensasi dengan biaya pemasaran yang lebih mahal untuk menarik konsumen agar berkunjung. Menurut Kotler dan Amstrong 2004, Lokasi place
adalah mencakup aktifitas perusahaan untuk menyediakan produk bagi konsumen sasaran.
2.1.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pemilihan Lokasi
Teori penggunaan lahan Kein dalam Nelson, 1997 menerangkan bahwa pemilihan lokasi hunian bergantung pada biaya transportasi, sewa lahan dan
minat. Akan tetapi, perubahan faktor sosial dan teknologi terapan kemudian ikut menjadi pertimbangan. Biaya perjalanan yang murah menurut Fugguit dalam
Nelson 1997 membuat para keluarga memiliki fleksibilitas dan kesempatan untuk memilih tempat tinggal, terutama dipengaruhi jarak pekerja dengan pusat
kota Gambar 2.4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Pengaruh Jarak dari Distrik Pusat Bisnis CBD
Sumber: Nelson, 1997
Perumahan mempunyai fungsi peranan yang penting. Rees dalam Yeates dan Garner 980:291 berpendapat bahwa terdapat elemen yang mempengaruhi
keputusan seseorang atau sebuah keluarga dalam menentukan pilihan lokasi tempat tinggal, yaitu:
a. Posisi keluarga dalam lingkup sosial, mencakup status sosial ekonomi pendidikan pekerjaan dan penghasilan.
b. Lingkup perumahan, mencakup : nilai kualitas dan tipe rumah. c. Lingkup komunitas.
d. Lingkup fisik atau lokasi rumah. Analisa mengenai kepuasan terhadap tempat tinggal terpusat pada “kepuasan”
sebagai konsekuensi dari karateristik keluarga, namun hal ini bukan satu-satunya variable yang memberi efek rasa puas terhadap tempat tinggal, akan tetapi faktor
lingkungan juga turut berpengaruh terhadap rasa puas. Faktor-faktor yang
Universitas Sumatera Utara
menjadi latar belakang rasa puas terhadap tempat tinggal Morris Winter, 1978:156-157:
a. Faktor demografi dan sosial ekonomi, meliputi : tingkat kehidupan, status sosial ekonomi dan struktur keluarga.
b. Ketidakpuasan terhadap tempat tinggal yang lama. c. Pengaruh dari kondisi perumahan
Hubungan dari ketiga faktor tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.5 Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi tempat tinggal
Sumber:Moris Earl and Winter Mary, 1978:156-157
Selain itu menurut Drabkin 1980:6 ada juga beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan lokasi perumahan, yang secara individu berbeda
satu sama lain, yaitu: a. Aksesibilitas, yang terdiri dari kemudahan transportasi dan jarak ke pusat
kota
Universitas Sumatera Utara
b. Lingkungan, dalam hal ini terdiri dari lingkungan sosial dan fisik seperti kebisingan, polusi dan lingkungan yang nyaman.
c. Peluang kerja yang tersedia, yaitu kemudahan seseorang dalam mencari pekerjaan untuk kelangsungan hidupnya.
d. Tingkat pelayanan, lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang memiliki pelayanan yang baik dalam hal sarana dan prasaran dan lain-lain.
Faktor lingkungan juga menjadi pertimbangan di dalam memilih lokasi perumahan menurut Bourne, 1975:205 adalah:
a. Aksesibilitas ke pusat kota: jalan raya utama, sekolah dan tempat rekreasi. b. Karateristik fisik dan lingkungan permukiman: kondisi jalan, pola jalan dan
ketenangan. c. Fasilitas dan pelayanan; kualitas dari utilitas, sekolah, polisi dan pemadam
kebakaran. d. Lingkungan sosial: pemukiman bergengsi, komposisi sosial ekonomi, etnis
dan demografi. e. Karateristik site rumah; luas tanah, luas bangunan, jumlah kamar dan biaya
pemeliharaan. Berkaitan dengan lokasi, Luhst 1997:128 menyebut bahwa kualitas kehidupan
yang berupa kenyamanan, keamanan dari suatu rumah sangat ditentukan oleh lokasinya. Daya tarik suatu lokasi ditentukan oleh dua hal yaitu aksesiblitas dan
lingkungan. Aksesibilitas merupakan daya tarik ditentukan oleh kemudahan dalam pencapaian ke berbagai pusat kegiatan seperti pusat perdagangan, pusat
pendidikan daerah industri, jasa pelayanan perbankan, tempat rekreasi, pelayanan
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan jasa professional dan bahkan merupakan perpaduan antara semua kegiatan tersebut.
