Korelasi Persepsi Gaya Kepemimpinan Situasional Kepala Lembaga

121 5 sebesar 0,361. Berarti r hitung lebih besar dari r tabel 0,549 0,361 sehingga hubungannya positif dan signifikan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pandji Anoraga 2006: 35 mendefinisikan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja yang tinggi secara intern maupun ekstern dari para anggotabawahannya akan menghasilkan kinerja yang baik pula. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan di lapangan bahwa motivasi kerja tutor yang baik akan memacu kinerjanya sehingga menjadi semakin baik juga.

3. Korelasi Persepsi Gaya Kepemimpinan Situasional Kepala Lembaga

X 1 dan Motivasi Kerja X 2 dengan Kinerja Tutor Y Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan situasional kepala lembaga X 1 dan motivasi kerja X 2 dengan kinerja tutor Y di Lembaga Kursus dan Pelatihan LKP Alfabank Semarang dan Yogyakarta. Pada pengujian hipotesis ketiga ini menggunakan analisis korelasi ganda dengan dua prediktor, dan perhitungannya menggunakan SPSS 17.0 for Windows. Berdasarkan hasil analisis program tersebut dihasilkan koefisien korelasi R 0,696 atau R 2 =48,5 serta f hitung sebesar 12,699 dan f tabel sebesar 3,34 pada taraf signifikansi 5. Hasil ini menunjukan kedua variabel mempunyai korelasi yang signifikan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis ketiga yang diajukan diterima, hal ini 122 sesuai dengan perhitungan yaitu f hitung lebih besar dari f tabel 12,699 3,34. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang relevan dari Lucky Wulan A 2011 menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi kerja X 1 dan lingkungan kerja X 2 terhadap kinerja karyawan. Dengan nilai r hitung sebesar 2,368 lebih besar dari r tabel 0,021 dan nilai siginifikan sebesar 0,05 lebih kecil dari 0,05. Secara simultan motivasi kerja dan lingkungan kerja memiliki hubungan dan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, serta hasil penelitian dari Lucky Wulan A 2011 menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel Lingkungan kerja X2 terhadap kinerja karyawan. Dengan nilai r hitung sebesar 2,368 lebih besar dari r tabel = 0,021 dan nilai siginifikan sebesar 0,05 lebih kecil dari 0,05. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Supardi 2013: 46, bahwa Keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau sasaran tersebut merupakan kinerja. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah gaya kepemimpinan secara organisasi dan motivasi kerja secara psikologis. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala lembaga yang memperhatikan kepentingan anggotabawahannya akan dapat meningkatkan motivasi kerja. Dengan motivasi kerja yang tinggi, anggotabawahan diharapkan mampu bekerja dengan baik sehingga kinerja yang dihasilkan akan lebih baik. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan bahwa gaya kepemimpinan situasional yang participtting 123 akan memacu kinerja tutor menjadi semakin baik juga, serta motivasi kerja yang baik juga akan memacu kinerja tutor menjadi semakin baik juga. Selain faktor persepsi gaya kepemimpinan situasional dan motivasi kerja tutor, faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja tutor adalah budaya organisasi, kompensasi, kepuasan kerja, dan lingkungan kerja.