110
b. Pada variabel motivasi kerja X
2
diperoleh nilai tolerance sebesar 0,555 dan nilai VIF sebesar 1,801. Hasil dari tabel pengujian
multikolinearitas tersebut tidak terjadi multikolinearitas antar variabel karena hasil dari VIF 1,801 10,00. Data selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 10 halaman 177.
C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara pada suatu masalah. Untuk itu perlu diuji kebenarannya secara empirik. Teknik analisis yang digunakan
untuk menguji hipotesis pertama dan kedua pada penelitian ini adalah teknik korelasi product moment, sedangkan analisis korelasi ganda dua prediktor
digunakan untuk hipotesis ketiga. Penjelasan mengenai hasil uji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Uji Hipotesis Pertama
Uji hipotesis pertama yaitu menguji variabel persepsi gaya kepemimpinan situasional kepala lembaga X
1
dengan kinerja tutor Y. Uji hipotesis pertama ini menggunakan analisis korelasi product moment dan
diolah menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0 for Windows. Hipotesis tersebut berbunyi :
Ho : Tidak terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara persepsi
gaya kepemimpinan situasional kepala lembaga dengan kinerja tutor di Lembaga Kursus dan Pelatihan LKP Alfabank Semarang
111
dan Yogyakarta. Ha : Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara persepsi gaya
kepemimpinan situasional kepala lembaga dengan kinerja tutor di Lembaga Kursus dan Pelatihan LKP Alfabank Semarang dan
Yogyakarta. Hasil uji hipotesis pertama dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis Pertama Variabel
bebas Variabel
terikat r hitung
r tabel Sig
α Ket.
Persepsi gaya
kepemimipinan situasional kepala
lembaga Kinerja
tutor 0,520
0,361 0,002
0,05 Positif
dan signifikan
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai r hitung adalah 0,520. Artinya korelasi antara variabel persepsi gaya kepemimpinan
situasional kepala lembaga X
1
dengan variabel kinerja tutor Y adalah 0,520. Hal ini menunjukan korelasi yang sedang antara variabel gaya
kepemimpinan situasional kepala lembaga X
1
dan variabel kinerja tutor Y. Dari hasil korelasi tersebut, dapat diketahui sumbangan variabel
persepsi gaya kepemimpinan situasional kepala lembaga X
1
adalah sebesar:
112
KP = r hitung
2
x 100 = 0,520
2
x 100 = 27,04 Artinya sumbangan 27,04 variabel kinerja tutor Y ditentukan oleh
variabel variabel persepsi gaya kepemimpinan situasional kepala lembaga X
1
, sisanya 72,96 ditentukan oleh variabel lain. Dari hasil output correlations dihasilkan nilai signifikasi sebesar
0,002. Jika dibandingkan dengan α = 0,05, nilai signifikasi lebih kecil daripada α Sig. ≤ α , yaitu 0,002 ≤ 0,05. Artinya, Ho ditolak dan Ha
diterima. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 178 - 182.
Uji hipotesis pertama diketahui bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara gaya kepemimipinan kepala lembaga dengan kinerja tutor
di Lembaga Kursus dan Pelatihan LKP Alfabank Semarang dan Yogyakarta karena r hitung 0,520 lebih besar dari harga r tabel 0,361,
nilai signifikasi lebih kecil daripada α Sig. ≤ α , yaitu 0,002 ≤ 0,05 dengan taraf signifikansi 5 dan N=30.
Persamaan regresi yang digunakan untuk memprediksi kinerja tutor berdasarkan persepsi gaya kepemimpinan situasional adalah Y = 42,946 +
0,516 X
1
. Persamaan tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,516 yang berarti bahwa persepsi gaya
kepemimpinan situasional kepala lembaga X
1
meningkat satu satuan maka nilai kinerja tutor Y akan meningkat 0,516 satuan.