2.1.7. Teori Tentang Kualitas Pelayanan Konsumen 2.1.7.1. Kualitas Pelayanan
Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang dikonsumsi dapat diterima atau dinikmatinya dengan pelayanan yang baik atau
memuaskan. Dengan perkataan lain para pelanggan menginginkan mutu pelayanan yang diberikan adalah baik dan memuaskan. Perusahaan harus
memperhatikan mutu dari jasa service quality dan pelayanan yang diberikan oleh perusahaannya. Dalam hal ini perusahaan tentunya berupaya untuk memberikan
jasa atau pelayanan service quality yang baik kepada pelanggannya. Hal ini merupakan upaya perusahaan untuk dapat tampil bedanya perusahaan tersebut
dengan para pesaingnya. Menurut Tjiptono 2005 : 110: “kualitas jasa atau kualitas pelayanan yang
mendefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan.” Selanjutnya Assauri 2003 menyatakan bahwa: Pelanggan menilai mutu atau
kualitas umumnya setelah pelanggan tersebut menerima jasa atau pelayanan itu dari suatu perusahaan tertentu. Mereka menilai mutu jasa atau pelayanan yang mereka
terima dengan harapan mereka atas jasa atau pelayanan tersebut. Pelanggan mempertimbangkan mutu jasa atau pelayanan tersebut dalam beberapa dimensi.
Dimensi-dimensi dari jasa atau pelayanan yang didapatkan atau diterima pelanggan, mereka nilai terhadap apa yang mereka harapkan atas dimensi tersebut. Kepuasan
Universitas Sumatera Utara
pelanggan tidak hanya dibentuk oleh kualitas layanan semata, akan tetapi juga ditentukan oleh harga, kualitas barang, faktor pribadi dan faktor sosial.
Artinya sekalipun kualitas layanan yang diberikan oleh perusahaan dinilai baik oleh pelanggan, namun apabila mereka merasa harga yang ditetapkan jauh lebih
tinggi bila dibandingkan dengan yang diharapkan, mereka belum tentu mempunyai kepuasan yang tinggi. Sementara itu, faktor pribadi juga sangat menentukan tingkat
kepuasan seorang konsumen. Karena tinggi rendahnya kepuasan tidak terlepas dari bagaimana seorang pelanggan memandang produk yang mereka peroleh tersebut.
2.1.7.2. Pengukuran Kualitas Pelayanan
Mengenai pengukuran kualitas, Tjiptono 2005 : 223 telah mengembangkan suatu alat ukur kualitas layanan yang disebut SERVQUAL Service
Quality. SERVQUAL ini merupakan skala multi item yang terdiri dari pertanyaan- pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atas kualitas
layanan meliputi 5 dimensi, yaitu: 1. Reliability kehandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 2. Responsiveness daya tanggap, yaitu kemampuan para karyawan
untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 3. Assurance, yaitu kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan. 4. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan. 5. Tangibles, yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6.Model Kepuasan Konsumen dipengaruhi oleh Kualitas Layanan Produk dan Faktor Eksternal.
.
