Model Creative Problem Solving dan Pemahaman Konsep

2. Penelitian Lia Kurniawati yang berjudul “Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMP ”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa. Hal ini terjadi akibat dari pemberian masalah yang harus siswa selesaikan melalui proses saling tukar pikiransharing. Melalui diskusi siswa dapat mengemukakan ide dan pikirannya yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif mereka.

B. Kerangka Berpikir

Rendahnya pemahaman konsep persamaan linear satu variabel siswa salah satu disebabkan proses pembelajaran di kelas yang berpusat pada guru. Siswa jarang terlibat secara langsung dalam memperoleh suatu konsep materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Siswa terbiasa menerima begitu saja suatu konsep materi pelajaran. Salah satu cara yang digunakan untuk menanamkan pemahaman konsep persamaan linear satu variabel yaitu dengan menggunakan model creative problem solving yang membantu siswa mencari jawaban dari suatu permasalahan dengan cara-cara kreatif. Pembelajaran model creative problem solving memuat beberapa langkah penyelesaian. Langkah pertama, menemukan fakta, pada tahap ini, siswa diarahkan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasifakta dari masalah yang dihadapi. Siswa dihadapakan pada suatu masalah yang berkaitan dengan materi persamaan linear satu variabel. Dalam tahap ini siswa menerjemahkan kalimat dalam soal menjadi kalimat lain, misalnya menyebutkan variabel yang diketahui dan ditanyakan. Langkah ini membantu siswa memahami pemahaman konsep persamaan linear saru variabel dalam merubah masalah ke dalam model matematika. Langkah kedua yaitu menemukan masalah. Pada tahap ini, siswa mengumpulkan informasi yang telah dicari. Kemudian menganalisis masalah dalam soal yang diberikan mengenai persamaan linear satu variabel. Langkah ketiga yaitu menemukan gagasan. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu mengembangkan gagasan pemecahan masalah sebanyak mungkin. Siswa menggunakan kemampuannya untuk menetukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal. Siswa akan menemukan gagasan mengenai masalah tersebut dan dapat dikembangkan dengan anggota kelompoknya masing- masing. Langkah keempat yaitu Pada tahap ini, siswa menyeleksi berbagai alternatif jawaban. Jawaban yang dipilih merupakan jawaban yang paling efisien penyelesaiannya dalam menyelesaikan masalah. Langkah kelima yaitu pada tahap penerimaan ini, siswa mengambil keputusan penyelesaian dan melaksanan solusi penyelesaian tersebut. Siwa menggunakan kemampuannya dalam menerapkan konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal. Tiap-tiap langkah model creative problem solving ini dapat meningkatkan pemahaman konsep Persamaan Linear Satu Variabel. Sehubungan dengan itu dan didukung oleh beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan, maka dapat didugakan bahwa pembelajaran dengan model Creative Problem Solving dapat memingkatkan pemahaman konsep persamaan linear satu variabel.

C. Pengajuan Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: “Pemahaman konsep persamaan linear satu variabel PLSV yang pembelajarannya menerapkan model Creative Problem Solving lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menerapkan pembelajaran konvensional” 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Temapat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nusantara Plus berlokasi di Jl. Tarumanegara Dalan No.1 Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten pada semester genap tahun ajaran 20132014 bulan Januari 2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Peneliti akan menguji coba pengaruh model Creative Problem Solving terhadap pemahaman konsep persamaan linear satu variabel, kemudian melihat perbedaan pemahaman konsep persamaan linear satu variabel yang dalam pembelajarannya menggunakan model Creative Problem Solving kelompok eksperimen dengan siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model konvensional kelompok kontrol. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode quasi-eksperimen yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap faktor lain yang mempengaruhi variabel dan kondisi eksperimen, misalnya faktor minat, motivasi, dan intelegensi. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti telah melaksanakan observasi di tempat penelitian 1 . Berdasarkan hasil observasi tersebut penempatan siswa di setiap tingkatan dilakukan secara merata dalam hal kemampuan, artinya tidak ada kelas unggulan serta kurikulum yang diberikan juga sama sesuai tingkatannya, maka karakteristik kelas dapat dikatakan homogen dalam setiap tingkatan, serta karakteristik dalam kelas cukup heterogen, artinya ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control Group Post Test Only Design. Dalam penelitian ini peneliti tidak 1 Dilaksanakan di SMP Nusantara Plus pada bulan November 2013.