Sumber: Tjiptono, 2005
Gambar diatas menunjukkan bahwa kepuasan konsumen sangat terkait erat dengan kualitas layanan dan kualitas produk serta faktor eksternal yaitu faktor
situasi dan faktor eksternal. Kedua faktor kualitas tersebut yang mendorong terjadinya costumer satisfaction yang juga bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa kualitas layanan tidak hanya ditentukan oleh satu faktor seperti kemampuan karyawan ketika menghadapi
pelanggan, akan tetapi lebih penting lagi bagaimana perusahaan dengan segala sumber daya yang dimilikinya dapat memberikan kepuasan kepada
pelanggan. Selanjutnya kepuasan pelanggan akan muncul apabila sesuatu yang mereka harapkan dari layanan jasa tertentu terpenuhi. Dengan kata lain, antara
harapan dengan layanan yang mereka rasakan tidak berbeda sama sekali. ServQual model dapat dibagi menjadi dua menurut pengguna dan pemasar dalam
hal ini perusahaan. Penggunan dalam menggunakan produk sangat dipengaruhi oleh komunikasi dari mounth-to-mounth, kebutuhan pribadi atau pengalaman masa lalu
Universitas Sumatera Utara
pengguna. Setelah pengguna dipengaruhi faktor tersebut barulah mengharapkan jasa produk. Pengguna mempersepsikan jasa produk dengan jalan menyamakan pola pikir
fungsi dasar jasa produk. Sedangkan menurut sudut pandang perusahaan, pada awalnya harus ada persamaan
persepsi antara manajemen perusahaan dengan konsumen, setelah itu adanya penerjemahan persepsi menjadi spesifikasi kualitas jasa. Komunikasi eksternal
dilakukan untuk meyakinkan pengguna bahwa informasi dalam produk sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada perusahaan dan produk yang dihasilkan bermanfaat bagi
pengguna. Lalu konsumen terpengaruh dengan produk yang dihasilkan, sehingga penyampaian jasa produk kepada konsumen dapat terlaksana.
2.1.8. Teori tentang Kepuasan Konsumen 2.1.8.1. Pengertian Konsumen
Konsumen telah menjadi pusat perhatian pemasaran, karena konsumenlah memutuskan apakah ia akan membeli atau tidak. Ada dua cara untuk
menciptakan dan mempertahankan prestasi unggul dalam waktu yang lama. Pertama, beri perhatian luar biasa kepada pelanggan lewat pelayanan yang
unggul. Kedua, teruslah berinovasi. Pendapat diatas menekankan betapa pentingnya konsumen untuk diperhatikan dan dilayani dengan sebaik – baiknya.
Menurut Sumarwan 2004 Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu : konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen
individu adalah konsumen yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Sedangkan konsumen organisasi, yang meliputi organisasi bisnis,
yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah dan lembaga lainnya sekolah, perguruan tinggi, dan rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8.2. Motivasi Konsumen Membeli Produk Perumahan
Motivasi konsumen dalam membeli produk perumahan dapat terdiri dari: 1. Motif konsumen emosional, yang terdiri dari:
a. Kebanggaan karena penampilan pribadi b. Untuk terhindar dari keadaan bahaya
c. Konsumen ingin berbeda dari yang lain 2. Motif konsumen rasional, yang terdiri dari:
a. Kemudahan dan efisiensi dalam penggunaan b. Tahan lama
c. Dapat membantu bertambahnya pendapatan d. Hemat dalam pemakaian
e. Murah harga pembelian. Motif konsumen tersebut dapat berlaku pada semua golongan konsumen.
Umumnya semakin rendah status sosial konsumen, maka kecil pula motif konsumen yang bersifat emosional.
Banyak perusahaan secara sistematis mengukur seberapa baik perusahaan memperlakukan konsumen, mengenali faktor-faktor yang membentuk kepuasan,
dan melakukan dalam perubahan operasi dan pemasaran. Perusahaan akan bertindak bijaksana dengan mengukur kepuasan konsumen secara teratur, karena
salah satu kunci untuk mempertahankan konsumen adalah kepuasan konsumen.
2.1.8.3. Pengertian Kepuasan Konsumen
Secara umum, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesan terhadap hasil suatu produk dengan
Universitas Sumatera Utara
harapan-harapannya. Kepuasan pelanggan adalah keseluruhan penilaian dari suatu pengalaman pembelian dan konsumsi atas barang maupun jasa.
Menurut Kotler 2008:53 “kepuasan” satisfaction adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan produk atau
kinerja hasil produk terhadap ekspektasi mereka. Jika produk gagal memenuhi ekspektasi, konsumen akan tidak puas. Jika produk sesuai dengan ekspektasi,
konsumen akan puas. Kotler 1999 memandang kepuasan sebagai fungsi dari seberapa dekat
harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pembeli akan
kecewa. Jika ia sesuai harapan, pembeli akan puas dan jika ia melebihi harapan, pembeli akan sangat puas. Perasaan konsumen setelah membeli produk akan
membedakan apakah mereka akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang
produk tersebut pada orang lain. Harapan konsumen terbentuk berdasarkan pesan yang diterima dari penjual,
teman, dan sumber-sumber informasi lainnya. Apabila penjual melebih-lebihkan manfaat suatu produk, konsumen akan mengalami harapan yang tak tercapai
disconfirmed expectation, yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja yang dihasilkan suatu produk, akan
semakin besar ketidakpuasan konsumen
.
Konsumen yang merasa tidak puas akan bereaksi dengan tindakan yang berbeda. Berkaitan dengan hal ini, Singh dalam Tjiptono 1997 menyatakan ada tiga
kategori tanggapan atau komplain terhadap ketidakpuasan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Voice response Kategori ini meliputi usaha menyampaikan keluhan secara langsung dan atau
meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bersangkutan. Bila pelanggan melakukan hal ini, maka perusahaan masih mungkin memperoleh beberapa
manfaat. Pertama, pelanggan memberikan kesempatan sekali lagi kepada perusahaan untuk memuaskan mereka. Kedua, resiko publisitas buruk dapat
ditekan, baik publisitas dalam bentuk rekomendasi dari mulut ke mulut, maupun melalui koranmedia massa. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah ketiga,
memberi masukan mengenai kekurangan pelayanan yang perlu diperbaiki perusahaan. Melalui perbaikan recovery, perusahaan dapat memelihara
hubungan baik dan loyalitas pelanggannya. b. Private response
Tindakan yang dilakukan antara lain memperingatkan atau memberitahu kolega, teman atau keluarganya mengenai pengalamannya dengan produk atau
perusahaan yang bersangkutan, Umumnya tindakan ini sering dilakukan dan dampaknya sangat besar bagi citra perusahaan.
c. Third-party response Tindakan yang dilakukan meliputi usaha meminta ganti rugi secara hukum;
mengadu lewat media massa misalnya menulis di Surat Pembaca; atau secara langsung mendatangi lembaga konsumen, instansi hukum, dan sebagainya.
Tindakan seperti ini sangat ditakuti oleh sebagian besar perusahaan yang tidak memiliki prosedur penanganan keluhan yang baik. Kadangkala pelanggan lebih
memilih menyebarluaskan keluhannya kepada masyarakat luas, karena secara
Universitas Sumatera Utara
psikologis lebih memuaskan. Lagipula mereka yakin akan mendapat tanggapan yang lebih cepat dari perusahaan yang bersangkutan.
Ada empat faktor yang mempengaruhi apakah seorang konsumen yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak menurut Day dalam Engel, Well
Miniard 1994, yaitu : 1. Penting tidaknya konsumsi yang dilakukan, yaitu menyangkut derajat
pentingnya produk bagi konsumen, harga, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk, serta social visibility.
2. Pengetahuan dan pengalaman, yakni jumlah pembelian sebelumnya, pemahaman akan produk, persepsi terhadap kemampuan sebagai konsumen,
dan pengalaman komplain sebelumnya. 3. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, meliputi jangka waktu
penyelesaian masalah; gangguan terhadap aktivitas rutin, dan biaya. 4. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.
Konsumen sering membentuk persepsi yang lebih menyenangkan tentang sebuah produk dengan merek yang sudah mereka anggap baik. Perusahaan perlu
memuaskan harapan konsumen dengan: 1. Menciptakan harapan yang masuk akal melalui upaya promosi.
2. Mempertahankan mutu yang konsisten. Konsumen yang tidak puas cenderung mengekspresikan ketidakpuasannya kepada orang lain, sehingga
ketidakpuasan konsumen menyebabkan perusahaan kehilangana penjualan pada masa yang akan datang.
Menurut Kotler 2008:68 konsumen yang sangat puas biasanya tetap setia untuk waktu yang lebih lama, membeli lagi ketika perusahaan memperkenalkan
Universitas Sumatera Utara
produk baru dan memperbaharui produk lama, membicarakan hal-hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada orang lain, tidak terlalu
memperhatikan merek pesaing dan tidak terlalu sensitif terhadap harga, dan menawarkan ide produk atau jasa kepada perusahaan.
Faktor-faktor kepuasan pelanggan menurut Kotler 2008:430, menekankan tiga hal penting dalam membangun kepuasan pelanggan, antara lain:
1. Mutu Quality Totalitas fitur dan kateristik produk dan layanan yang bergantung pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Hal tersebut dapat dikatakan jika penjual telah menghantarkan kualitas produk atau
pelayanannya dapat memenuhi dan melebihi ekspektasi pelanggan. 2. Pelayanan service
Aktifitas dari kepuasan pelanggan yang biasanya dimulai dari proses pengenalan produk hingga pada proses pembelian.
3. Nilai value Seluruh manfaat yang dijanjikan perusahaan dan dirasakan oleh konsumen.
Berdasarkan teori kepuasan konsumen yang telah dijelaskan, maka indikator- indikator dari kepuasan konsumen antara lain meliputi:
1. Kepuasan atas produk Penilaian kepuasan konsumen atas produk yang dihasilkan perumahan dapat
dilihat dari berbagai keunggulan yang dimiliki setiap unit dari rumah. Karena keunggulan-keunggulan yang dimiliki setiap unit rumah memberikan nilai
lebih pada setiap unit rumah yang dihasilkan. 2. Kepuasan atas pelayanan
Universitas Sumatera Utara
Keunggulan pelayanan yang ditawarkan oleh pengembang perumahan kepada penghuni maupun calon penghuninya menjadi salah satu pertimbangan bagi
mereka untuk menjadikan perumahan Puri Zahara 2 sebagai salah satu pilihan dalam menentukan tempat tinggal.
3. Kepuasan atas pelayanan purna jual Pelayanan purna jual yang ditawarkan pengembang perumahan kepada para
penghuninya, hal ini menunjukkan komitmen pengembang perumahan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para calon penghuni maupun bagi
para penghuninya sebelum dan sesudah membeli purna jual.
2.2 Penelitian Terdahulu
Hubungan antara kualitas pelayanan dan strategi bauran pemasaran dengan kepuasan konsumen penting bagi perusahaan dan peneliti karena perusahaan
perlu mengetahui apakah konsumen merasa puas dengan kinerja dan produk perusahaan pada tingkat maksimum. Dengan demikian dapat mempengaruhi
evaluasi konsumen terhadap kualitas pelayanan dan strategi bauran pemasaran yang dapat meningkatkan penjualan.
Kualitas pelayanan dan strategi bauran pemasaran sangat terkait dengan kepuasan konsumen. Semakin tinggi tingkat kualitas pelayanan dan strategi
bauran pemasasaran maka semakin tinggi kepuasan konsumen yang dihasilkan. Pelanggan yang sangat puas biasanya tetap setia untuk waktu yang lebih lama,
membeli lagi ketika perusahaan memperkenalkan produk baru, dan membicarakan hal-hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel. 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Alat
Analisis Hasil Penelitian
1 Bayu
Hadyanto Mulyono,
2007 Analisis Pengaruh
Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan
terhadap Kepuasan Konsumen.
Studi Kasus Perumahan Puri
Mediterania Semarang Analisis
Regresi Berdasarkan hasil
penelitian, variabel kualitas produk dan
kualitas layanan merupakan
variabel yang penting dalam meningkatkan
kepuasan konsumen sehingga implikasi
manajerial seharusnya lebih
difokuskan pada variabel- variabel tersebut
2 Satrio
Wibowo, 2009
Analisis Kualitas Produk dan Kualitas
Pelayanan Pasca Huni Terhadap Kepuasan
Penghuni Rumah Studi Kasus Perumahan Bukit
Semarang Baru Analisis
Regresi Kualitas Produk dan
Kualitas Pelayanan Pasca Huni berpengaruh Positif
Signifikan terhadap Kepuasan Penghuni
Rumah
3 Ahmad Iqbal
Lubis 2011 Analisis Faktor yang
mempengaruhi kepuasan Konsumen
Membeli Rumah pada PT. Tunas Santosa
Manunggal Pekanbaru Analisi
Regresi Bahwa kondisi fisik,
fasilitas, lokasi, pelayanan, dan harga
sangat mempengaruhi kepuasan konsumen.
Yang paling dominan pengaruhnya terhadap
kepuasan konsumen adalah variabel lokasi
berupa akses ke perumahan jalan,
visibilitas perumahan tampak dari jalan,
tempat parkir, dan lingkungan perumahan
.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel. 2.1
Penelitian terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Alat
Analisis Hasil Penelitian
4 Manongtong
Siagian,2012 Pengaruh Bauran
Pemasaran terhadap Kepuasan Pembeli
Rumah pada Perumahan Meranti
Permai Pematang Siantar
Analisis Regresi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara simultan faktor Produk, Harga, dan
Bukti fisik mempunyai pengaruh terhadap
kepuasan pembeli rumah Meranti Permai
5 Dwi Indah
Lestari, 2012
Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan dan
Strategi bauran pemasaran terhadap
Kepuasan Konsumen pada perumahan Stella
Residence Setia Budi Medan
Analisis Regresi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Kualitas pelayanan dan Bauran Pemasaran yang
terdiri dari produk, harga dan lokasi sangat
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan konsumen.
2.2.1 Perbedaan Penelitian
Berdasarkan Penelitian terdahulu maka perbedaan penelitian ini dari beberapa penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:
1. Lestari 2012. Perbedaannya adalah penelitian ini terdapat perluasan kajian pada variabel kualitas pelayanan konsumen pada saat proses pembelian dan
saat purna jualpasca huni. 2. Siagian 2012 menguji variabel bauran pemasaran yang terdiri dari Produk,
Harga, Lokasi dan Bukti Fisik. Pada Penelitian Siagian 2012,Bukti fisik adalah bagian dari variabel Produk. Perbedaan Siagian2012 dengan
penelitian ini adalah perluasan pada variabel Kualitas Pelayanan. Pada penelitian variabel Kualitas Pelayanan sebagai salah satu variabel yang
berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
3. Lubis 2011. Perbedaannya adalah pada penelitian Lubis, 2011 tidak membahas teori Bauran Pemasaran secara khusus sedangkan pada penelitian
ini teori Bauran Pemasaran dibahas. 4. Wibowo 2009. Perbedaannya adalah Penelitian Wibowo 2009 tidak
membahas teori Bauran Pemasaran secara khusus dan hanya menghubungkan satu variabel Bauran Pemasaran yaitu variabel Produk terhadap Kepuasan
Konsumen. Penelitian Wibowo 2009 juga menguji bagian pelayanan pasca huni saja sedangkan pada penelitian ini, pelayanan dikaji sejak sebelum, saat
dan sesudah proses pembelian berlangsung. 5. Mulyono, 2007. Perbedaannya adalah Penelitian ini tidak membahas teori
Bauran Pemasaran secara khusus dan hanya menghubungkan satu variabel Bauran Pemasaran yaitu, variabel Produk terhadap Kepuasan konsumen,
sedangkan pada penelitian ini variabel Bauran Pemasaran diuraikan dalam beberapa variabel, yaitu: produk, harga dan lokasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Fikir
Pengembang perumahan dalam rangka mendapatkan pendapatan yang maksimal harus mempertimpangkan Bauran Pemasaran dan Kualitas Pelayanan.
Bauran Pemasaran yang terdiri dari Produk, Harga, Lokasi, dan promosi secara langsung akan menciptakan kepuasan konsumen, memberikan brand image yang
baik terhadap produk yang dihasilkan. Konsumen yang merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu
akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Konsumen yang merasa puas cenderung menyatakan hal-hal yang baik tentang produk dan perusahaan kepada orang lain.
Seperti menyatakan bahwa produk berkualitas baik, serta perusahaan memberikan pelayanan yang tepat waktu, handal dan tanggap terhadap
konsumen. Perasaan konsumen setelah membeli produk akan membedakan apakah
mereka akan kembali membeli produk tersebut dan menceritakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tetnang produk tersebut kepada orang
lain.
3.2 Kerangka Konseptual